Mohon tunggu...
Pak Suka
Pak Suka Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Slogan Nganjuk Jayamrta

14 Agustus 2024   08:06 Diperbarui: 14 Agustus 2024   08:29 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Hyang Prasada Kabaktyan Sri Jayamrta dan Prasasti Anjukladang / Jayastanmbha (Dokpri)

Ada hal menarik yang patut disimak, salah satu calon pemimpin nomor satu di Nganjuk telah memilih slogan dengan mengadopsi istilah bahasa Sansekerta, yaitu Nganjuk Jayamrta. Dari slogan tersebut menunjukkan bahwa Nganjuk merupakan suatu daerah dan Jayamrta suatu tujuan yang ingin digapai.

Jelas bahwa tokoh yang satu ini memiliki visi dan misi ke depan penuh dengan perenungan dan pertimbangan yang matang alias tidak asal menyomot kata-kata indah. Lantaran slogan Nganjuk Jayamrta dimana akar kata aslinya adalah Jaya Amrta tersebut sama halnya sang tokoh telah mengangkat akar budaya leluhur sebagai tujuan sukses gemilangnya dari bumi Nganjuk. 

Entah, bakal calon pemimpin ini secara sengaja atau kebetulan memilih slogan yang sesungguhnya memiliki makna filosofis sangat tinggi ini, yang jelas kata Jayamrta ter-gurit pada isi Prasasti Anjukladang atau Jayastambha. Yaitu sebuah surat keputusan raja Mataram Medang Pu Sindok tentang penetapan sebidang tanah kakatikan untuk ditetapkan sebagai tanah bebas pajak atau tanah sima.

Dalam Prasasti Anjukladang, kata Jayamrta tertulis bersama kata Sang Hyang Prasada Kabaktyan i Sri Jayamrta (baris 8). Maknanya, sebuah bangunan tinggi (candi) yang diperdewakan berada di suatu tempat bernama Sri Jayamrta. Sehingga bangunan tersebut dikenal sebagai Candi Sri Jayamrta, karena terikat oleh nama suatu tempat, yaitu Sri Jayamrta.

Kata Jayamerta sebenarnya terdiri dari tiga gabungan kata, yaitu, "jaya", "a", dan "merta". "Jaya" berarti penaklukan, kemenangan, seruan kemenangan, "a" berarti tan atau tidak, dan "mrta" berarti kematian. (Zoedmulder, Kamus Jawa Kuno - Indonesia). Karena kata "jaya_amerta" apabila digabung, salah satu vokal "a" harus lebur, sehingga menjadi "jayamrta", yang berarti kemenangan yang tak kan pernah mati alias kekal abadi.

Dalam kitab Wisnu Purana disebutkan, kata "amrta" bersama kata 'tirta", yaitu "tirtamrta atau tirta amrta". yaitu air suci yang menjadikan peminumnya hidup abadi.

Ceritanya, Dewa Wisnu menjelma sebagai kura-kura atau akupa, turun ke bumi untuk menyelamatkan mayapada dan seisinya.

Awalnya, para dewa dan para asura telah melakukan sidang di Gunung Mahameru untuk mendapatkan air keabadian atau tirta amrta. Karena siapa saja yang berhasil minum tirta amrta, maka mereka dapat hidup abadi dan tak pernah mati, layaknya hidup di surga.

Pada saat bersidang hampir mencapai date lock, karena tidak ada yang dapat menunjukkan di mana letak tirta amrta berada dan bagaimana caranya untuk mendapatkannya. Lantas, Dewa Wisnu tiba-tiba bersuara dan memberikan petunjuk bahwa tirta amerta dapat diperoleh di dasar samudera susu atau dikenal dengan sebutan Samudera Mantana. Namun untuk mendapatkannya harus dengan cara diaduk.

Bergegas, para dewa dan asura mendatangi Samudera Mantana dan bermaksud untuk mengaduk-ngaduknya. Dijebollah gunung Mandara sebagai alat pengaduk. Untuk mengaduk, para dewa minta bantuan Dewa Naga Basuki. Tubuh Naga Basuki dililitkan pada  lereng Gunung Mandara. Bagian kepala Dewa Basuki dipegangi oleh para asura, dan di bagian ekor dipegangi oleh para dewa. Kemudian pengaduk diputar dengan kencang. Kuatir akan tenggelam, maka Dewa Wisnu yang menjelma sebagai akupa atau kura-kura raksasa menyangga bagian bawah gunung dan Dewa Indra duduk di ujungnya untuk menekan agar tidak melayang.

Setelah samudera susu diaduk, muncullah Dhanwantari dari dalam samudera sedang menjinjing pertala berisi tirta amerta hendak dibagi-bagikan kepada seluruh dewa. Mengetahui para asura tidak mendapat bagian, tirta amrta direbut untuk dikuasai. Maka terjadilah pertengkaran antara pihak dewa dengan para asura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun