Mohon tunggu...
nessa dwi murdianti
nessa dwi murdianti Mohon Tunggu... Lainnya - siswi

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengganti Peran Ayah

22 November 2024   10:36 Diperbarui: 22 November 2024   10:40 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

langit tampak muram, suara gemuruh lagit menggema seperti nyanyian alam yang penuh amarah, sesekali dihiasi kilatan petir yang memecah gelapnya langit malam. 

di tengah gemuruhnya langit. terlihat gadis cantik yang sedang duduk melamum di tepian jendela kamarnya, sesekali ia mengusap air mata yang datang tanpa di minta. 

"tuhan aku harus bagaimana... " batin dia, gadis cantik itu nampak lesu memikirkan nasib keluarganya yang berantakan seperti piring pecah yang menjadi 1000 bagian. 

dua jam berlalu ia buang waktunya untuk melamun, gadis cantik itu pun melihat jam micky mouse miliknya yang nampak berdebu dan usang, ternyata waktu menunjukan pukul 22.15 yang artinya waktu tidurnya sudah terlewat. 

gadis itu pun beranjak dari tempatnya, ia berjalan ke luar kamar untuk mengambil minum. beruntung lampu sudah di matikan yang artinya orang tua gadis itu sedang istirahat. 

setelah selesai mengambil minum gadis itu kembali ke kamarnya. ia menarik selimut dan bersiap menggapai bintang, sebelum terlelap gadis cantik itu melihat langit langit kamarnya yang dihiasi lampu lampu bintang, ia berdoa semoga mimpinya sebagus khayalan di novel novel yang sering ia baca dan esok adalah hari yang membuatnya bahagia. 

hujan semalam membuat pagi hari ini terasa sangat dingin, di balik selimut yang tebal jingga baru saja bangun. ia beranjak dari kasur kesayangannya dan berjalan menuju cermin, jingga melihat pantulan dirinya terlihat begitu kasihan, mata yang bengkak, badan yang begitu kurus, serta kantung mata yang terlihat. 

"kapan ya hidupku berubah, aku capek.... " ucap jingga. 

tak mau berlama lama memikirkan masalahnya, ia pun pergi ke belakang untuk minum dan menyapa ibunya. karna jingga sadar yang membuat hatinya sedih adalah sering memikirkan masalah yang ntah ujungnya ada dimana. 

"pagi ibuku yang cantik sedunia" sapa jingga dengan ceria seperti tak ada masalah di hidupnya. "masak apa hari ini?? " tanya jingga. 

"hanya telur dadar dan tumis kangkung" jawab hana ibu jingga. 

"hmmm pasti enak jadi ga sabar sarapan, jingga mau mandi dulu dehh... " ucap jingga lalu pergi ke kamar mandi. 

30 menit berlalu jingga sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia pun pergi ke dapur untuk mengambil sarapan. didapur ia bertemu dengan baron yaitu ayahnya. tak ada sapaan, jingga pun langsung mengambil sarapan dan membawanya ke dalam kamar. jingga lebih memilih sarapan sendiri daripada harus satu meja dengan ayahnya. 

selesai dengan sarapannya jingga mengambil tas bewarna pink miliknya dan pergi menghampiri ibunya untuk berpamitan. "jingga berangkat dulu ya ibuku yang cantik" pamit jingga dengan ceria. "oh ya lupa, jingga minta uang 2 ribu untuk bayar parkir dong, uang 50 ribu yang ibu kasih minggu kemarin udah habis soalnya" jujur jingga

"ibu belum punya uang jingga, sebentar ibu mintakan ke ayahmu" balas hana

"ga ada uangku untuk beli rokok nanti siang" sarkas baron. bahkan hana saja belum berbicara ke baron, tetapi sudah di jawab dengan tegas. 

jingga terdiam memikirkan kalimat yang ayahnya keluarkan."bahkan untuk memberi uang 2 ribu saja tidak mau, lebih mementingkan rokoknya dari pada anaknya" batin jingga. 

jingga tersenyum getir atas kalimat ayahnya. sepele tapi bagi jingga itu sangat sakit. tak ingin hatinya bertambah sakit jingga memilih berangkat sekolah dengan jalan kaki, karena ia tidak punya uang untuk membayar parkir. 

~bel pulang sekolah berbunyi~

jingga bergegas merapikan buku bukunya karena ia tidak mau pulang terlalu malam dan harus berjalan kaki sendirian untuk sampai di rumahnya. 

tiba di rumah, jingga langsung masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju dan melakukan rutinitas nya yaitu bersih bersih rumah. 

jalan kaki ke sekolah tadi membuat jingga sangat lelah, karena jarak rumah ke sekolah lumayan jauh dan membutuhkan waktu 30 menitan untuk sampai. di tambah jingga harus melakukan pekerjaan rumah menggantikan ibunya yang masih bekerja untuk membiayai kebutuhannya. 

10 menit ia gunakan untuk istirahat, jingga bergegas untuk membersihkan diri karena badannya sudah lengket akibat keringat. 

~17.43~

hari mulai gelap tetapi ibu jingga belum pulang dari bekerja. tak ingin waktunya terbuang sia sia, jingga memilih untuk mengerjakan PR nya sambil menunggu ibunya pulang . 

1 jam berlalu jingga sudah selesai dengan tugasnya dan ibunya juga sudah sampai di rumah. 

"jingga sini nak" panggil hana. jingga menghampiri hana dan duduk di sampingnya. "ini ibu ada uang 50 ribu untuk kebutuhan jingga selama satu minggu kedepan" ucap hana

"pegang saja uangnya untuk ibu, ibu juga pasti butuh uang itu kan" tolak jingga dengan lembut. "tapi kamu lebih membutuhkan jingga, ini juga sudah menjadi kewajiban ibu sebagai orang tua" jawab hana

jingga menahan air matanya karena ia merasa kasihan dengan ibunya yang harus mencari nafkah sendiri untuk keluarganya. sedangkan ayahnya bekerja untuk dirinya sendiri tidak peduli dengan keluarganya. 

jingga bersyukur karena masih diberi ibu yang baik dan pengertian. jingga tidak tau dan tidak bisa membayangkan se hampa dan segelap apa hidupnya jika tidak ada ibu hana di dunianya yang selalu menerangi jingga. 

~20.45~

jingga kembali melamun di jendela kamarnya sambil melihat bintang bintang, ada satu bintang yang paling bersinar di malam itu. 

jingga tak kuat menahan air matanya, entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh dengan masalah yang sama. jingga tersenyum pahit atas hidup nya saat ini, di usia yang masih menginjak 16 tahun jingga harus memikirkan ekonomi keluarga. jingga sangat iri dengan teman temannya yang menjalani hidupnya tanpa memikirkan ekonomi keluarganya. bahkan ketika teman teman jingga bercerita tentang serunya bermain dan makan di tempat yang mewah, jingga hanya mendengar dan tersenyum.

"tuhan jingga capek, kapan hidup jingga indah tuhan... " ucap jingga sambil terisak. 

saat ini jingga berada di titik terlemahnya, dimana ia ingin bercerita tetapi tidak punya tempat untuk bercerita. jingga tidak memiliki sahabat karena ia mempunyai trauma dengan kata sahabat di masa lalu. jadi jingga hanya bisa memendam rasa sakit dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa dukungan dari siapapun. 

badan jingga yang sangat kurus dan kurang gizi membuat jingga mudah letih di tambah harus memikirkan masalah keluarga. itu membuat jingga sangat frustasi, bahkan setiap bulan berat badan jingga menurun hingga sampai 40 kg, di usia 16 dengan berat badan 40 kg itu sangat tidak seimbang 

karena badan jingga terlalu cape, ia pun tertidur di jendela kamarnya dalam keadaan duduk. 

"brak"

"brak"

"brak"

jingga terkejut dan langsung terbangun, dalan keadaan yang setengah sadar jingga berfikir suara apa itu dan dari mana bunyinya. 

"brak" 

"brak"

suara itu berbunyi lagi, jingga berdiri ingin mengecek bunyi apa itu. saat hendak membuka pintu kamarnya jingga mendengar suara orang yang tidak asing untuk jingga. itu adalah suara ayahnya seng sedang menggebrak pintu

tanpa keluar dari kamar jingga sudah bisa menebak apa yang terjadi di luar. jingga mengurungkan niatnya untuk keluar, ia memilih untuk berbaring di kasurnya. 

saat sedang melamun jingga terkejut karena suara gebrakan itu menjadi sangat keras dan hanya satu kali. jingga tidak bisa berfikir lagi. ayahnya mendobrak pintu utama di waktu semua orang sedang istirahat, jingga yakin pasti tetangganya terbangun karena suara dobrakan yang sangat keras. 

sudah menjadi hal yang biasa bagi jingga, ayahnya pulang kerja selalu dalam keadaan tidak sadar. entah itu ayahnya bekerja atau hanya sekedar pamit bekerja saja. 

jingga berfikir untuk apa ayahnya bekerja tetapi uang nya bukan untuk keluarganya, melainkan untuk kesenangan nya sendiri. 

jingga lebih baik tidak memiliki ayah daripada harus seperti ini. terkesan dosa tapi inilah yang jingga rasakan. mempunyai ayah tetapi tidak bisa menjalankan perannya bahkan tidak sama sekali. bekerja tapi uangnya untuk minum, untuk bersenang senang dengan temannya, dan untuk membeli rokok. bahkan disaat baron belum mempunyai pekerjaan, ayahnya selalu mengambil uang tabungan jingga secara diam diam tanpa mengganti uang tersebut. baron tidak pernah memberikan uang kepada jingga tetapi ayahnya selalu mengusik uang jingga. bahkan untuk administrasi sekolah jingga saja baron tidak peduli, tidak pernah menanyakan tentang sekolahnya. seakan akan ayahnya menutup telinga ketika jingga meminta uang untuk biaya sekolahnya. terkadang jingga merasa iri ke teman temannya yang selalu di beri uang jajan dari ayahnya. 

jingga merasa kesal, kecewa, marah, sedih, semua jingga rasakan tetapi tidak bisa di utarakan. memiliki ayah yang tidak peduli dengan hidupnya, pulang larut malam dan selalu dalam keadaan tidak sadar. itu yang membuat badan jingga menjadi kurus seperti orang yang tidak di urus. walaupun hatinya sakit jingga harus tetap terlihat tegar di hadapan ibunya, karena siapa lagi yang menjadi penyemangat ibunya kalau bukan jingga??, walaupun jingga sendiri juga butuh semangat. 

masa remaja yang kata orang indah, tetapi tidak dengan masa remaja jingga, ia harus berperang dengan keadaan seperti ini. 

di depan ibu dan teman teman nya jingga menjadi kuat seperti tak ada beban yang di pikir, nyatanya semua adalah topeng untuk menutupi kesedihan jingga. jingga pernah bercerita tentang kehidupannya, tetapi ketika jingga meminjam telinga orang lain, masalah jingga hanya seperti debu kecil, yang harus di bersihkan. 

jingga bersyukur karena ia masih memiliki ibu seperti superhero, ia masih bisa makan walau dengan menu seadanya. setidaknya di hidupnya yang gelap ini masih ada ibu hana yang menyinarinya. terkadang jingga bingung terbuat dari apa hati ibu hana, begitu tulus dan selalu ikhlas dengan keadaan.

entah apa yang di siapkan oleh tuhan di atas sana, sampai sampai hidup jingga menjadi seperti ini, memiliki ayah yang tidak peduli dengan dirinya sama sekali hanya mementingkan kesenangan nya sendiri, pulang selalu dalam keadaan tidak sadar. itu yang membuat jingga semakin benci ke ayahnya. jingga berfikir apakah ayahnya tidak pernah berfikir seperti apa tuhan marah dan membencinya ketika menelantarkan keluarga yang harusnya di nafkahi tetapi malah di tinggalkan begitu saja. 

jingga juga marah ketika ayahnya pulang dan marah marah ketika tidak ada makan di rumah, sedangkan ayahnya saja tidak pernah memberi uang belanja ke ibunya, bagaimana ibunya bisa masak kalau tidak ada uang?? . ayahnya juga sering memarahi ibu hana karena makanan nya tidak enak dan menunya tidak selera. jingga marah tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya

jingga benci ayahnya sangat benci, ia tidak suka dengan sifat ayah nya yang seenaknya saja, tidak pernah membantu ibu hana dalam pekerjaan apa pun semua di beban kan ke ibunya ia tidak mau tau dengan urusan keluarga nya. 

entah jingga harus sedih atau bersyukur, sedih karena mempunyai ayah yang tidak peduli dengan keluarganya dan bersyukur karena mempunyai ibu hana seperti malaikat tak bersayap yang selalu menemani jingga dan menerangi jingga dikala gelap datang. 

jingga bahagia ketika ibu hana tertawa lepas itu artinya jingga bisa membahagiakan ibunya walau hanya dengan candaan, jingga berdoa semoga sukses dan keberhasilan datang ke dirinya agar bisa membahagiakan ibunya di masa tua nya nanti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun