Revolusi industri yang terjadi di Negara Eropa beberapa abad yang lalu membawa dampak dalam tatanan kehidupan masyarakat dunia saat ini. Dilansir dari platform Genius, revolusi industri dimulai pada abad ke 18 yang didasari tiga faktor utama yaitu revolusi pertanian, peningkatan populasi dan keunggulan Negara Inggris Raya.
Revolusi industri yang diberi nama revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt yang digunakan untuk memproduksi barang. Adanya penemuan mesin uap ini sangat penting dikarenakan sebelumnya semua pekerjaan menggunakan tenaga manusia, tenaga angin maupun tenaga air.
Hal ini menjadi kendala tersendiri pada masa itu, misalnya tenaga manusia memiliki keterbatasan yang artinya manusia tidak dapat bekerja terus-menerus karena membutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan tenaganya.
Sementara itu, jika menggunakan tenaga air maka harus dekat dengan sumber air. Sedangkan jika menggunakan tenaga angin, maka haruslah berada di daerah yang berangin.
Oleh karena itu, setelah digunakan mesin uap dalam berbagai produksi barang maka terjadilah penghematan yang cukup besar dalam bidang produksi, transportasi, bahkan militer.
Pada awal abad 19, terjadi revolusi industri 2.0 yang ditandai dengan perubahan mekanisme kerja pada produksi mobil. Semula perusahaan mobil membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan produksi satu mobil.
Hal ini terjadi karena perakitan mobil dilakukan oleh satu orang saja, artinya satu orang tersebut harus bisa merakit ban, pintu, setir, dan komponen-komponen lainnya sampai lengkap. Jika ingin memproduksi mobil dalam jumlah banyak, maka produksinya harus dilakukan secara parallel (bersamaan) sehingga membutuhkan banyak tukang.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut ditemukanlah mekanisme baru yang dikenal dengan “lini produksi” dengan memanfaatkan belt conveyor.
Selain itu, pada revolusi industri 2.0 ini peralatan produksi sudah menggunakan tenaga listrik, tidak lagi menggunakan mesin uap seperti pada revolusi industri 1.0. Kedua penemuan penting ini berdampak sangat positif terhadap industri produksi mobil.
Perusahaan mampu memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah banyak serta waktu proses produksi satu mobil menjadi lebih singkat. Perubahan atau revolusi terjadi terus-menerus karena sifat manusia yang tidak pernah puas.
Pada awal revolusi tenaga konvensional seperti tenaga manusia, air dan angin digantikan dengan mesin uap. Kemudian mesin uap tersebut tergantikan dengan tenaga listrik. Sementara itu, pada revolusi industri 3.0 yang terjadi sekitar tahun 1980-an, mulai menggantikan peran manusia dengan komputer dan robot.
Sering kali revolusi industri 3.0 disebut juga dengan revolusi digital. Revolusi industri 3.0 ini menempatkan komputer sebagai otak dari sebuah mesin, robot menjadi tangannya, sehingga secara perlahan peran dan fungsi pekerja kasar atau manual akan tergantikan. Ketika pertama kali ditemukan, komputer masih dalam bentuk dan ukuran yang sangat besar bahkan bisa dikatakan memiliki ukuran dengan satu ruangan kamar tidur.
Hal ini mengakibatkan komputer tersebut mengkonsumsi daya listrik yang cukup besar, sementara itu kemampuannya masih terbilang cukup lambat. Akan tetapi, manusia terus berkembang dengan terus melakukan pembaruan seperti teknologi-teknologi yang bisa digunakan saat ini hingga muncul revolusi 4.0.
Pada revolusi ini, terjadi perpaduan antara kecerdasan buatan, robotika, IoT (Internet of Things), pencetakan 3D, rekayasa genetika, dan teknologi lainnya. Pada masa ini sistem otomatisasi menjadi sangat populer.
Selain itu. hal lain yang sangat terasa manfaatnya adalah internet. Ketika komputer-komputer yang ada di perusahaan produksi tersambung ke internet, semua informasi dapat diketahui dimanapun pemiliknya berada. Pada dasarnya manfaat revolusi sangat berdampak positif dalam perkembangan teknologi yang menunjang produksi dunia industry.
Peralatan-peralatan produksi suatu pabrik yang semula masih konvensional dan bersifat analog, saat ini sudah lebih modern dan canggih. Bahkan, tanpa disadari dengan semakin canggihnya peralatan produksi tersebut, lambat laun peran manusia benar-benar tergantikan oleh robot.
Tentu saja perusahaan banyak yang senang dengan hal ini karena dapat mengurangi pengeluaran dari segi tenaga kerja. Kemudian, apa yang harus dilakukan agar manusia tidak tergeser perannya oleh robot-robot canggih tersebut?
Manusia dibekali kecerdasan yang tinggi dan berbeda dengan makhluk atau pun benda lain yang ada di planet Bumi. Oleh karena itu, jika perkembangan teknologi semakin modern dan canggih, maka manusia juga harus berkembang mengikutinya.
Hal ini dapat dimulai dari menuntut ilmu sejak dini. Setiap jenjang sekolah memberikan pengetahuan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan teknologi.
Perguruan tinggi pun mempunyai peran yang sama yaitu mencerdaskan anak bangsa agar mampu bersaing dan bermanfaat dari berbagai aspek. Peran perguruan tinggi cukup vital karena menjadi jenjang sekolah terakhir sebelum seseorang terjun ke masyarakat.
Saat ini, dinamika perubahan di dunia industri berjalan sangat cepat, berbeda dengan perguruan tinggi yang memiliki kecepatannya sendiri. Hal ini mengakibatkan perguruan tinggi dituntut untuk lebih fleksibel dan adaptif terhadap dunia industri.
Era revolusi industri 4.0 memberikan berbagai macam tantangan seperti memaksa masyarakat untuk mengubah kreatifitas, memahami proses digitalisasi, serta perubahan produksi industri secara drastis. Banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, robot, dan komputer.
Kemudian muncul sistem digitalisasi dalam berbagai bidang. Akan tetapi, hal tersebut juga memberikan dampak lain seperti adanya jenis-jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat.
Maka dari itu, perguruan tinggi mempunyai tugas penting agar mampu memberikan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Hal ini bertujuan agar lulusan perguruan tinggi mempunyai keahlian untuk dapat menggunakan atau mengoperasikan peralatan-peralatan canggih dalam dunia industri.
Selain itu, lulusan perguruan tinggi juga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan memanfaatkan revolusi industri untuk melakukan lompatan-lompatan besar dalam membangun negara, membangun kemajuan ekonomi, kemajuan teknologi, dan kemajuan industri ke depannya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai berbagai program kegiatan untuk mendukung peran perguruan tinggi di dalam dunia industri. Program yang pertama adalah MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka).
Melalui program ini, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman industri bahkan sebelum lulus dari perguruan tinggi. MBKM dicetuskan oleh Menteri Pendidikan Nasional Nadiem Makarim pada tahun 2020 yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan untuk bekal saat lulus dari perguruan tinggi.
Proses pembelajaran dalam MBKM merupakan salah satu perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Metode pembelajaran ini memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreatifitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi social, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target, dan pencapaiannya.
Program MBKM diharapkan dapat menjawab tantangan perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika masyarakat. Implementasi dari MBKM dapat mendorong mahasiswa untuk magang di dunia kerja sehingga akan tercipta lulusan perguruan tinggi yang unggul dan siap bersaing di era revolusi industri 4.0.
Selain itu, perguruan tinggi sebagai pelaksana MBKM juga turut aktif dengan mendorong dosen-dosen untuk melakukan kerjasama industri atau lembaga-lembaga lain sehingga permasalahan yang ditemui dapat dibawa dan dibahas ke dalam kelas perkuliahan.
Program yang kedua kedua yaitu Kedaikera. Dilansir dari website kedaireka.id, Kedaireka juga tercetus dari visi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim dan Direktur Jenderal Dikti Prof. Ir. Nizam M.Sc, DIC, Ph.D dalam mewujudkan kemudahan sinergi antara perguruan tinggi dan industri dalam satu platform.
Komitmen terhadap Kedaireka turut didukung dengan hadirnya program Matching Fund sebagai insentif bersinergi. Kedaireka merupakan salah satu program yang mengawinkan perguruan tinggi dan industri agar dapat membangun kemajuan Negara secara bersama-sama.
Hal ini dikarenakan pada program Kedaireka mahasiswa terjun langsung ke dunia usaha dan dunia industri untuk mengetahui apa saja yang terjadi di dunia usaha dan industri sebelum mahasiswa lulus dari perguruan tinggi. Sebaliknya, dunia usaha dan dunia industri dapat masuk ke perguruan tinggi untuk membawa dunia profesi dan permasalahan yang ada sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara kedua pihak.
Program ini menawarkan pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa. Besarnya partisipasi dari para pihak industri, seperti PII, HIPMI, dan Kadin DKI Jakarta, serta kalangan akademisi perguruan tinggi seluruh Indonesia turut menjadi andil besar dan esensial dalam menciptakan Kedaireka yang berkelanjutan.
Kedaireka merupakan akronim dari kedaulatan Indonesia dalam reka cipta. Reka cipta merupakan sebuah upaya revitalisasi dan aktualisasi terhadap sebuah karya, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua elemen secara efektif dan efisien.
Dengan adanya Kedaireka, hasil penelitian yang telah diciptakan oleh perguruan tinggi akan mengalir ke masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh industri. Banyak industri di Indonesia yang masih tergantung dengan lisensi asing, maka dari itu sangat diharapkan agar perguruan tinggi dapat menjadi tulang punggung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan hasil penelitiannya oleh dunia industri.
Adapun dampak positif yang dapat dirasakan nantinya yaitu memajukan ekonomi serta membangun kedaulatan teknologi di Indonesia. Pada dasarnya, perguruan tinggi dan industri tidak dapat berjalan sendiri-sendiri untuk menciptakan ekosistem reka cipta. Akan tetapi terdapat beberapa aspek pendukung lainnya yang disebut dengan pentahelix.
Sinergi pentahelix diantaranya berasal dari akademisi perguruan tinggi, dunia usaha, dunia industri, komunitas atau masyarakat sebagai penerima manfaat akhir, dunia perbankan yang akan membantu dalam pengembangan usaha, pemerintah, serta media.
Peran industri dalam Kedaireka ini akan membantu sumber daya manusia di perguruan tinggi agar dapat meningkatkan kemampuannya sehingga akan lebih sigap dalam bersaing di dunia kerja. Salah satu peran industri tersebut yaitu keterlibatan dalam penyusunan kurikulum karena kondisi dunia kerja yang akan terus berubah sesuai perkembangan zaman.
Selain itu, seperti dalam program MBKM juga, praktisi dari industri dapat dilibatkan sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi sehingga dapat memberikan wawasan dan padangan mengenai dunia usaha dan industri saat ini kepada mahasiswa.
Sejauh ini, banyak mahasiswa yang tertarik untuk berpartisipasi dalam program Kedaireka karena dianggap sebagai alternative pengalaman baru selain MBKM.
Tak dipungkiri berbagai pihak mendapatkan keuntungan melalui program ini. Kedepannya, semoga program-program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mendukung kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri semakin banyak sehingga dampak positifnya dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H