Usai pembacaan doa, dilanjut dengan acara porakan gunungan (grebegan). Gunungan berupa tumpeng raksasa dari bahan hasil bumi tersebut di-purak (diperebutkan) ramai-ramai oleh warga Nganjuk yang sedang menyaksikan jalannya kirap. Porakan gunungan ini menggambarkan kesejahteraan rakyat Nganjuk. Makna yang tersirat sebagai rasa syukur masyarakat Nganjuk kepada sang pencipta telah diberi rejeki yang melimpah.
*) Kostum peserta kirap didominasi dengan sentuhan warna lurik (hitam putih), sebagai motif kain khas Nganjuk.
*) Pakem Kirap Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk juga melibatkan masyarakat Nganjuk yang turut menyaksikan jalannya kirap. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa lurik sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya tradisional di Nganjuk.
*) Pakem Kirap Boyong Natapraja Berbek ke Nganjuk disusun di Nganjuk pada 24 Mei 2024 oleh Sukadi, S.Pd., MM.Pd., Amin Fuadi, MM., Rudy Handoko, S.S., Didik Wahyu Hariyanto, Rizal Cahayarama, dan Afrizal Laksita Akbar.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H