Laki-laki itu berjalan sendiri melawan arus pejalan kaki.
Menunduk dalam diam sambil memerintahkan arah yang dikehendakinya pada kakinya.
Abai dengan tatap bingung sekitarnya.
Hari-hari berjalan dalam gerak sederhana, hitam dan putih..
Perempuan itu berdiri sendiri di pinggir jembatan yang mulai lapuk di makan usia.
Memandang kejauhan sambil mendendangkan lagu lawas dari waktu lampau yang terdengar di telinga.
Acuh dengan tatap kasihan sekitarnya.
Hari-hari bergerak dalam gerak sederhana, melembut dan melambat.
Mereka, pribadi-pribadi yang menikmati hidup dalam tenangnya angin..
Mereka, pribadi-pribadi yang merentang kenangan dalam sunyinya percakapan keluar..
Mereka, pribadi-pribadi yang terhibur dengan percakapan-percakapan monolog..
..mereguk sepi laiknya candu.
Laki-laki itu..
Perempuan itu..
Sekali lagi, dia duduk di sudut hatinya yang sepi..
..dalam senandung sunyi yang digemakannya sendiri..
PS:
Untuk setiap orang yang terhibur di dalam ketenangan dan kesunyian,
rasa sepi menjadi candu yang memabukkan sekaligus menenangkan.
Dunia yang tidak diizinkan untuk didatangi oleh mereka..
..karena dunia mereka ramai dengan senyap yang memukau.
- RS
September 2019