Sehabis subuh, hujan tiba-tiba turun sangat deras. Derasnya turun tanpa permisi dan suaranya bergemuruh di atas genting. Â
Saat hujan turun, aku sedang menyeduh teh. Sementara Ibu, sedang membuat nasi goreng untuk sarapan.
"Bu, hujan nih. Gimana aku mau ke sekolah ya," ucapku pada Ibu.
"Alhamdulillaah hujan masih mau turun, Za. Ke sekolah ya tinggal pergi aja. Ada payung, jas hujan, pakai dulu sandal ke sekolah. Gampang bukan? _Gitu aja kok repot_ ," ujar Ibu seraya tersenyum padaku.
"Iiihhh Ibu, bukannya begitu. Kalau hujan gede begini, tukang ojek suka nggak mau narik," belaku.
Ya, hari ini aku harus pergi ke sekolah sendiri. Bapak yang biasa setia mengantarkanku sudah dua hari tugas ke luar kota dari kantornya. Di samping itu, arah sekolahku dengan kantor Bapak satu arah. Â
Kalau Ibu memang sangat jarang mengantarku karena kantor tempat Ibu kerja berlawanan arah dengan arah sekolahku.
Aku agak bingung juga kalau hujan begini. Seperti yang sudah kukatakan tadi, kalau hujan deras seperti ini tukang ojek dekat rumahku suka nggak mau narik.
Sementara, untuk sampai ke jalan raya, jalan yang dilalui biskota, yaaa ... lumayan jauh bila jalan kaki, menurutku, kurang lebih 20-25 menitan. Tapi apa boleh buat, itu satu-satunya cara untuk sampai di sekolah.
Waktu menunjukkan pukul 5.15. Hujan menemani sarapan pagiku. Selesai sarapan, aku harus segera pergi. Hujan pun masih akrab dengan guyuran derasnya malah sesekali ditingkahi petir yang lumayan keras.
"Ini jas hujannya, pakai dulu sandal, sepatu masukkan ke tas yah", ini Za, jangan lupa ... ini ... itu ... ini payungnya juga ...".