Mohon tunggu...
Pak Suka
Pak Suka Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakem Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk 1880-2024

24 Mei 2024   19:24 Diperbarui: 24 Mei 2024   20:09 2886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bregada Jayeng Sekar

Bregada Jayeng Sekar yaitu pasukan pembawa tombak, memiliki arti pemuda yang unggul dalam setiap perjuangan. Dengan bersenjata tombak (waos) yang mampu melempar sasaran dari jarak jauh maupun jarak dekat. Pasukan Jayeng Sekar juga unggul dalam krida gebug dan suduk.

Jumlah pasukan pembawa tombak 18 orang. Angka 18, menggambarkan angka abad tahun 1800.

Bregada Songsong Buwana

Bregada Songsong Buwana yaitu pasukan pembawa payung. Payung sebagai simbol kedudukan pemimpin yang harus bisa mengayomi dan melindungi dunia. Maka bregada Songsong Buwana mengambarkan tugas para natapraja untuk mengayomi melindungi dunia beserta seluruh isinya.

Jumlah pasukan payung 80 orang. Angka 80 menggambarkan angka tahun.

Sehingga, apabila digabung akan terbaca 6 Juni 1880, yaitu waktu dilaksanakan Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk untuk pertama kali sesuai dokumen salinan surat laporan Residen Kediri Meyer kepada Gubernur Jenderal tertanggal 8 Juni 1880, dengan nomor surat 3024a/4205.

Pembawa Dupa dan Ubarampe Sesaji

Dupa yang dimaksud adalah kemenyan yang dibakar untuk melengkapi jalannya kirap Boyong Natapraja agar tampak sakral. Pasalnya, tradisi membakar dupa ini juga dilakukan oleh nenek moyang kita jaman dahulu untuk memanjatkan doa yang membubung tinggi serta haruman mewangi bagaikan aroma wangian surgawi yang membawa persembahan doa kepada leluhur. Hanya saja dalam prosesi kirap Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk ini, membakar dupa tidak dimaknai sebagai kebutuhan ritual, melainkan sebagai kebutuhan budaya yang bersifat universal. Sedangkan yang dimaksud ubarampe adalah cok bakal lengkap.

Pembawa Pusaka

Pusaka yang turut dikirap pada prosesi boyongan ada dua jenis, yaitu Tombak Kyai Jurang Penatas dan Songsong Kyai Tunggul Wulung. Pusaka Kyai Jurang Penatas dan Kyai Tunggul (Wulung) sebagai pusaka andalan Nganjuk. Memiliki filosofi menghancurkan jurang pemisah, meratakan perbedaan yang ada.Tunggul (Wulung) memiliki makna mengayomi dan melindungi. Seperti dalam pewayangan pusaka negara Amarta adalah Songsong Tunggul (Wulung) yang dijaga para kesatria Pandawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun