Menurut data PAM Jaya, penduduk Jakarta mengkonsumsi sekitar 150 liter per orang setiap harinya. Bila dimasukkan ke dalam formula 150 30,4 hari Rp5,500 3,8 orang, maka akan didapatkan bahwa golongan rumah tangga sederhana harus membayar Rp95,304.Â
Dengan menurunkan harga air untuk golongan ini maka PDAM akan menarik lebih banyak pengguna dan akibatnya akan mengurangi jumlah sumur air tanah. Kedua solusi yang sudah disebutkan merupakan solusi dengan tujuan untuk memperlambat tenggelamnya Jakarta. Namun seperti yang sudah diketahui, naiknya air laut merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihentikan. Jadi, solusi ketiga ini lebih sebagai pencegahan dini dari dampak tenggelamnya Jakarta.Â
Dengan memindahkan ibukota dan menggeser pusat ekonomi negara, maka tenggelamnya Jakarta tidak akan menjadi sebuah hal yang terlalu signifikan di masa depan.Â
Solusi ini sudah dipertimbangkan oleh pemerintah dan bahkan rencana untuk membuat ibukota baru di Kalimantan Timur. Tetapi, membuat ibukota baru merupakan sebuah proses yang memakan dana yang sangat banyak dan di masa-masa sulit seperti ini, dana tersebut lebih baik digunakan untuk biaya infrastruktur lainnya.
Lokasi yang lebih logis merupakan kota yang sudah maju dalam bidang infrastruktur ataupun ekonomi seperti Yogyakarta. Dengan memindahkan pusat ekonomi dan administrasi, maka dampak terhadap negara di kedepannya tidak akan sebesar yang diperkirakan.Â
Masa depan yang suram bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan harus diterima dan diatasi masalah yang datang. Memang tenggelamnya Jakarta merupakan sebuah peristiwa di masa depan yang tidak dapat dihindarkan dan menjadi sebuah musibah yang membahayakan situasi ekonomi negara sekaligus memaksa banyak penduduk Jakarta untuk mengungsi.Â
Meskipun itu, pemerintah harus tetap mengambil langkah-langkah untuk memperlambat tenggelamnya ibukota agar dampak dari bencana tersebut tidak akan berdampak sebesar yang diprediksikan pada saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H