Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merasa Terganggu Karena Moody-an? Hati-hati, Mari Kenali Gejala Bipolar Disorder

10 Juni 2021   09:20 Diperbarui: 10 Juni 2021   09:45 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

3. Penyintas bipolar adalah gila.

4. Bipolar membutuhkan lingkungan sosial yang suportif.

5. Penyintas bipolar cenderung lebih tertutup dalam hubungan.

Apakah semua pernyataan diatas adalah fakta??

Pernyataan nomor 1 sampai nomor 3 adalah MITOS. Faktanya, semua orang memiliki trauma masing-masing dan selama trauma tersebut tidak mengganggu aktivitas dan jalan pikir, maka tidak akan menjadi bipolar. Penyintas bipolar juga dapat melakukan pemulihan, meskipun prosesnya memang cukup panjang. Salah satu caranya yaitu pemulihan dan pengobatan dengan bantuan psikiater/psikolog, serta dukungan lingkungan sosial yang dapat membantu penyintas bipolar menjalani kehidupan dengan baik kembali.

Penyintas bipolar berbeda dengan gila. Penyintas bipolar masih mampu menjalani hidup dengan baik dan memiliki hak yang sama dengan orang lain. Seperti hak untuk bekerja, sekolah, berkeluarga, dan hidup damai. Lingkungan sosial yang supportif sangat diperlukan bagi penyintas bipolar agar mampu merasa diterima dan dimengerti. 

Penyintas bipolar akan memilih lingkungan sosial yang membuat diri mereka nyaman. Penyintas bipolar memang cenderung lebih tertutup dalam sebuah hubungan. 

Dengan masih tingginya stigma negatif dan diskriminasi tentang bipolar di masyarakat membuat penyintas bipolar cenderung lebih menutup diri dan tidak mengakui bahwa dirinya adalah seorang penyintas bipolar. Mereka tidak nyaman dengan stigma negatif "bipolar adalah gila". Sehingga penyintas bipolar akan sangat selektif dalam memilih hubungan sosialnya yang akan benar-benar menerima mereka apa adanya.

Ada satu cerita dari sahabat kompasiana yang sempat menghadapi seorang penyintas bipolar disorder. Penyintas ini adalah seorang perempuan berusia 20 tahun. Saat merasa tertekan, Ia akan berusaha menyakiti dirinya sendiri dengan perasaan bersalah yang berlebih. Ia bisa menggunakan benda tajam yang yang ada disekitarnya kemudian ia menggoreskan atau menyayat sendiri tangannya. Terkadang Ia juga kabur dari rumah, mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, merokok berlebihan, sampai meminum minuman keras. Menurut keterangan dari penyintas, Ia memang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Ia juga tidak suka bergaul dengan teman-teman kampusnya dan bahkan sering terjadi percekcokkan diantara mereka.

Lalu, apa yang harus kita lakukan jika menghadapi seorang bipolar? Jadilah teman yang bagi mereka dengan mempelajari tentang gangguan bipolar yang terjadi. Jadilah pendengar yang baik dan buatlah Ia merasa bahwa dirinya selalu diterima. Selain itu, bipolar disorder juga dapat ditangani dengan  langkah-langkah perawatan. Namun, perawatan yang dilakukan ini mungkin tidak akan menyembuhkan pengidap bipolar, tetapi dapat menstabilkan perubahan suasana hati yang dialami. Perawatan yang dilakukan juga tergantung dari kondisi seseorang. Ada beberapa perawatan yang biasanya dilakukan kepada seorang pengidap bipolar, yaitu:

1. Melakukan Konseling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun