Mohon tunggu...
Inovasi

"VOA-Islam.com" Bagaimana Kelengkapan Unsur Beritanya?

5 Oktober 2017   10:25 Diperbarui: 5 Oktober 2017   20:48 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita harus memuat jawaban terhadap lima W dan satu H, yakni apa (what),siapa (who),kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).

  • Sumber

Sumber sebuah berita haruslah bisa dipercaya. Jurnalis harus bersikap kritis terhadap motivasi dan posisi sumber dalam suatu cerita, sehingga jurnalis tidak menjadi perpanjangan tangan atau corong kepentingan tertentu.

  • Kejelasan

Tulisan maupun tampilan multimedia dari jurnalis harus jelas sehingga mudah dimengerti khalayak.

  • Etika

Tiap cerita harus menunjukkan nilai-nilai etika yang diperjuangkan oleh jurnalisme, yakni terpercaya (melalui verifikasi), adil (melalui cover both sides), dan bisa membantu khalayak memahami "komunitas" tempat mereka tinggal. Lalu, di Indonesia berlaku Pedoman Media Siber dan Kode Etik Jurnalistik yang mengatur etika secara khusus.

Kali ini, penulis memilih lima berita dari VOA -- Islam. com selama bulan September untuk melihat apakah berita yang disajikan sudah memenuhi standar tersebut.

  1. Politisasi Kebiadaban Myanmar atas Rohingya akan Sebabkan Konflik Lokal di Indonesia (5 September 2017)

screenshot-2017-10-05-20-47-30-59d63828a8d35e4da64fd202.png
screenshot-2017-10-05-20-47-30-59d63828a8d35e4da64fd202.png
a-59d6346bd3493a05986163e3.jpg
a-59d6346bd3493a05986163e3.jpg
b-59d6347c8a635f7ae5614b22.png
b-59d6347c8a635f7ae5614b22.png
Berita sepanjang 166 kata ini bercerita tentang organisasi masyarakat kepemudaan yang menghimbau agar solidaritas masyarakat Indonesia tidak dipolitisasi oleh kelompok tertentu. Berita ini sudah cukup fokus antara judul, lead, dan isinya. Namun, berita ini menggunakan kata "kebiadaban" yang kurang etis, dan kata tersebut ditujukan untuk Myanmar.

Apabila dilihat dari segi fakta, berita ini belum terverifikasi, karena berita ini tiak memuat pernyataan dari pihak lain yang berlainan (cover both side).Kemudian, berita ini memiliki nilai berita kepentingan (significance) seputar kasus Rohingya.

2.  Empat Negara ASEAN Ini Tolak Resolusi Parlemen Indonesia atas Kebiadaban Myanmar ke Rohingya (17 September 2017)

c-59d6350113d60a4075543752.png
c-59d6350113d60a4075543752.png
d-59d6351182386a588700af12.png
d-59d6351182386a588700af12.png
Berita ini menceritakan tentang empat negara ASEAN yang menolak resolusi parlemen Indonesia. Resolusi tersebut berisi permintaan agar parlemen Myanmar segera mengembalikan stabilitas keamanan negara dan membuka bantuan kemanusiaan.

Apabila dilihat dari unsur fokus, antara judul dan isi beritanya kurang sesuai. Judul berita ini menjelaskan bahwa empat negara ASEAN menolak resolusi Parlemen Indonesia, namun di dalam leadatau awalan berita tidak disinggung negara yang menolak, melainkan membahas tentang resolusinya.

Kemudian, di dalam berita ini, jurnalis hanya mengutip tweetsalah satu anggota DPR RI Komisi III, yakni Abdul Kadir Karding, dan tidak melakukukan cover both sides dengan pihak lain. Lalu, apabila melihat nilai berita menurut Wendratama, berita ini memiliki nilai berita kebaruan (timeliness)  dan konflik (conflict) karena memberitakan beberapa pihak yang sedang berseteru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun