Mohon tunggu...
Nicodima Wigonesti Murani
Nicodima Wigonesti Murani Mohon Tunggu... Administrasi - Living in paradise : Indonesia

Pekerja kantoran yang suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Ibu Kota Pindah, Akankah Jakarta Jadi Kampung?

28 Agustus 2019   13:19 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:16 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saat pulang kampung dari Jakarta ke Bandung dengan Kereta Api Argo Parahyangan - Dokpri

Ketika salah seorang teman WNA di tanya apa yang kamu tau soal Jakarta? Jawabannya adalah ibu kota Indonesia, panas dan macet.

Walaupun panas dan macet, Jakarta sebagai ibu kota memiliki magnet tersendiri bagi para pencari kerja terutama para mahasiswa fresh graduate dan orang-orang yang tinggal di daerah.

Banyaknya pencari kerja datang ke Jakarta setiap saat, terutama biasanya saat moment setelah Lebaran. Orang dari "kampung" akan berbondong-bondong datang ke ibu kota dengan impian mendapatkan pekerjaan atau mencari peruntungan dengan berdagang dan berharap adanya perubahan kehidupan yang lebih baik dari pada di kampung halamannya.

Saya ingat waktu awal bekerja, saya mendapatkan pekerjaan di kota kelahiran saya Bandung, jadi bersyukur tidak perlu yang namanya merantau pindah kota dan kos. Banyak dari teman saya yang bekerja di Jakarta dan harus kos. Untungnya karena jarak yang tidak telalu jauh, mereka bisa pulang kampung ke Bandung minimal satu minggu sekali saat weekend.

Setelah bekerja beberapa tahun di Bandung dengan rutinitas yang hampir sama dan berasa monoton, ada perasaan iri kepada teman yang bekerja di Jakarta. Ketika saya datang ke kantor pusat di Jakarta untuk urusan pekerjaan, saya melihat kantor di Jakarta lebih dinamis, lebih sibuk dengan karyawan lebih banyak, seru aja liatnya, tidak seperti di kantor saya di Bandung dengan karyawan tidak terlalu banyak dan bekerjapun sedikit lebih santai.

Keinginan untuk bekerja di Jakarta semakin bertambah ketika teman bercerita serunya jadi anak rantau di Jakarta dan weekend adalah hari yang di tunggu-tunggu untuk mudik dan berburu tiket kereta api dan travel adalah bagian dari suka duka bekerja di ibu kota. Di tambah postingan mereka di sosial media setiap hari Jumat adalah Thank God today is Friday yang artinya mereka bisa pulang ke Bandung untuk bertemu keluarga dan teman sekaligus menikmati kangennya kuliner Bandung yang tidak ada di Jakarta.

Buat saya weekend juga hari yang ditunggu-tunggu karena besoknya saya akan libur dari bekerja. Tapi menurut saya saat itu, sensasi menunggu weekendnya berbeda dengan teman-teman yang bekerja di Jakarta. Rasanya bekerja di ibu kota lebih berwarna dan banyak cerita.

Harapan saya untuk bekerja di Jakarta dan  mencicipi rasanya jadi anak rantau dan mudik ke kampung halaman akhirnya di dengar oleh Tuhan. Setelah saya bekerja hampir 7 tahun di Bandung, akhirnya perusahaan tempat saya bekerja memberi kesempatan saya untuk berkarier di ibu kota. Bersyukur karena mutasi, perpindahan saya dari Bandung ke Jakarta tidak menemui kesulitan, termasuk tempat tinggal yang sudah disediakan oleh perusahaan.

Tidak seperti kebanyakan orang dari daerah yang kadang bermodal nekad pergi ke ibu kota sebelum memiliki perkerjaan dan tempat tinggal dan terpaksa menumpang ke saudara atau malah tetangga sekampung.

Satu bulan pertama setelah pindah ke Jakarta buat saya adalah masa adaptasi yang lumayan berat, ternyata ada benarnya perumpamaan ibu kota lebih kejam dari ibu tiri. 

Pertama yang sangat berasa adalah perubahan udara, Jakarta buat saya sangat panas jauh dari pada udara di Bandung, kedua ternyata orang-orang di ibu kota tidak seramah di Bandung, ketiga atmosfer yang dulu saya lihat ketika saya datang ke kantor Jakarta tidak seindah ketika saya terjun langsung. 

Pekerjaan di Jakarta jauh lebih banyak dan semua harus serba cepat, tidak ada namanya pulang ontime, kalau kata teman saya saking banyaknya pekerjaan, bernafas saja harus nyolong. Relasi pertemanan dengan rekan di kantor dan dengan customer tidak sedekat seperti di Bandung yang kadang sudah seperti saudara. Kalau soal macet, Bandung tak kalah macetnya dari Jakarta.

Setelah satu bulan bekerja saya mulai bisa menikmati hiruk pikuk bekerja di Jakarta, mulai terbiasa dengan panasnya udara Jakarta, terbiasa dengan lembur, juga karakter orang-orang  dengan latar belakang budaya yang berbeda, merasakan mudahnya hidup di Jakarta dalam arti banyak fasilitas yang hanya ada di Jakarta, merasakan yang namanya pulang kampung, kangen keluarga, kangen ketemu teman-teman dan kangen masakan rumah. Setelah hampir 5 tahun bekerja di Jakarta malah kangen kembali bekerja di Bandung, duh namanya juga manusia tidak pernah puas.

Saya sekarang sedang berkhayal saat nanti ibu kota pindah ke Kalimantan Timur apakah orang-orang yang sudah tinggal dan menetap di Jakarta dan terpaksa harus pindah untuk bekerja di ibu kota yang baru akan menyebut Jakarta sebagai kampung? Dan akankah nanti ada istilah mudik ke kampung halaman ke Jakarta?

Banyak pekerja terutama ASN yang merasa cemas dan muncul kekhawatiran jika harus pindah ke ibu kota yang baru karena banyak tidakpastian seperti fasilitas pendidikan yang berkualitas setara dengan Jakarta, fasilitas kesehatan baik dan lengkap, infrastruktur dan fasilitas lain yang sudah serba ada dan mudah di dapat di Jakarta seperti fasilitas hiburan. Makanya sekarang ada tren ingin pensiun dini," kata Mudiyati Rahmatinnisa, pengamat Birokrasi dan Kebijakan Publik kepada BBC News, Selasa (27/08).

Saat ibu kota pindah, Jakarta sendiri mungkin tidak akan hilang magnetnya bagi para pencari kerja dan merantau mencari rejeki dari daerah lain karena Jakarta akan tetap menjadi pusat perekonomian Indonesia. 

Mungkin nanti ada tren baru dan budaya baru yaitu mudik ke Jakarta dari Kalimantan dan budaya setelah lebaran saat orang berbondong --bondong dari daerah ke ibu kota untuk mencari pekerjaan sedikit terbagi antara mantan ibu kota dengan ibu kota yang baru dan mungkin nanti akan lebih merata ke kota-kota besar lainnya. Saya membayangkan Jakarta juga akan lebih lengang dan tidak semacet sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun