"Selamat ulang tahun yang'Kar, juga selamat ulang tahun pernikahan untuk 4 hari lagi, bahagia, sejahtera, semoga cepat sembuh, pulih kuat kembali." ucap Martha cucu paling kecil diantara 7 cucu eyang kakung Karmani dengan eyang putri Fatimah.
Tepat tanggal 24 Agustus pak Karmani berusia 82 tahun dan 4 hari kemudian tepat hari ulang tahun pernikahan ke 50.
Perayaannya digabung, karena ambil praktisnya, pas hari minggu, semua anak, menantu dan cucu bisa datang. Oya, cucu buyut ada 2 juga ikut datang.
Walau eyang / kakek Karmani dalam keadaan sakit, opname di Rumah Sakit, tapi tidak mengurangi kemeriahan hari ulang tahun itu.
Karena, fasilitas RS memungkinkan untuk mengadakan acara, memang di paviliun tidak begitu luas, tapi cukuplah.
Eyang putri Fatimah dengan sabar merawat yangkung, suami masa mudanya, gurat cantik masih nampak diwajah sepuhnya. Fatimah memang cantik waktu gadis, dia bunga desa, anak pak Kartijo, buruh tani di desa Gelandir di Jawa Tengah.
~~~
Flashback 50 tahun yang lalu.
Karmani muda datang bersama team Penyuluh Pertanian ke Kecamatan Kembenan, disana ada terdiri dari beberapa Desa termasuk salah satunya desa Glandir.
Nah disanalah Karmani terpikat oleh kecantikan Fatimah. Gayung bersambut, Fatimahpun menyambutnya dengan cintanya.
Tapi, ...
Dalam berjalannya waktu, setiap kali Karmani tampan, sopan santun dan bersahaja itu mengajak lebih serius menjalin hubungan dengan gadis dusun kembang desa itu, tiap kali pula Fatimah masih belum bisa menjawab.
"Bicaralah kamu dik, kita sudah cukup waktu untuk memikirkan masa depan hubungan cinta kita." kata Karmani disuatu hari.
"Ya mas, Fatimah tahu dan bapak juga sudah menanyakan terus, kelanjutan hubungan kita, tapi ... " Fatimah diam dan ada nuansa keraguan.
"Ayolah dik, katakan saja, kalau sekiranya mas masih ada kekurangan, mas akan penuhi kekurangan itu, kalau adik tidak katakan, mas tidak bisa menebak tentang kamu dik, mas tidak tahu apa yang ada pada dirimu dik." Fatimah tetap masih diam.
Empat bulan kemudian.
Fatimah mengajak Karmani datang kepernikahan adik tirinya yang tinggal di desa lain satu kecamatan.
Karmani bersedia menemani, sekalian kesempatan berkenalan dengan keluarga calon gadis yang akan dijadikan istrinya. Ternyata tidak begitu jauh jarak rumah Fatimah dengan saudara tirinya.Â
Didalam acara perhelatan nikah itu, Karmani melihat ada sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan, membayangkanpun juga tidak.
Yang duduk disebelah ibu mempelai perempuan itu seorang bapak yang dia kenal, itu bapaknya Fatimah.
Oh, ...
Dia baru sadar kalau bapaknya Fatimah punya istri kedua. Ah ... bodohnya aku, saudara tiri kan sudah jelas artinya. (kata hatinya)
Dikemudian hari.
"Fatimah, sekarang giliran kamu." kata bapak kepada Fatimah.
"Giliran apa pak, kok kayak antri beras atau minyak di koprasi, yen ngendikan mbok sing gamblang ngoten hlo pak." Â jawab Fatimah. yang maksudnya, bapaknya di minta bicara terus terang saja, biar jelas.
"Kamu kan sudah punya calon bojo (jodoh atau suami), kapan kamu dilamar?" tanya bapak.
"Bener ini pak ... bapak sudah ijinkan dan akan merestui Fatimah jadi istrinya mas Karmani?" tanya balik Fatimah kepada bapaknya.
"Yaa, ... bapak merestui kamu menikah dengan Karmani, dasar dan alasanmu bapak bisa menerima."
Fatimah sujud dihadapan bapaknya.
~~~
Dan, ...
Selanjutnya, mereka menikah dan hidup sejahtera dan bahagia.
Dari jalinan cinta  hingga sampai di pelaminan dan hidup bersama.
'TAKZIM' mereka saling menghormati yang satu terhadap yang lain, tidak ada cerita saling menyakiti, tetap setia pada janji, komitmen hidup bersama, satu istri, satu suami sampai akhir.
~~~
"Fatimah istriku satu, bahagiakah kamu hidup dengan aku Karmani pacar masa mudamu dulu." suatu malam Karmani bertanya kepada Fatimah isti masa mudanya.
"Ya mas, sebelum aku jawab, ini waktunya minum obat, ini ... jangan telat, nanti kita asyik pacaran, lupa minum obat." Karmani tersedak ... minum obat sambil tertawa, ingat masa pacaran dipematang sawah desa Glandir dulu, duluuuu banget. hehehe....
"Ooh ... hati-hati mas, jangan sambil tertawa, nanti bisa tersedak." Karmani malah tambah tertawa geli ...
Seolah dia sedang memutar kaleideskup kehidupan di masa muda yang penuh liku, bersama dengan istri tercintanya, perselisihan, pertengkaran ada juga, tapi itu semua jadi seni dan bumbu penyedap dalam rumah tangga yang sangat panjang, walau kadang membosankan, tapi harus jalan terus sampai akhir kehidupan.
Tidak boleh gagal, tidak boleh berhenti sampai garis finish.
"Fatimah istriku satu, ada yang mas mau katakan, dengarkanlah." pinta Karmani lanjutkan pembicaraan tadi yang sempat tertunda.
"Ya mas, silahkan Fatimah dengarkan."
"Kata dokter, hidup mas tak lama lagi dik."
"Aah ... mas jangan begitu, mati hidup bukan ditangan dokter, tapi Allah yang menentukan, jangan percaya vonis dokter." sanggah istrinya. sambil mengusap airmata tak sadar membasahi pipi keriputnya.
"Ya dik, kapanpun, mas pasti akan meninggalkanmu. siapkanlah dirimu dik kalau sudah waktunya tak bisa menghindar." mereka diam, merenung.
"Ya mas, adik Fatimah siap dan percaya, mas akan bahagia di surga sana, aku istri mas juga akan bahagia, karena mas Karmani berhasil membuktikan arti cinta, kasih dan sayang sebagai suami yang setia punya istri hanya satu sampai akhir, bahkan disurga sana, mas tetap sendiri walau tidak dengan aku disurga sana, dan ... " Fatimah berhenti, tangisnya tak tertahan lagi.Â
Fatimah rebahkan kepala di diatas dada suaminya, yang masih terbaring di bed rumah sakit. Â
Karmani membiarkan istrinya menangis, sambil dibelai rambut kepala yang sudah memutih hampir semua.
"Dan apa dik? teruskan kalau sudah selesai menangis." pinta suaminya dengan lembut dan kesabaran.
"Dan aku lebih bahagia mas ... , karena disurga mas, tidak akan ada Bidadari surga disana, yang menggantikan posisi adik Fatimah sebagai istri."
"Oooh ... Fatimah istriku satu, seperti janji nikahku dahulu dihadapan Pastur dan Allah'ku, istriku satu kamu Fatimah didunia dan akherat." tangisan Fatimah kali ini tangis bahagia, suaminya membuktikan janji nikahnya, tetap setia dengan satu istri didunia dan di surga.
"Fatimah istriku, mas tidak meragukan cinta dik Fatimah, tapi ... "
"Tapi apa mas? katakan saja selagi masih ada waktu dan kesempatan." pinta istrinya.
"Bila waktunya tiba, dik Fatimah sampai disuganya adik disana, dik Fatimah yang sekarang kempot peyot, tua renta, akan berubah jadi cantik melebihi cantiknya Bidadari surga. Dan mungkin akan mendapat hadiah suami perjaka baru disurga sana." Fatimah diam, tidak tahu akan berkata apa.
Beberapa hari kemudian.
"Saudaraku terkasih bapak Karmani, karena iman percaya dan kesetiaanmu, debu tanah kembali ke asal, menjadi debu tanah, Roh akan kembali kepada sang pencipta bersama Allah di Surga hidup kekal selamanya. Amin."
~~~
Malam pertama Fatimah hidup sendiri, suami tubuhnya sudah kembali keasal menjadi debu tanah. Rohnya sudah di surga.
Sekarang dia merenung.
Mungkin,...
Dirinya akan masuk neraka, sebagai hukuman karena menikah dengan orang "kafir"
Entahlah, ...
Suaminya sangat baik, tidak pernah masalah dengan imannya. Memberi kebebasan kepada istrinya.
Saling menghormati, saling perhatian dan peduli. Fatimahpun demikian.
Ibadah, ...
Masing-masing jalankan secara wajar, tidak pernah ada masalah, semua baik-baik saja, termasuk tentang anak, menantu dan cucu.
Ada 3 pilihan. Neraka, Surganya sendiri dan Surganya suami.
Ada yang bisa Fatimah lakukan, dia akan lakukan, selagi masih ada waktu dan kesempatan. Amin.
Hak sepenuhnya ada pada Fatimah.
Saya penulis cerita ini pun tidak punya hak atas keputusan Fatimah, pasti akan tidak 'fair'
Tapi, ...
Fatimah punya tujuan pasti, punya suami setia sampai mati.
Fatimah juga mau jadi istri setia sampai mati, tidak mau ada orang lain di dirinya.
~~~~~ )o( ~~~~~
Terima kasih, salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H