Ketika salah seorang teman WNA di tanya apa yang kamu tau soal Jakarta? Jawabannya adalah ibu kota Indonesia, panas dan macet.
Walaupun panas dan macet, Jakarta sebagai ibu kota memiliki magnet tersendiri bagi para pencari kerja terutama para mahasiswa fresh graduate dan orang-orang yang tinggal di daerah.
Banyaknya pencari kerja datang ke Jakarta setiap saat, terutama biasanya saat moment setelah Lebaran. Orang dari "kampung" akan berbondong-bondong datang ke ibu kota dengan impian mendapatkan pekerjaan atau mencari peruntungan dengan berdagang dan berharap adanya perubahan kehidupan yang lebih baik dari pada di kampung halamannya.
Saya ingat waktu awal bekerja, saya mendapatkan pekerjaan di kota kelahiran saya Bandung, jadi bersyukur tidak perlu yang namanya merantau pindah kota dan kos. Banyak dari teman saya yang bekerja di Jakarta dan harus kos. Untungnya karena jarak yang tidak telalu jauh, mereka bisa pulang kampung ke Bandung minimal satu minggu sekali saat weekend.
Setelah bekerja beberapa tahun di Bandung dengan rutinitas yang hampir sama dan berasa monoton, ada perasaan iri kepada teman yang bekerja di Jakarta. Ketika saya datang ke kantor pusat di Jakarta untuk urusan pekerjaan, saya melihat kantor di Jakarta lebih dinamis, lebih sibuk dengan karyawan lebih banyak, seru aja liatnya, tidak seperti di kantor saya di Bandung dengan karyawan tidak terlalu banyak dan bekerjapun sedikit lebih santai.
Keinginan untuk bekerja di Jakarta semakin bertambah ketika teman bercerita serunya jadi anak rantau di Jakarta dan weekend adalah hari yang di tunggu-tunggu untuk mudik dan berburu tiket kereta api dan travel adalah bagian dari suka duka bekerja di ibu kota. Di tambah postingan mereka di sosial media setiap hari Jumat adalah Thank God today is Friday yang artinya mereka bisa pulang ke Bandung untuk bertemu keluarga dan teman sekaligus menikmati kangennya kuliner Bandung yang tidak ada di Jakarta.
Buat saya weekend juga hari yang ditunggu-tunggu karena besoknya saya akan libur dari bekerja. Tapi menurut saya saat itu, sensasi menunggu weekendnya berbeda dengan teman-teman yang bekerja di Jakarta. Rasanya bekerja di ibu kota lebih berwarna dan banyak cerita.
Harapan saya untuk bekerja di Jakarta dan  mencicipi rasanya jadi anak rantau dan mudik ke kampung halaman akhirnya di dengar oleh Tuhan. Setelah saya bekerja hampir 7 tahun di Bandung, akhirnya perusahaan tempat saya bekerja memberi kesempatan saya untuk berkarier di ibu kota. Bersyukur karena mutasi, perpindahan saya dari Bandung ke Jakarta tidak menemui kesulitan, termasuk tempat tinggal yang sudah disediakan oleh perusahaan.
Tidak seperti kebanyakan orang dari daerah yang kadang bermodal nekad pergi ke ibu kota sebelum memiliki perkerjaan dan tempat tinggal dan terpaksa menumpang ke saudara atau malah tetangga sekampung.
Satu bulan pertama setelah pindah ke Jakarta buat saya adalah masa adaptasi yang lumayan berat, ternyata ada benarnya perumpamaan ibu kota lebih kejam dari ibu tiri.Â