Mohon tunggu...
Neylasari
Neylasari Mohon Tunggu... profesional -

ketika mimpi dan harapan datang terlalu pagi... maka cukup hanya secercah senja merah saga yang tertinggal di tepian asa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Moksa Dalam Rindu

20 Oktober 2016   12:20 Diperbarui: 20 Oktober 2016   12:42 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mengaca dalam kekeringan

Mengembun dalam pasir yang saling bersautan

Aku berbaur binar keindraan

Sedap dalam cawan-cawan tipis bertahta berlian

Awan panjang berserak memudar

Mengecap pucuk-pucuk candu yang tewas dalam pembaringan

Menebas hiruk pikuk dalam kabung haru

Seperti anai-anai yang menari merdu

Duhai kau penerima sabda...

Ku titipkan rinduku pada pandita

Biarkan luka hatiku menjadi beku...

Menerima bara yang padam dalam sekam batu

Wahai kau peniup ruh candu...

Belailah indah air mataku

Tampunglah...

Banyaknya butiran sakit yang sudah tak mampu lagi kutahan

hitunglah...

Banyaknya cinta yang ku pendam dalam kedalaman

Sebegitu juga banyak darah tumpah dari jiwaku

Aku terseok menghampirimu...

Aku putus asa melukis indah matamu...

biarkan aku mati dalam pembaringan api...

agar jasadku pun tak bisa kau kenali...

agar tulang dan jiwaku pun tak bisa kau miliki...

Biarkan aku putus asa dan mati...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun