Sebenarnya ada rasa malu juga sih, karena dia sempat menceritakan bahwa aku baru saja selesai menangis di luar.
"Jadi awalnya aku kesal sama kamu Mik, kamu berbicara seolah-olah kain itu hanya untuk kelompok kamu, yang kedua, kamu juga berbicara seolah-olah selendang milik anggota kelompokmu hanya diperuntukkan kelompokmu saja. Padahal disitu kita butuh banyak selendang untuk menutup jendela, setidaknya kalau kelompok kamu gak bisa menyumbang selendang, gak usah dijelasin tentang selendang kalian yang akan dipakai sebagai tirai untuk nanti kelompok kalian tampil. Dan yang ketiga, Isabel bilang bahwa papan yang dia bawa itu khusus untuk kelompoknya saja. Jelas kan? Kita semua sakit hati."
Sebenarnya aku salah satu orang yang tidak sanggup untuk mengkritik orang lain, aku takut salah bicara. Tapi untuk kali ini aku memberanikan diri dan egoku yang berbicara.Â
"Gini ya Riek, kita ngaku salah. Mungkin kita salah ngomong, kalau soal papan aku benar-benar gak tahu. Dan Isabel sudah mengakui itu kepadaku. Kita minta maaf, tapi kita bicara soal kain yang khusus untuk kelompok kita karena kita tahu bahwa itu gak akan cukup buat dipakai satu kelas. Kalaupun kalian mau pakai, kalian boleh meminjamnya setelah kelompokku tampil. Dan untuk backstage, kamu gak usah capek-capek mencari kursi. Kita pakai ini saja, kita buat bareng-bareng." Jawab Mika
"Selain itu, kita juga merasa tersisihkan, karena kelompok kamu dan kelompok 2 sibuk mendekor kelas ini, bayangkan, kalian mengerjakannya oleh 2 kelompok. Sedangkan kita hanya kelompok kita saja yang mengerjakan." Sahut Isabel
Semua sudah jelas, pertengkaran ini terjadi beranjak dari ego masing-masing dan bukan karena kesalahpahaman. Kami pun saling meminta maaf dan melanjutkan tugas kami yaitu mendekor ruangan untuk pentas drama esok hari.