Mohon tunggu...
nessa dwi murdianti
nessa dwi murdianti Mohon Tunggu... Lainnya - siswi

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengganti Peran Ayah

22 November 2024   10:36 Diperbarui: 22 November 2024   10:40 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tanpa keluar dari kamar jingga sudah bisa menebak apa yang terjadi di luar. jingga mengurungkan niatnya untuk keluar, ia memilih untuk berbaring di kasurnya. 

saat sedang melamun jingga terkejut karena suara gebrakan itu menjadi sangat keras dan hanya satu kali. jingga tidak bisa berfikir lagi. ayahnya mendobrak pintu utama di waktu semua orang sedang istirahat, jingga yakin pasti tetangganya terbangun karena suara dobrakan yang sangat keras. 

sudah menjadi hal yang biasa bagi jingga, ayahnya pulang kerja selalu dalam keadaan tidak sadar. entah itu ayahnya bekerja atau hanya sekedar pamit bekerja saja. 

jingga berfikir untuk apa ayahnya bekerja tetapi uang nya bukan untuk keluarganya, melainkan untuk kesenangan nya sendiri. 

jingga lebih baik tidak memiliki ayah daripada harus seperti ini. terkesan dosa tapi inilah yang jingga rasakan. mempunyai ayah tetapi tidak bisa menjalankan perannya bahkan tidak sama sekali. bekerja tapi uangnya untuk minum, untuk bersenang senang dengan temannya, dan untuk membeli rokok. bahkan disaat baron belum mempunyai pekerjaan, ayahnya selalu mengambil uang tabungan jingga secara diam diam tanpa mengganti uang tersebut. baron tidak pernah memberikan uang kepada jingga tetapi ayahnya selalu mengusik uang jingga. bahkan untuk administrasi sekolah jingga saja baron tidak peduli, tidak pernah menanyakan tentang sekolahnya. seakan akan ayahnya menutup telinga ketika jingga meminta uang untuk biaya sekolahnya. terkadang jingga merasa iri ke teman temannya yang selalu di beri uang jajan dari ayahnya. 

jingga merasa kesal, kecewa, marah, sedih, semua jingga rasakan tetapi tidak bisa di utarakan. memiliki ayah yang tidak peduli dengan hidupnya, pulang larut malam dan selalu dalam keadaan tidak sadar. itu yang membuat badan jingga menjadi kurus seperti orang yang tidak di urus. walaupun hatinya sakit jingga harus tetap terlihat tegar di hadapan ibunya, karena siapa lagi yang menjadi penyemangat ibunya kalau bukan jingga??, walaupun jingga sendiri juga butuh semangat. 

masa remaja yang kata orang indah, tetapi tidak dengan masa remaja jingga, ia harus berperang dengan keadaan seperti ini. 

di depan ibu dan teman teman nya jingga menjadi kuat seperti tak ada beban yang di pikir, nyatanya semua adalah topeng untuk menutupi kesedihan jingga. jingga pernah bercerita tentang kehidupannya, tetapi ketika jingga meminjam telinga orang lain, masalah jingga hanya seperti debu kecil, yang harus di bersihkan. 

jingga bersyukur karena ia masih memiliki ibu seperti superhero, ia masih bisa makan walau dengan menu seadanya. setidaknya di hidupnya yang gelap ini masih ada ibu hana yang menyinarinya. terkadang jingga bingung terbuat dari apa hati ibu hana, begitu tulus dan selalu ikhlas dengan keadaan.

entah apa yang di siapkan oleh tuhan di atas sana, sampai sampai hidup jingga menjadi seperti ini, memiliki ayah yang tidak peduli dengan dirinya sama sekali hanya mementingkan kesenangan nya sendiri, pulang selalu dalam keadaan tidak sadar. itu yang membuat jingga semakin benci ke ayahnya. jingga berfikir apakah ayahnya tidak pernah berfikir seperti apa tuhan marah dan membencinya ketika menelantarkan keluarga yang harusnya di nafkahi tetapi malah di tinggalkan begitu saja. 

jingga juga marah ketika ayahnya pulang dan marah marah ketika tidak ada makan di rumah, sedangkan ayahnya saja tidak pernah memberi uang belanja ke ibunya, bagaimana ibunya bisa masak kalau tidak ada uang?? . ayahnya juga sering memarahi ibu hana karena makanan nya tidak enak dan menunya tidak selera. jingga marah tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun