Mohon tunggu...
Nfitri Hermayati
Nfitri Hermayati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan seorang tenaga pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Subang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Upaya Nasakomisasi TNI AD dan Dampaknya pada Situasi Politik Indonesia Tahun 1960-1967

23 Januari 2023   11:36 Diperbarui: 23 Januari 2023   11:41 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Upaya Nasakomisasi dalam tubuh Angkatan Darat tidak diperlihatkan secara jelas dan nyata. Presiden dan pengikutnya tidak melakukannya secara langsung karena khawatir timbulnya penolakan dan pertentangan dari berbagai pihak. Upaya Nasakomisasi ini dilakukan melalui pidato-pidato yang disuarakan oleh Presiden Soekarno maupun pemikiran dan kebijakan politik yang dikeluarkan Presiden. Upaya Nasakomisasi sebenarnya dilakukan terhadap semua lapisan masyarakat yang ada di Indonesia khususnya lapisan yang memiliki kepentingan politik dalam pemerintahan. Namun penelitian ini hanya memfokuskan pada upaya Nasakomisasi dalam tubuh Angkatan Darat yang dalam perkembangannya memiliki hubungan yang kurang baik dengan presiden maupun pihak PKI.

Salah satu langkah awal dari upaya Nasakomisasi yang dilakukan presiden dan PKI terhadap partai yang anti komunis ialah dengan cara menyerang dan membubarkan partai yang anti komunis atau komunis fobia seperti PSI, partai Murba dan Masyumi. Di dalam sosialisme Indonesia tidak ada ruang bagi PKI-fobia atau komunisto-fobia, seperti yang dinyatakan dalam pidato-pidato atau wawancara terbuka presiden. Hal ini dilakukan karena Presiden Soekarno membutuhkan hubungan yang baik dengan kaum komunis untuk mendapatkan persenjataan Rusia yang dibutuhkan untuk memperkuat kekuatan militer dalam perselisihan Irian Barat.

Secara umum upaya Nasakomisasi dilakukan secara tidak langsung melainkan melalui kebijakan dan pemikiran politik yang dianggap sebagai doktrin politik untuk masyarakat. Doktrin tersebut disampaikan Presiden Soekarno dan pengikutnya khususnya PKI melalui pidato-pidato yang selalu disuarakan dihadapan masyarakat banyak dalam berbagai kesempatan. Pidato-pidato yang berisi anjuran untuk melaksanakan Nasakom dimulai sejak tahun 1960, sejak dikeluarkannya pidato yang berjudul Laksana Malaekat Jang Menjerbu Dari Langit Djalannya Revolusi Kita (DJAREK) yang dijadikan sebagai Manipol Usdek. Pidato presiden ini ditujukan bagi seluruh lapisan masyarakat termasuk pihak Angkatan Darat. Pidato-pidato presiden yang berisi amanat presiden diharapkan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat luas.

Dalam perkembangan selanjutnya, misi-misi Nasakom terus diterapkan dalam setiap pidato yang disuarakan di setiap kesempatan, dimana pun dan kapan pun. Dalam pidato Djarek disebutkan bahwa jalannya revolusi kita akan terlaksana apabila kita dapat membentuk dan menjalankan Manifesto Politik. Manifesto Politik tersebut ditambahkan dengan intisarinya yaitu USDEK (Undang-undang, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Nasional). Manipol USDEK ini merupakan perasaan dari Pancasila dan berporoskan Nasakom untuk membentuk Sosialisme Indonesia. Selain itu, menurut Presiden Soekarno, Revolusi kita dapat berjalan jika tiga golongan yang ada di Indonesia bersatu yaitu Islam, Nasionalisme dan Komunis. Sehingga Nasakomisasi memang perlu dilaksanakan.

Upaya Nasakomisasi terhadap angkatan darat juga dilaksanakan secara tidak langsung dan tidak terlihat secara nyata sebagai sebuah indoktrinasi. Sama halnya dengan golongan lainnya, indoktrinasi Nasakom yang dilakukan terhadap TNI-AD pun melalui pidato-pidato yang didalamnya terkandung doktrin-doktrin politik untuk melaksanakan Nasakom. Namun selain itu, pihak angkatan darat menerima indoktrinasi Nasakom melalui perintah yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno langsung yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata. Dalam tugas dan misi Sapta Marga nya, TNI-AD memiliki tugas untuk mematuhi dan mengikuti setiap perintah dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata/Pemimpin Besar Revolusi yang dikenal dengan Amanat Presiden/Pangti ABRI/PBR. Termasuk mengikuti dan mematuhi doktrin Nasakom karena Nasakom merupakan bagian dari penemuan kembali Revolusi kita.

Dalam perkembangan selanjutnya, Presiden Soekarno mensejajarkan pelaksanaan Manipol USDEK dengan pelaksanaan Pancasila. Slogan yang disuarakan kepada masyarakat luas termasuk TNI-AD ialah “anti Manipol berarti anti Pancasila dan anti-Nasakom berarti anti Pancasila pula”. Dengan kata lain Presiden Soekarno mensejajarkan Pancasila dengan Nasakom. Slogan yang dikeluarkan tersebut dinilai sebagai bentuk Nasakomisasi terhadap TNI-AD. Slogan tersebut disuarakan Presiden Soekarno dengan dibantu oleh pengikutnya khususnya pimpinan PKI yaitu D.N Aidit. Seperti yang digambarkan dalam buku putih yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara RI (1994: 32), yang menyatakan bahwa:

       Tema Pancasila sebagai alat pemersatu dikampanyekan oleh D. N. Aidit di kalangan ABRI, bersama-sama dengan kampanye nasakomisasi, pengindonesiaan Marxisme dan ide-ide revolusioner menurut model komunis, yang menjadi sasaran kampanye D. N. Aidit ialah perwira-perwira ABRI terutama yang sedang mengikuti pendidikan di tingkat Sekolah Staf dan Komando (Sesko).

Pada tahun 1961, bentuk Nasakomisasi diperlihatkan dalam bentuk ujian Manipol pada tanggal 11 April 1961, karena Nasakom merupakan bagian dari Manipol. Ujian Manipol ini ditujukan kepada para perwira angkatan darat dan para pemimpin partai. Ujian ini diadakan dengan tujuan untuk melihat seberapa besar kesetiaan para perwira dan pemimpin partai dalam melaksanakan kebijakan Presiden Soekarno. Dalam ujian ini pula diumumkan terbitnya buku Di Bawah Bendera Revolusi jilid pertama yang berisi kumpulan tulisan Presiden Soekarno dari tahun 1926 sampai 1941. Disampaikan bahwa dengan membaca buku ini maka pembaca akan mengerti bahwa sejak tahun 1926 Bung Karno telah mencita-citakan persatuan antara golongan Nasionalis, Islam dan Marxis sehingga persatuan Nasakom sekarang ini pada hakekatnya bukan barang baru (Anwar, 2006: 16).

entuk lain dari Nasakomisasi terhadap TNI-AD ialah dengan dikeluarkannya pidato-pidato oleh D. N. Aidit di depan para peserta Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) pada tanggal 1 juli 1963 atas permintaan komandan sekolah tersebut yaitu Mayjen Sudirman. Pidato Aidit itu berjudul “Front Nasional dan Pertahanan”. Pidato ini juga dimuat di Koran PKI Harian Rakyat dengan judul D.N Aidit di Seskoad: Pertahanan nasional harus tunduk pada strategi umum revolusi Indonesia. Intisari dari pidato tersebut ialah:

Pada hakikatnya Tentara kita adalah kaum tani bersenjata.

Pancasila adalah pemersatu dan progresif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun