Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merasa Terganggu Karena Moody-an? Hati-hati, Mari Kenali Gejala Bipolar Disorder

10 Juni 2021   09:20 Diperbarui: 10 Juni 2021   09:45 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak semua orang dapat menampilkan sifat ataupun sikap yang sama dihadapan orang lain. Ada orang yang bisa menjadi pendiam, asik, cuek, atau bahkan cerewet. Itu semua tergantung kepada lingkungan dimana Ia berada. Tak sedikit juga orang yang bisa selalu tampil ceria disaat keadaannya terpuruk. Mereka seolah robot yang dapat di-setting antara suasana hati dan tampilan luarnya. Ketika bersama keluarga, seseorang dapat menjadi sosok yang pendiam dan penurut. 

Di hadapan orang baru, kita juga bisa menampilkan kesan cuek bahkan jutek. Berbeda lagi ketika kita sedang berhadapan dengan teman, sahabat, atau saat kita membangun citra diri di media sosial. Namun, bagaimana jadinya jika seseorang dapat merasakan perasaan senang dan sedih sekaligus dalam kurun waktu yang berganti secara cepat? Dan bagaimana jadinya jika seseorang tersebut menutup dirinya dari lingkungan sosal?

Akhir-akhir ini tak sedikit orang yang  sering mengalami overthinking, moody-an, bahkan mendiagnosa dirinya sendiri sebagai pengidap bipolar disorder. Untuk itu, mari kita ketahui tentang apa dan bagaimana sebenarnya gangguan bipolar disorder tersebut.

Mengenai penyebab gangguan bipolar disorder, memang belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat dugaan bahwa gangguan ini merupakan dampak dari adanya gangguan pada senyawa alami yang berfungsi menjaga fungsi otak (neurotransmitter). Gangguan pada senyawa tersebut diduga dipicu oleh beberapa faktor seperti lingkungan, sosial, dan fisik.

Bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang bertolak belakang. Dua kutub yang dimaksud adalah depresi dan manik. Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti, rasa bersalah, dan kehilangan minat. Sedangkan manik adalah keadaan emosional dengan kegembiraan yang berlebihan, mudah tersinggung, disertai hiperaktivitas, lebih banyak berbicara, dan perhatian mudah teralihkan.

Pengidap bipolar akan mengidap dua fase perasaan tersebut dalam hidupnya. Perbedaan mendasar antara orang normal dengan pengidap bipolar adalah terkadang orang yang mengidap bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa alasan yang jelas. Pemicu kesedihan yang sederhana bagi orang lain bisa menimbulkan depresi berkepanjangan dimana penderita bipolar merasa kesulitan keluar dari perasaan tersebut.

Terdapat dua episode pada gejala bipolar, yaitu episode depresi dan episode mania. Pada episode depresi, seseorang dapat merasa sedih dan hopeless; merasa tidak berharga; merasakan perasaan bersalah yang berlebih; kehilangan ketertarikan akan hampir semua aktivitas; dan bahkan pada kasus berat, percobaan bunuh diri dapat terjadi. Sedangkan pada episode mania, seseorang akan merasa aktif (tidak bisa diam); energi meningkat disertai gelisah; perasaan senang dan percaya diri berlebih; sulit tidur; banyak bicara; serta fokus yang mudah teralihkan.

Nah, jika merasa gangguan mood-mu mengganggu, datangilah psikolog atau psikiater. Jangan self-giagnose yaa!!

Ada beberapa pernyataan mengenai bipolar disorder, yaitu:

1. Semua orang yang memiliki trauma dapat menjadi bipolar.

2. Penyintas bipolar tidak bisa pulih.

3. Penyintas bipolar adalah gila.

4. Bipolar membutuhkan lingkungan sosial yang suportif.

5. Penyintas bipolar cenderung lebih tertutup dalam hubungan.

Apakah semua pernyataan diatas adalah fakta??

Pernyataan nomor 1 sampai nomor 3 adalah MITOS. Faktanya, semua orang memiliki trauma masing-masing dan selama trauma tersebut tidak mengganggu aktivitas dan jalan pikir, maka tidak akan menjadi bipolar. Penyintas bipolar juga dapat melakukan pemulihan, meskipun prosesnya memang cukup panjang. Salah satu caranya yaitu pemulihan dan pengobatan dengan bantuan psikiater/psikolog, serta dukungan lingkungan sosial yang dapat membantu penyintas bipolar menjalani kehidupan dengan baik kembali.

Penyintas bipolar berbeda dengan gila. Penyintas bipolar masih mampu menjalani hidup dengan baik dan memiliki hak yang sama dengan orang lain. Seperti hak untuk bekerja, sekolah, berkeluarga, dan hidup damai. Lingkungan sosial yang supportif sangat diperlukan bagi penyintas bipolar agar mampu merasa diterima dan dimengerti. 

Penyintas bipolar akan memilih lingkungan sosial yang membuat diri mereka nyaman. Penyintas bipolar memang cenderung lebih tertutup dalam sebuah hubungan. 

Dengan masih tingginya stigma negatif dan diskriminasi tentang bipolar di masyarakat membuat penyintas bipolar cenderung lebih menutup diri dan tidak mengakui bahwa dirinya adalah seorang penyintas bipolar. Mereka tidak nyaman dengan stigma negatif "bipolar adalah gila". Sehingga penyintas bipolar akan sangat selektif dalam memilih hubungan sosialnya yang akan benar-benar menerima mereka apa adanya.

Ada satu cerita dari sahabat kompasiana yang sempat menghadapi seorang penyintas bipolar disorder. Penyintas ini adalah seorang perempuan berusia 20 tahun. Saat merasa tertekan, Ia akan berusaha menyakiti dirinya sendiri dengan perasaan bersalah yang berlebih. Ia bisa menggunakan benda tajam yang yang ada disekitarnya kemudian ia menggoreskan atau menyayat sendiri tangannya. Terkadang Ia juga kabur dari rumah, mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, merokok berlebihan, sampai meminum minuman keras. Menurut keterangan dari penyintas, Ia memang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Ia juga tidak suka bergaul dengan teman-teman kampusnya dan bahkan sering terjadi percekcokkan diantara mereka.

Lalu, apa yang harus kita lakukan jika menghadapi seorang bipolar? Jadilah teman yang bagi mereka dengan mempelajari tentang gangguan bipolar yang terjadi. Jadilah pendengar yang baik dan buatlah Ia merasa bahwa dirinya selalu diterima. Selain itu, bipolar disorder juga dapat ditangani dengan  langkah-langkah perawatan. Namun, perawatan yang dilakukan ini mungkin tidak akan menyembuhkan pengidap bipolar, tetapi dapat menstabilkan perubahan suasana hati yang dialami. Perawatan yang dilakukan juga tergantung dari kondisi seseorang. Ada beberapa perawatan yang biasanya dilakukan kepada seorang pengidap bipolar, yaitu:

1. Melakukan Konseling

Hal ini perlu dilakukan untuk membicarakan kondisi yang dialami dan bagaimana cara melewatinya.

2. Merubah Gaya Hidup

Untuk mengurangi bertambah parahnya gejala yang muncul, beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah berhenti mengonsumsi alkohol dan obat-obatan telarang. Selain itu, jangan lupa tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, penuhi kebutuhan cairan tubuh, seta jalin hubungan yang sehat dan positif.

3. Lakukan terapi obat

Hal ini dapat dikakukan untuk menstabilkan suasana hati. Tentunya obat yang diperoleh dengan resep dokter. Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi gejala yg sedang dialami.

Tujuan pengobatan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya fase-fase mania dan depresi agar pengidapnya dapat hidup secara normal dan membaur dengan lingkungan. Selain memperbaiki pola hidup, penanganan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan terapi psikologis (contohnya terapi perilaku kognitif). Untuk penanganan lebih lanjut, datangi Psikiater atau Psikolog ya... Jangan self-diagnose!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun