Mohon tunggu...
Nia Ramadani
Nia Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

adaptasi pendidikan indonesia di era pandemi : studi komparatif pembelajaran jarak jauh negara negara asia tenggara

17 Januari 2025   00:57 Diperbarui: 17 Januari 2025   01:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ADAPTASI PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA PANDEMI: STUDI KOMPARATIF PEMBELAJARAN JARAK JAUH NEGARA NEGARA ASIA TENGGARA

(Niaramadani)

Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember

Jl.Karimata 49 Jember

Email : niarmdnyy024@gmail.com

Abstrak

Pandemi COVID-19 telah membawa tantangan signifikan terhadap sistem pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Artikel ini membahas adaptasi sistem pendidikan Indonesia di era pandemi melalui studi komparatif pembelajaran jarak jauh (PJJ) di negara-negara Asia Tenggara. Metode studi literatur digunakan untuk menganalisis dampak implementasi PJJ di Indonesia, membandingkannya dengan negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa meskipun PJJ di Indonesia mengalami berbagai tantangan, seperti kesenjangan akses teknologi dan learning loss, pandemi juga mendorong percepatan digitalisasi pendidikan. Pelajaran dari negara-negara Asia Tenggara menunjukkan pentingnya infrastruktur digital yang kuat, dukungan kebijakan, dan inovasi teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Artikel ini menyimpulkan bahwa transformasi pendidikan berbasis teknologi harus menjadi prioritas untuk membangun sistem pendidikan yang tangguh dan inklusif di masa depan.

Kata Kunci: Pendidikan Jarak Jauh, Pandemi COVID-19, Pembelajaran Digital

Abstrak

            The COVID-19 pandemic has posed significant challenges to education systems worldwide, including Indonesia. This article examines Indonesia's educational adaptation during the pandemic through a comparative study of distance learning (DL) in Southeast Asian countries. A literature review method is employed to analyze the impact of DL implementation in Indonesia and compare it with countries like Singapore, Malaysia, and Thailand. The findings reveal that although Indonesia faced various challenges such as technological access inequality and learning loss, the pandemic accelerated the digitalization of education. Lessons from Southeast Asian countries highlight the importance of robust digital infrastructure, supportive policies, and technological innovation in improving the quality of learning. The article concludes that technology-driven educational transformation must become a priority to build a resilient and inclusive education system for the future.

Keywords: Distance Learning, COVID-19 Pandemic, Digital Learning

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah sektor pendidikan. Krisis global ini memaksa negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan metode pembelajaran guna memastikan keberlanjutan proses pendidikan di tengah keterbatasan interaksi fisik. Salah satu solusi yang diambil adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ), sebuah pendekatan yang mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menghubungkan pendidik dan peserta didik secara virtual. Namun, implementasi PJJ di Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan, mulai dari keterbatasan infrastruktur teknologi, kesenjangan akses internet, hingga kurangnya kesiapan pendidik dan peserta didik dalam memanfaatkan platform digital (Waruwu., dkk. 2022).

Di Asia Tenggara, keberagaman kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi setiap negara menciptakan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi tantangan pendidikan selama pandemi. Beberapa negara, seperti Singapura dan Malaysia, telah menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh, sementara negara-negara lain menghadapi kendala yang serupa dengan Indonesia. Singapura, misalnya, memiliki sistem pendidikan yang didukung oleh infrastruktur teknologi yang maju dan kebijakan pendidikan yang responsif terhadap perubahan. Sebaliknya, Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ini, menghadapi tantangan yang lebih kompleks, terutama dalam memastikan pemerataan akses dan kualitas pendidikan.

Adaptasi pendidikan di Indonesia selama pandemi tidak hanya mencakup penerapan teknologi, tetapi juga melibatkan upaya untuk mengatasi tantangan sosial dan budaya yang muncul. Misalnya, tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses internet yang memadai, sehingga banyak peserta didik di wilayah terpencil kesulitan mengikuti pembelajaran daring. Selain itu, kemampuan ekonomi keluarga untuk menyediakan perangkat teknologi seperti laptop atau ponsel pintar juga menjadi faktor yang memengaruhi efektivitas pembelajaran jarak jauh. Dalam konteks ini, kesenjangan digital menjadi salah satu isu utama yang perlu diatasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang inklusif dan merata (Maharani & Putra. 2023).

Sebagai bagian dari kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil menerapkan strategi inovatif dalam pembelajaran jarak jauh. Malaysia, misalnya, mengembangkan program "TV Pendidikan" untuk menyediakan konten pembelajaran melalui televisi, sehingga dapat menjangkau peserta didik di daerah yang memiliki keterbatasan akses internet. Thailand juga telah memanfaatkan berbagai platform digital untuk mendukung pembelajaran, sambil tetap mempertimbangkan kebutuhan peserta didik yang kurang mampu dengan menyediakan modul cetak sebagai alternatif. Studi komparatif terhadap strategi yang diterapkan oleh negara-negara ini dapat memberikan wawasan berharga bagi Indonesia dalam meningkatkan efektivitas sistem pendidikan di era pandemi (Ahmad. 2022).

Selain itu, penting untuk memahami bahwa adaptasi pendidikan di era pandemi tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga mencakup aspek psikologis dan sosial. Peserta didik dan pendidik di seluruh dunia menghadapi tekanan emosional yang besar akibat perubahan mendadak dalam metode pembelajaran. Di Indonesia, beban ini sering kali diperparah oleh kurangnya dukungan dari sistem pendidikan untuk menangani masalah kesehatan mental. Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Filipina dan Vietnam telah mengintegrasikan program dukungan psikososial dalam sistem pendidikan mereka selama pandemi, yang dapat menjadi contoh bagi Indonesia.

Pendekatan pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama pandemi juga membuka peluang untuk mempercepat transformasi digital dalam pendidikan. Namun, agar transformasi ini berhasil, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta. Pemerintah Indonesia, misalnya, telah meluncurkan beberapa inisiatif seperti program "Bantuan Kuota Internet" untuk mendukung pembelajaran daring. Meskipun langkah ini patut diapresiasi, evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa bantuan tersebut tepat sasaran dan benar-benar memberikan manfaat bagi peserta didik yang membutuhkan.

Secara global pandemic telah mempercepat adopsi teknologi dalam pendidikan, menjadikan pembelajaran daring sebagai norma baru. Namun, keberhasilan adaptasi pendidikan di era pandemi tidak hanya diukur dari sejauh mana teknologi diterapkan, tetapi juga dari kemampuan sistem pendidikan untuk memastikan inklusivitas, aksesibilitas, dan kualitas pembelajaran. Melalui studi komparatif dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia dapat mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diadaptasi untuk mengatasi tantangan domestiknya. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pembelajaran jarak jauh diterapkan di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, serta untuk mengidentifikasi pelajaran yang dapat diambil untuk meningkatkan sistem pendidikan nasional (Sugiono. 2024).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur (literature review) sebagai pendekatan utama untuk mengeksplorasi adaptasi pendidikan di Indonesia selama pandemi COVID-19, khususnya dalam penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ), serta membandingkannya dengan strategi serupa yang diterapkan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Metode studi literatur dipilih karena mampu memberikan analisis yang mendalam berdasarkan sumber-sumber ilmiah dan relevan tanpa melibatkan pengumpulan data primer (Feby., dkk. 2022).

Dalam pelaksanaan metode ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi topik dan rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini berupaya memahami bagaimana pembelajaran jarak jauh diterapkan di Indonesia selama pandemi, tantangan apa saja yang dihadapi, serta bagaimana strategi PJJ di negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam dapat memberikan pelajaran penting bagi sistem pendidikan Indonesia.

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan meninjau berbagai sumber sekunder yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku referensi, laporan resmi, serta artikel dari situs web akademik dan institusi terpercaya. Untuk menjaga validitas dan kredibilitas, penelitian ini memprioritaskan penggunaan minimal 10 sumber referensi, di mana setidaknya 7 di antaranya merupakan jurnal ilmiah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara sistematis dengan cara membandingkan berbagai temuan dan pendapat yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi persamaan, perbedaan, keunggulan, serta tantangan dari penerapan PJJ di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Selanjutnya, sintesis dilakukan untuk merumuskan pelajaran dan rekomendasi yang relevan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui metode studi literatur ini, diharapkan penelitian mampu memberikan gambaran yang komprehensif mengenai adaptasi sistem pendidikan Indonesia selama pandemi, serta menawarkan solusi berbasis praktik terbaik dari negara-negara tetangga yang telah berhasil menghadapi tantangan serupa (Feby., dkk. 2022).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia

Pandemi COVID-19 memberikan tantangan besar bagi sistem pendidikan di Indonesia, yang sebelumnya sangat bergantung pada metode pembelajaran tatap muka. Ketika pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus, sekolah-sekolah di seluruh negeri terpaksa menghentikan kegiatan belajar-mengajar secara fisik dan beralih ke pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, implementasi PJJ di Indonesia menghadapi berbagai kendala struktural, teknis, dan sosial yang membuat pelaksanaannya tidak seragam dan kurang optimal. Salah satu langkah awal pemerintah dalam mendukung PJJ adalah melalui penyediaan platform daring, seperti Rumah Belajar yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Platform ini menyediakan materi pembelajaran dalam bentuk video, modul, dan kuis interaktif untuk mendukung siswa belajar secara mandiri. Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi untuk memberikan subsidi kuota internet kepada guru, siswa, dan mahasiswa. Kebijakan ini dirancang untuk mengatasi masalah akses terhadap pembelajaran daring, khususnya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu (Mamluah & Maulidi. 2021).

Namun, meskipun ada berbagai upaya tersebut, pelaksanaan PJJ di Indonesia masih menghadapi hambatan signifikan. Salah satu tantangan utama adalah akses internet yang tidak merata. Data menunjukkan bahwa banyak wilayah di Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, masih mengalami keterbatasan infrastruktur jaringan. Akibatnya, siswa dan guru di daerah ini tidak dapat mengakses platform pembelajaran daring secara maksimal. Selain itu, tidak semua keluarga memiliki perangkat seperti laptop atau smartphone yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar daring. Hal ini semakin memperburuk ketimpangan pendidikan, di mana siswa dari keluarga miskin atau daerah terpencil lebih berisiko mengalami learning loss dibandingkan siswa di perkotaan dengan akses teknologi yang lebih baik (Mamluah & Maulidi. 2021).

2. Tantangan PJJ di Indonesia

Implementasi PJJ di Indonesia tidak hanya menghadapi kendala teknis, tetapi juga berbagai tantangan lain yang mencakup aspek sosioekonomi, psikologis, dan kapasitas sumber daya manusia. Tantangan terbesar adalah kesenjangan digital, yang meliputi infrastruktur jaringan, ketersediaan perangkat, dan kemampuan memanfaatkan teknologi. Menurut survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia baru mencapai sekitar 73,7% pada tahun 2021. Meskipun angka ini cukup tinggi, akses tersebut tidak merata, dengan banyak wilayah di luar Jawa dan Sumatera yang masih memiliki konektivitas rendah. Selain itu, keterbatasan perangkat teknologi juga menjadi penghalang utama. Banyak siswa yang hanya memiliki akses ke smartphone dengan spesifikasi rendah, yang tidak ideal untuk mengakses platform pembelajaran daring. Bahkan, dalam beberapa kasus, satu perangkat harus digunakan oleh beberapa anggota keluarga secara bergantian, sehingga waktu belajar menjadi sangat terbatas. Hal ini diperparah oleh masalah ekonomi, di mana banyak keluarga tidak mampu membeli kuota internet meskipun ada subsidi dari pemerintah (Furkan., dkk. 2021).

Dari sisi tenaga pendidik, banyak guru yang tidak memiliki pelatihan atau pengalaman dalam menggunakan teknologi untuk mengajar. Pembelajaran daring memerlukan keterampilan tertentu, seperti desain materi interaktif, penggunaan platform video konferensi, dan pengelolaan kelas virtual. Namun, banyak guru, terutama di daerah terpencil, belum menguasai keterampilan ini. Akibatnya, proses pembelajaran sering kali hanya berupa pemberian tugas melalui aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp, tanpa adanya interaksi yang bermakna antara guru dan siswa. Selain tantangan teknis, aspek psikologis juga menjadi perhatian. Siswa menghadapi tekanan akibat beban tugas yang meningkat, minimnya interaksi sosial dengan teman sebaya, dan suasana belajar yang kurang kondusif di rumah. Banyak siswa merasa kehilangan motivasi belajar karena pembelajaran daring tidak memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan (Furkan., dkk. 2021).

3. Strategi PJJ Negara-Negara Asia Tenggara

Negara-negara di Asia Tenggara menghadapi tantangan serupa dalam penerapan PJJ selama pandemi, tetapi beberapa negara mampu mengatasinya dengan lebih efektif. Singapura, misalnya, berhasil memanfaatkan infrastrukturnya yang maju untuk mendukung transisi ke pembelajaran daring. Pemerintah Singapura menyediakan perangkat gratis bagi siswa dari keluarga kurang mampu, sehingga mereka tetap dapat mengikuti pembelajaran daring tanpa kendala teknis. Selain itu, guru di Singapura telah dilatih secara khusus untuk mengajar secara virtual, sehingga proses pembelajaran tetap berjalan interaktif dan efektif (Simanjuntak., dkk. 2021).

Malaysia mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dengan menggabungkan pembelajaran daring dan luring (offline). Untuk siswa yang tidak memiliki akses internet, pemerintah menyediakan materi pembelajaran dalam bentuk cetak dan mendistribusikannya ke sekolah-sekolah di wilayah terpencil. Selain itu, Malaysia juga menggunakan saluran televisi nasional untuk menyiarkan program pendidikan, yang dapat diakses oleh siswa tanpa memerlukan internet. Pendekatan ini memberikan alternatif pembelajaran yang inklusif, khususnya bagi siswa di daerah pedesaan. Thailand dan Vietnam juga mengembangkan strategi yang serupa. Di Vietnam, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi untuk menyediakan akses internet gratis ke platform pembelajaran daring. Sementara itu, Thailand menggunakan saluran televisi untuk menjangkau siswa yang tidak memiliki perangkat digital. Selain itu, kedua negara ini juga memberikan pelatihan kepada guru untuk memastikan bahwa mereka dapat mengelola kelas virtual dengan baik (Simanjuntak., dkk. 2021).

Strategi-strategi yang diterapkan oleh negara-negara tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan PJJ sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, kebijakan pemerintah yang inklusif, serta dukungan terhadap guru dan siswa. Dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara tetangga ini, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan efektivitas PJJ dan mengurangi dampak ketimpangan pendidikan selama pandemic (Simanjuntak., dkk. 2021).

4. Dampak PJJ terhadap Kualitas Pendidikan di Indonesia

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, baik dalam aspek positif maupun negatif. Di satu sisi, pandemi memaksa sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan teknologi, yang sebenarnya membuka peluang transformasi digital dalam dunia pendidikan. Namun, di sisi lain, implementasi yang terburu-buru tanpa persiapan matang menciptakan berbagai masalah yang memengaruhi kualitas pembelajaran (Pertiwi., dkk. 2021).

Dampak negatif yang paling menonjol adalah learning loss, yaitu hilangnya kesempatan belajar yang berdampak pada penurunan kemampuan akademik siswa. Hal ini terutama dirasakan oleh siswa di daerah terpencil yang memiliki akses terbatas terhadap teknologi dan internet. Survei oleh Bank Dunia pada tahun 2021 menunjukkan bahwa siswa di Indonesia kehilangan sekitar 0,9 tahun pembelajaran efektif selama pandemi. Penurunan ini disebabkan oleh minimnya interaksi langsung antara guru dan siswa, keterbatasan akses terhadap materi pembelajaran berkualitas, serta rendahnya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran daring (Pertiwi., dkk. 2021).

Selain itu, PJJ juga memperbesar kesenjangan pendidikan antara siswa di perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan, siswa cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap perangkat digital dan internet, serta dukungan orang tua yang memadai. Sebaliknya, di daerah pedesaan, banyak siswa yang harus menghadapi berbagai keterbatasan, seperti tidak adanya sinyal internet, kurangnya perangkat belajar, dan minimnya dukungan dari orang tua yang mungkin tidak memiliki pengetahuan atau waktu untuk membantu anak-anak mereka belajar. Namun, PJJ juga membawa dampak positif, salah satunya adalah peningkatan kesadaran akan pentingnya teknologi dalam pendidikan. Banyak guru dan siswa yang sebelumnya tidak terbiasa menggunakan teknologi, kini mulai menguasai berbagai alat digital seperti platform konferensi video, aplikasi pembelajaran daring, dan perangkat lunak pengelolaan kelas. Kondisi ini memberikan peluang untuk membangun budaya belajar yang lebih fleksibel dan mandiri di masa depan (Pertiwi., dkk. 2021).

Di sisi lain, PJJ juga memunculkan tantangan baru terkait kesehatan mental. Kurangnya interaksi sosial selama pembelajaran daring telah memengaruhi kondisi psikologis siswa, yang banyak di antaranya mengalami stres, kecemasan, dan rasa kesepian. Penurunan motivasi belajar juga menjadi masalah serius, terutama karena metode pembelajaran daring yang monoton dan kurang interaktif. Untuk mengatasi dampak ini, diperlukan intervensi yang lebih menyeluruh, baik dari sisi kebijakan pendidikan maupun dukungan psikososial bagi siswa dan guru (Pertiwi., dkk. 2021).

KESIMPULAN

Pandemi COVID-19 menjadi katalisator transformasi pendidikan di Indonesia, terutama melalui implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Meskipun Indonesia menghadapi banyak tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur digital, kesenjangan akses teknologi, dan dampak psikologis terhadap siswa, pandemi juga membuka peluang besar untuk mempercepat digitalisasi pendidikan. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, Indonesia masih tertinggal dalam hal kesiapan infrastruktur dan kebijakan pendidikan berbasis teknologi.

Namun, pengalaman dari negara-negara tersebut memberikan pelajaran penting bahwa integrasi teknologi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara signifikan jika didukung dengan kebijakan yang tepat, pelatihan guru, serta akses yang merata. Model pembelajaran hybrid, inovasi teknologi, dan pembangunan infrastruktur digital menjadi kunci utama untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif. Transformasi ini tidak hanya menjadi jawaban atas tantangan pandemi, tetapi juga langkah strategis untuk membangun sistem pendidikan Indonesia yang lebih kompetitif di kancah global. Dengan komitmen yang berkelanjutan, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan generasi yang tangguh, cerdas, dan siap menghadapi tantangan di era modernisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. (2022). Strategi Penyampaian Pendidikan TVET dalam Menghadapi Krisis Pandemik Covid-19: Matriks Perbandingan. Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH), 7(9).

Febry, O., Santi, D. E., & Muhid, A. (2022). Pendekatan pembelajaran heutagogy untuk meningkatkan kreativitas siswa: Systematic literature review. Lectura: Jurnal Pendidikan, 13(2), 206-220.

Furkan, F., Sya, A., Purwanto, A., & Astra, I. M. (2021). Tantangan Guru dalam Penggunaan Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 3877-3883.

Maharani, A., & Putra, R. H. (2023). ADAPTASI PENDIDIKAN ERA 4.0: COVID-19 MOMENTUM MENGKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA ADAPTATION TO EDUCATION ERA 4.0: COVID-19 MOMENTUM FOR CONSTRUCTING THE EDUCATION SYSTEM IN INDONESIA. Jurnal Praksis Dan Dedikasi (JPDS), 6(1), 27-34.

Mamluah, S. K., & Maulidi, A. (2021). Pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19 di sekolah dasar. Jurnal basicedu, 5(2), 869-877.

Pertiwi, F. D., Arsyati, A. M., Asnifatima, A., Parinduri, S. K., Jayanti, R., Prastia, T. N., & Nasution, A. (2022). Dampak Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh (Pjj) Terhadap Kinerja Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor. Educate: Jurnal Teknologi Pendidikan, 7(1), 71-82.

Simanjuntak, J., Sihombing, S., Purba, T. N., Hutauruk, A., & Panjaitan, S. (2021). Analisis kegiatan pembelajaran pendidikan matematika pada masa Pandemic COVID-19 di negara asia (Indonesia, Jepang dan Filipina)[Analysis of mathematics education learning activities during the COVID-19 Pandemic in Asian countries (Indonesia, Japan and the Philippines)]. Sepren: Journal of Mathematics Education and Applied, 2(2), 47-55.

Sugiono, S. (2024). Proses adopsi teknologi generative artificial intelligence dalam dunia pendidikan: Perspektif teori difusi inovasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 9(1), 110-133.

Waruwu, E., NDRAHA, A. B., & LASE, D. (2022). Peluang dan tantangan G20 dalam transformasi manajemen pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan civil society 5.0 pasca pandemi covid-19. Jurnal Ilmiah Maksitek, 7(3), 26-32.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun