Mohon tunggu...
Nfitri Hermayati
Nfitri Hermayati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan seorang tenaga pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Subang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Upaya Nasakomisasi TNI AD dan Dampaknya pada Situasi Politik Indonesia Tahun 1960-1967

23 Januari 2023   11:36 Diperbarui: 23 Januari 2023   11:41 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cirri kepribadian TNI: Anti fasis, Demokratis, Anti imperialis dan bercita-cita Sosialisme yang berporoskan Nasakom.

Harus dipentingkan kesatuan dan koordinasi efektif antara semua angkatan.

Tolak masuk SEATO baik dari pintu muka maupun dari pintu belakang (Anwar, 2006: 248-249).

Selain Aidit, perwakilan dari PNI yaitu Ali Sastroamidjojo dan perwakilan dari NU yaitu Idham Chalid pun ikut berpidato mengenai pentingnya Nasakom di hadapan para perwira di Seskoad.

Lalu Bagaimana dampak dari adanya Naskomisasi ini terhadap kehidupan politik Indonesia dari tahun 1960-1967

Upaya Nasakomisasi terhadap TNI-AD tersebut menimbulkan berbagai macam reaksi dari pihak TNI-AD. Setiap bentuk upaya Nasakomisasi yang dilakukan terhadap TNI-AD mendapat berbagai tanggapan dan reaksi tersendiri dari pihak TNI-AD. Reaksi yang muncul dari TNI-AD terhadap upaya Nasakomisasi menggambarkan hubungan antara TNI-AD dengan Presiden Soekarno dan PKI pada perkembangannya. Dilakukannya upaya Nasakomisasi terhadap TNI-AD menyebabkan posisi TNI-AD berada dalam sikap yang dilematis karena disatu sisi pihak TNI-AD ialah salah satu pihak yang harus taat dan patuh terhadap pimpinannya yaitu Panglima Tertinggi Angkatan Perang yang dijabat oleh presiden. Namun di sisi lain, pihak TNI-AD merupakan salah satu pihak yang menentang keras keberadaan komunis atau PKI di Indonesia.

Dalam hal Nasakomisasi ini, pihak TNI-AD terbagi menjadi dua pihak yaitu pihak yang pro terhadap Presiden Soekarno atau yang loyal terhadap kebijakan presiden dan pihak yang kontra terhadap pemikiran dan kebijakan presiden. Pihak yang dianggap sebagai pihak yang loyal terhadap presiden ialah kubu Jenderal Letnan Achmad Yani. Achmad Yani sendiri menyatakan bahwa ia setuju dengan Nasakom namun tidak setuju dengan Nasakomisasi. Sedangkan pihak yang lebih dinilai selalu mengkritik kebijakan Presiden terutama konsep Nasakom dan Nasakomisasi ialah kubu Jenderal A. H. Nasution. Presiden dan pengikutnya khususnya PKI telah menyusun strategi untuk menyikapi siapa saja yang menentang Nasakom. Mereka beranggapan bahwa barang siapa yang menolak Nasakom maka ia harus siap untuk di ganyang. Namun isu tersebut hanya pembicaraan semata di kalangan TNI-AD karena yang berhasil diganyang ialah hanya sekumpulan kelompok mahasiswa yang mengkritisi pemerintahan Presiden. Sedangkan pihak TNI-AD yang menentang tersebut tidak berhasil diganyang karena memiliki banyak pendukung dan masa di kalangan perwira.

Berbagai upaya Nasakomisasi yang dilakukan dan berbagai reaksi yang muncul dari kalangan TNI-AD menimbulkan suatu dampak umum dalam hubungan antara ketiga pelakunya. Dampak tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu dampak dalam bidang politik dan dampak terhadap TNI-AD. Dampak dalam bidang politik yaitu dapat terlihat dengan munculnya pertentangan politik tiga kaki atau segitiga kekuasaan antara Presiden Soekarno, TNI-AD dan PKI yang telah diprediksi sejak lama akan terjadi. Pertentangan tersebut munculnya karena adanya masing-masing kepentingan dari setiap golongan yang ingin dicapai. Perbedaan kepentingan tersebut mencapai puncaknya pada peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965 yang bermuara di Lubang Buaya.

Peristiwa tersebut menewaskan tujuh orang perwira Angkatan Darat . Sampai saat ini peristiwa tersebut masih menjadi fenomena kontroversial mengenai siapa yang mendalanginya. Namun yang pasti bahwa dengan adanya peristiwa ini maka tentara khususnya pihak TNI-AD dapat melumpuhkan dan menumpas PKI di Indonesia melalui Supersemar 1966. Dari segi politik, dengan dibubarkannya PKI maka Presiden Soekarno terlihat kehilangan pendukung terbesarnya sehingga menyebabkan turunnya pamor Presiden Soekarno sampai pada akhirnya Soekarno turun dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Mayjen Soeharto melalui Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967.

Dampak secara nyata pun terlihat dalam tubuh TNI-AD sebagai objek dari Nasakomisasi. Tidak tuntasnya Nasakomisasi dalam TNI-AD dan bahkan berubah menjadi pertentangan antara tiga kekuatan besar di Indonesia meruncing pada suatu peristiwa permasalahan internal Angkatan Darat yaitu Peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini membawa dampak yang baik terhadap tentara. Karena dengan berhasilnya tentara untuk membubarkan PKI maka nama tentara pun kembali bersinar di mata masyarakat. Kehidupan politik TNI-AD pun mulai kembali tegak dalam pemerintahan Indonesia bahkan setelah masa Demokrasi Terpimpin yaitu pada masa Orde Baru.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun