Sadar bahwa tirta amrta berada dalam kekuasaan para asura yang berwatak raksasa tersebut, Dewa Wisnu menjelma sebagai wanita jelita bernama Mohini. Siasat ini untuk mengelabuhi para asura agar terpikat dengan kecantikan Mohini dan tirta amrta dapat dikuasai kembali.
Melihat kecantikan Mohini, para asura terpikat hingga menyerahkan tirta amrta. Setelah tirta amrta berhasil diambil alih, kemudian Mohini pergi meninggalkan para asura dan berubah wujud menjadi Dewa Wisnu kembali.
Merasa ditipu, para asura marah kepada para dewa dan terjadilah pertempuran diantara kedua belah pihak. Karena sama-sama memiliki kesaktian, Dewa Wisnu menggunakan sejata cakranya untuk memungkasi para asura.
Kemudian para dewa pergi ke Wisnuloka untuk berpesta minum tirta amrta agar mendapat kehidupan abadi yang tak kan pernah mati.
Sayang, saat pesta berlangsung ada salah seorang asura yang menyamar sebagai dewa turut minum tirta amrta.
Beruntung penyamaran asura tersebut diketahui oleh Dewa Matahari dan Dewa Bulan dan melaporkan kepada Dewa Wisnu. Â Dengan cepat Dewa Wisnu melemparkan senjata cakranya tepat mengenai leher sang asura ketika tirta amrta sudah ditenggak hingga tenggorokannya.
Terkena sasaran senjata cakra, tubuh sang asura mati seketika, namun bagian kepalanya masih hidup lantaran tirta amrta sudah meresap hingga tenggorokannya.
Akhirnya sang asura marah dan mengancam kepada Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Ia bersumpah hendak memangsa kedua dewa yang telah melaporkan kepada Dewa Wisnu tersebut setiap pertengahan bulan. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan legenda
terjadinya gerhada bulan dan matahari yang terjadi setiap pertengahan bulan.
Nganjuk pada Slogan Nganjuk Jayamrta ?
Kata Nganjuk merupakan tempat atau daerah sebagaimana Kabupaten Nganjuk sekarang. Kata Nganjuk merupakan toponime dari kata Anjukladang yang juga ter-gurit pada isi Prasasti Anjukladang. Kata Anjukladang melekat pada kalimat: sang hyang prasada kabhaktyan  i  dharma  samgat  pu anjukladang ... (baris 5). Yang artinya sebuah bangunan suci (candi) sebagai dharma seorang pejabat bernama Samgat Pu Anjukladang. Kemudian, nama Anjukladang tersebut berkembang menjadi nama Nganjuk setelah mengalami proses nasalisasi huruf "ng" di depan kata Anjuk.