Saya sekeluarga terpapar Covid-19 terhitung sejak tanggal 1 Juli 2021. Isteri saya lebih dulu masuk rumah sakit, sedangkan saya dan tiga anak saya isoman di rumah. Pada tanggal 7 Juli isteri saya diperkenankan pulang untuk pemulihan di rumah.
Pada tanggal itu juga, setelah diketahui saturasi oksigen saya 85%, maka saya diharuskan dirawat di rumah sakit. Saya dijemput ambulans Dinas Kesehatan Kota Malang. Setelah di UGD satu hari, malamnya dirawat di ruang khusus pasien Covid-19.
Virus ini sampai sekarang belum ada obatnya. Maka tingkat imunitas kitalah yang dapat melawannya. Untuk menghadapinya, kita harus meningkatkan imunitas itu. Makanan yang bergizi harus kita jaga, ditambah dengan vitamin-vitamin C, D, E dan ditambah Zinc. Semua keperluan itu sudah disiapkan penuh di rumah sakit.
Hal yang lebih penting dari asupan makanan dan vitamin, adalah ketenangan jiwa kita dalam menerima kenyataan itu. Kita adalah makhluk ciptaan Allah dan virus pun juga demikian. Kita terpapar virus pun juga atas izin Allah. Maka, tidak ada alasan lain kecuali kita harus memasrahkan diri kepada-Nya serta memohon disembuhkan dari paparan virus itu.
Mungkin kita menganggap hal ini sebagai musibah yang menimpa diri kita. Maka ada dua kemungkinan orang dalam mengambil sikap. Orang pertama mungkin bersikap marah dan tidak terima atau protes terhadap musibah tersebut. Dan orang kedua bersikap menerima dengan pasrah kepada-Nya, memahami bahwa semua itu adalah kehendak-Nya.
Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsi: "Wahai hamba-Ku, Aku punya keinginan dan kamu pun punya keinginan. Yang pasti terjadi hanyalah keinginan-Ku. Aku akan berikan apapun yang kamu inginkan jika kamu ikuti keinginan-Ku. Jika kamu tidak mengikuti keinginan-Ku, Aku akan lelahkan kamu dalam mengejar keinginanmu. (Jami'us Sa'adat)
Berkaitan dengan hadits qudsi tersebut, orang yang memilih sikap marah, tidak terima atau protes terhadap ketentuan Allah, maka ia akan menderita. Semakin marah dan tidak terima, akan semakin menderita. Dan yang akan berlaku adalah ketetapan (keinginan) Allah. Sikap tidak terima seperti ini tentu akan menurunkan imunitas tubuh.
Sedangkan orang yang memilih pasrah dan berserah diri akan ketetapan Allah, maka ia akan tenang dan tidak stres. Sikap seperti ini akan menimbulkan kebahagiaan dalam kesadaran mengikuti apapun kehendak Allah.
Sikap kedua inilah yang saya pilih saat menghadapi Covid-19. Sikap ini akan membangkitkan semangat dan optimisme untuk sembuh serta menaikkan imunitas tubuh.
Alhamdulillah, perjuangan untuk sembuh saya saya lakukan dengan kepasrahan dan penyerahan diri kepada Allah Swt. Saya tidak memiliki kekuasaan apapun, hanya Allah yang memilikinya. Saya mohon kepada-Nya agar diberi kesempatan untuk sembuh, supaya dapat memperbaiki diri dan lebih dekat dengan-Nya.
Memang berat dan tidak mudah. Tetapi saya berusaha tetap menjaga kesadaran itu, bahwa saya harus tetap ikhlas dan pasrah. Shalat, dzikir dan doa terus saya jaga walaupun dalam segala keterbatasan gerak.