“………”
“stop.. stop” pekik nash tiba-tiba. Nada suaranya sedikit tinggi
“maafkan aku… bisa kah kita melewati chapter ini dulu tuan penulis…?! aku mohon” diujung kalimat nya suara nash terdengar pelan dan bergelombang menahan tangis
“kenapa lagi nash?” tanya tuan penulis pelan. Kepalanya dimiringkan sedikit dan matanya mencari tahu jawaban dengan mencoba menghubungkan pandangan mata dengan nash namun tidak berhasil karena nash mengelak bertatapan. nash semakin menundukan kepala ia tidak ingin tuan penulis melihat butiran air bening menetes di sudut matanya.
“deadline novel ini tinggal sedikit lagi nash, bahkan bab terakhir sudah aku edit kemarin.. dan kamu tahu nash… chapter ini tidak bisa diloncati terus..” rayu tuan penulis lembut
“ya aku tahu… tinggal chapter ini saja untuk merampungkan novel mu..” kepala nash masih menunduk, kini jari-jari di kedua tangannya malah ditempelkan ke sudut mata kanan dan kiri nya. ia hendak mencegah butiran mata itu jatuh melalui pipi chubby nya.
“yaa.. lalu..?!” tanya tuan penulis nada suara nya terdengar lebih tegas
“hhhmmm…. Bisakah judul bab ini dirubah… jangan berjudul “ungkapan cinta nash” tolong ganti tuan penulis… atau lebih baik rubah saja ceritanya…. Atau di bagian ini peran aku digantikan oleh orang lain..” ujar nash manja. Kini ia berani mengangkat wajahnya dan membawa matanya untuk menatap tuan penulis. mata mereka bertautan.
“hahaha… nash.. nash…” tuan penulis tidak bisa menahan tawanya ketika menangkap mimik muka nash meski seperti sedih tapi tetap terlihat lucu, wajah bulat dengan pipi penuh lalu sorot mata sendu yang berlinang airmata
Nash heran dengan tingkah tuan penulisnya itu yang malah mentertawakan dirinya. Kepala dimundurkan sedikit, dahinya mengkerut sehinggal jarak kedua alisnya menjadi dekat, mulutnya dibuat cemberut, matanya menatap tajam.