Mohon tunggu...
Inovasi

"VOA-Islam.com" Bagaimana Kelengkapan Unsur Beritanya?

5 Oktober 2017   10:25 Diperbarui: 5 Oktober 2017   20:48 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi sangat cepat, dan hal ini memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia. Salah satunya, saat ini kita dimudahkan oleh teknologi dalam memperoleh informasi.

Kini, media onlineberkembang begitu cepat seiring perkembangan dunia maya yang difasilitasi oleh jaringan internet. Lewat alat bantu inilah masyarakat umum dapat dengan mudah dan leluasa terlibat dalam berbagai kegiatan jurnalisme. Di sinilah kemudian berkembang jurnalisme onlineatau cyber journalism. (Muhtadi, 2016 :79)

Pengertian jurnalistik sendiri menurut Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam bukunya yang berjudul "Jurnalistik Teori dan Praktek" adalah :

"Jurnalisme merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat. Apa saja yang terjadi di dunia, peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang, jika diperkirakan menarik perhatian khalayak, maka akan menjadi bahan dasar bagi jurnalistik dan merupakan bahan berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat." (Kusumaningrat, 2006:17).

Para pembaca yang pada awalnya biasa mengonsumsi sebuah informasi melalui media cetak, kini bisa mendapatkan informasi yang sangat banyak melalui portal berita online. Terdapat kebebasan bagi pembaca untuk memilih berita apa yang ingin dibaca.

Walaupun begitu, kebebasan dalam mengakses media online bukan berarti bebas pula dalam menyajikan kontennya. Siapa pun dapat menulis dan memberikan informasi tentang berbagai peristiwa, tetapi tidak bisa hanya berdasarkan subjektivitas sendiri atau sekedar sesuai kehendak sendiri. Ia tetap terikat pada kode etik yang telah disepakati. (Muhtadi, 2016 :79)

Terdapat banyak portal berita onlineyang tersedia, salah satunya adalah VOA-Islam.com. VOA merupakan akronim dari Voice of Al-Islam, dan media ini didirikan oleh Sabrun Jamil di Bekasi, Jawa Barat April 2009 dan resmi beroperasi pada tanggal 1 Juni 2009.

Pada kali ini, penulis ingin melihat bagaimana situs VOA Islam memberitakan sesuatu. Menurut Engelbertus Wendratama di dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Online : Panduan Membuat Konten Online yang Berkualitas dan Menarik(2017: 38 -- 55) mengatakan ada beberapa unsur berita yang harus diperhatikan, yakni :

  • Fokus

Fokus adalah pemikiran utama suatu cerita. Fokus harus menjadi acuan berita -- mulai dari judul hingga kalimat terakhirnya harus berhubungan.

  • Fakta

Berita jelas harus memuat fakta, bukan opini jurnalis atau imajinasi narasumber. Jurrnalisme hanya menyajikan fakta yang akurat dan sudah diverifikasi. Verifikasi ini bisa dilakukan dengan studi pustaka, bantuan informan, melakukan cover both sidesatau cover multiple sides.

  • Nilai Berita

Secara teori, ada delapan aspek yang menyusun nilai berita, yakni kebaruan (timeliness),pengaruh (impact),relevansi (relevance),konflik (conflict),popularitas (prominence),emosi (human interest),ketidakwajaran (usualness),kedekatan jarak (proximity). Sebuah berita dianggap bagus jika memiliki paling tidak dua aspek dari delapan nilai tersebut.

  • Jawaban

Berita harus memuat jawaban terhadap lima W dan satu H, yakni apa (what),siapa (who),kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).

  • Sumber

Sumber sebuah berita haruslah bisa dipercaya. Jurnalis harus bersikap kritis terhadap motivasi dan posisi sumber dalam suatu cerita, sehingga jurnalis tidak menjadi perpanjangan tangan atau corong kepentingan tertentu.

  • Kejelasan

Tulisan maupun tampilan multimedia dari jurnalis harus jelas sehingga mudah dimengerti khalayak.

  • Etika

Tiap cerita harus menunjukkan nilai-nilai etika yang diperjuangkan oleh jurnalisme, yakni terpercaya (melalui verifikasi), adil (melalui cover both sides), dan bisa membantu khalayak memahami "komunitas" tempat mereka tinggal. Lalu, di Indonesia berlaku Pedoman Media Siber dan Kode Etik Jurnalistik yang mengatur etika secara khusus.

Kali ini, penulis memilih lima berita dari VOA -- Islam. com selama bulan September untuk melihat apakah berita yang disajikan sudah memenuhi standar tersebut.

  1. Politisasi Kebiadaban Myanmar atas Rohingya akan Sebabkan Konflik Lokal di Indonesia (5 September 2017)

a-59d6346bd3493a05986163e3.jpg
a-59d6346bd3493a05986163e3.jpg
b-59d6347c8a635f7ae5614b22.png
b-59d6347c8a635f7ae5614b22.png
Berita sepanjang 166 kata ini bercerita tentang organisasi masyarakat kepemudaan yang menghimbau agar solidaritas masyarakat Indonesia tidak dipolitisasi oleh kelompok tertentu. Berita ini sudah cukup fokus antara judul, lead, dan isinya. Namun, berita ini menggunakan kata "kebiadaban" yang kurang etis, dan kata tersebut ditujukan untuk Myanmar.

Apabila dilihat dari segi fakta, berita ini belum terverifikasi, karena berita ini tiak memuat pernyataan dari pihak lain yang berlainan (cover both side).Kemudian, berita ini memiliki nilai berita kepentingan (significance) seputar kasus Rohingya.

2.  Empat Negara ASEAN Ini Tolak Resolusi Parlemen Indonesia atas Kebiadaban Myanmar ke Rohingya (17 September 2017)

c-59d6350113d60a4075543752.png
c-59d6350113d60a4075543752.png
d-59d6351182386a588700af12.png
d-59d6351182386a588700af12.png
Berita ini menceritakan tentang empat negara ASEAN yang menolak resolusi parlemen Indonesia. Resolusi tersebut berisi permintaan agar parlemen Myanmar segera mengembalikan stabilitas keamanan negara dan membuka bantuan kemanusiaan.

Apabila dilihat dari unsur fokus, antara judul dan isi beritanya kurang sesuai. Judul berita ini menjelaskan bahwa empat negara ASEAN menolak resolusi Parlemen Indonesia, namun di dalam leadatau awalan berita tidak disinggung negara yang menolak, melainkan membahas tentang resolusinya.

Kemudian, di dalam berita ini, jurnalis hanya mengutip tweetsalah satu anggota DPR RI Komisi III, yakni Abdul Kadir Karding, dan tidak melakukukan cover both sides dengan pihak lain. Lalu, apabila melihat nilai berita menurut Wendratama, berita ini memiliki nilai berita kebaruan (timeliness)  dan konflik (conflict) karena memberitakan beberapa pihak yang sedang berseteru.

Lalu, berita ini belum menjawab wheredan when secara rinci, melainkan hanya disebutkan di lead: dalam pertemuan antar parlemen ASEAN. Sumber berita ini hanya tweet, bukan wawancara langsung. Kemudian, apabila dilihat secara etika, dari judul terdapat kata "biadab" yang kurang etis, dan ditujukan untuk Myanmar.

3. Penghormatan Myanmar ke RI Cuma Basa-Basi (21 September 2017)

e-59d6359a82386a55cc535a53.png
e-59d6359a82386a55cc535a53.png
f-59d635aa13d60a3e6b68ba52.png
f-59d635aa13d60a3e6b68ba52.png
Berita ini menyebutkan bahwa Myanmar tidak menunjukkan sikap menghormati dalam kasus Rohingya. Padahal, dahulu Indonesia mengajak Myanmar masuk ke ASEAN karena merasa Myanmar menghormati Indonesia. Menurut penulis, berita ini dapat memicu konflik karena sepenangkapan penulis lead berita ini ingin mengatakan bahwa Myanmar seperti kacang yang lupa kulitnya. Myanmar dirasa tidak ingat jasa baik Indonesia yang memasukkan Myanmar ke dalam ASEAN karena menolak proposal parlemen Indonesia soal Rohingya.

Berita ini kebanyakan berisi opini jurnalis, karena tidak ada fakta dari sumber akurat yang dicantumkan. Berita ini hanya bersumber dari tweetFadli Zon, dan berita ini bisa dikatakan tidak adil karena tidak cover both sidedari sisi Myanmar. Selain itu, berita ini belum menjawab pertanyaan wheresecara jelas. Lalu, berita ini tidak memiliki nilai berita yang jelas.

4. Agar Tidak Bangkit dan Berkhianat Kembali, Politisi Ajak Masyarakat Nonton Film G30SPKI (29 September 2017)

g-59d63616b5fdf2701309b002.png
g-59d63616b5fdf2701309b002.png
h-59d63619a8d35e4f5317f8e2.png
h-59d63619a8d35e4f5317f8e2.png
Berita ini mengatakan bahwa salah satu politisi mengajak masyarakat untuk menonton film G30SPKI agar masyarakat bisa melawan unsur-unsur PKI. Selain itu, berita ini melabeli PKI dengan sebutan "biadab" dan "pengkhianat" tanpa penjabaran yang jelas, sehingga bisa dikatakan berita ini berisi opini dari jurnalis saja.

Selain itu, berita ini hanya mengambil orasi yang disampaikan oleh politisi Fadli Zon saat berada di depan gedung DPR RI saja, dan tidak ada cover both sidedari masyarakat selaku subyek yang disarankan untuk menonton film tersebut. Tidak ada informasi pendukung yang ditambahkan di dalam berita ini.

Berita sepanjang 192 kata ini mengambil nilai berita timeliness atau kebaruan, karena berdekatan dengan peringatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI). Selain itu, terdapat nilai prominenceatau keterkenalan dari nama Fadli Zon.

5. Keahlian Komunis Seluruh Dunia Itu Berbohong, Ini di antara Penemuannya (30 September 2017)

i-59d636a27a70f1095d5ef7a2.png
i-59d636a27a70f1095d5ef7a2.png
j-59d636b4a8d35e4ec054fc82.png
j-59d636b4a8d35e4ec054fc82.png
k-59d636c6b5fdf26c2101c753.png
k-59d636c6b5fdf26c2101c753.png
Berita yang telah mendapatkan 4.568 viewersini hanya mengandalkan pernyataan yang dikeluarkan oleh penyair senior Taufik Ismail saja, tanpa ada tambahan informasi penunjang yang kredibel. Padahal, untuk informasi yang berkaitan dengan sejarah seperti ini dibutuhkan sumber tambahan seperti publikasi jurnal, atau riset yang mendukung. Hal ini dikarenakan bisa saja apa yang disampaikan Taufik Ismail tidak sepenuhnya benar. Berita ini bahkan tidak mencantumkan kapan waktu persisnya Taufik Ismail memberikan pernyataan tentang cerita ini.

Selain itu, penulis tidak bisa menangkap dengan jelas nilai berita apa yang terdapat di dalam berita ini. Hanya saja, masih terasa suasana peringatan G30SPKI yang dicoba dikaitkan oleh VOA-Islam.com.

Kemudian, berita ini belum menggunakan unsur etika di dalam tulisannya. Judul berita ini sangat menyudutkan dan terkesan menuduh dengan kata-kata "keahlian komunis seluruh dunia itu berbohong". Hal ini bisa saja memicu konflik.

Selama bulan September, ada dua isu yang diberitakan secara intens oleh portal berita ini, yaitu isu tentang kaum Islam Rohingya di Myanmar, dan isu ancaman kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, cara VOA-Islam,com dalam mengemas informasi tersebut masih belum sesuai dengan standar unsur-unsur berita milik Wendratama.

Dari lima berita yang dipublikasikan oleh VOA-Islam.com ini tidak ada yang terverifikasi dengan baik. Kelima berita tersebut bahkan ada yang hanya mengambil pernyataan seorang tokoh dari celotehan yang dilontarkan melalui akun twitter nya saja. Bahkan, beberapa berita juga tidak lengkap unsur 5W + 1 H nya, sehingga pemberitaan yang dilakukan tidak menyeluruh. Sempat terlintas di pikiran penulis bahwa pihak VOA-Islam.com tidak melakukan peliputan, karena unsur 5W + 1H yang tidak lengkap adalah aspek whendan where nya.

Selain itu, seringkali VOA-Islam ini menggunakan kata-kata yang kurang etis seperti pemberian label "biadab" untuk Myanmar dan PKI. Selain itu, tak jarang berita-berita yang dipublikasikan bernada provokatif.

Namun, walaupun tidak memenuhi standar unsur berita yang layak, berita-berita tersebut memiliki jumlah viewersyang tinggi sehingga media ini bisa bertahan. Bahkan, berita berjudul : "Empat Negara ASEAN Ini Tolak Resolusi Parlemen Indonesia atas Kebiadaban Myanmar ke Rohingya" ini memiliki jumlah pembaca 11.905.

Tingginya viewers ini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mengonsumsi berita dari VOA-Islam.com. Hal ini perlu menjadi perhatian. Apabila orang yang menerima berita ini adalah orang-orang yang mudah terprovokasi, maka bisa muncul suatu ketegangan tertentu. Karya-karya yang disajikan dalam media onlinesecara psikologis memiliki tingkat sensivitas yang tinggi karena komunikasi melalui media online memiliki sejumlah keterbatasan. (Muhtadi, 2016 : 80).

Refrensi : 

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhtadi, Asep Saeful. 2016. Pengantar Ilmu Jurnalistik.Bandung : Remaja Rosdakarya

Wendratama, Engelbertus. 2017. Jurnalisme Online : Panduan Membuat Konten Online yang Berkualitas dan Menarik. Yogyakarta : B First

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun