Kutumpangi perahu yang diberi nama Perahu Seram. Kusinggahi pulau Ambon dan Pulau Moa. Kuganti layarku dengan daun genang si lontar merah, meyinggahi pula Kepulauan Fatu Bela.
Hauk teti Keroko Tafa Teria Gere tale kafe dikeroko honek teti, lefuk teti leppa fanik teti tanak teti Bata.
Akhirnya tiba di Kerokok Tafa Teria Gere. Disana kami melaut dan tali tempuling kami pintal dari serat widuri tempulingnya sendiri dari kayu heppa kubangun desaku di pulau Lepan, mengerjakan ladang ditanah Batan.
Leppa lefu loda goi tobi, Bata tana isi diselaka. Allah tao tasik lau lebo gere tua lifu tana rae mete hau.
Pulau Lepan kaya emas, tanah Batan mengandung perak. Namun Allah menentukan air di laut bertambah naik, Tuhan menakdirkan tanah didarat semakin menyempit.
Gere tena dai merangka teti Ria, dai epitka teti Roma matak noi lefuk petik, tanak lau tono naik kade rua
Kutumpangi perahu dan terdampar di Riang berlindung diri di daerah Romang kampung halamanku masih juga nampak di sana dan aku duduk dengan perasaan cemas.
Gafek lau fatta papa Lamabata, sapek teti Tobi Landeke sigak teti Fato Bela Bakku loddo dai kabe hone hollo
Kulintasi pantai selatan pulau Lembata, sambil menyinggahi Tobi Landeke nun jauh di timur berlabuh sebentar di Fato Bela Bakku turun ke darat membangun sebuah gubuk.
Honek karo tung pira pai hikko, fanik karo fula pira pai gafe geri tena dikenea Bakopuka ole lollo mete hau
Entah berapa tahun dan berapa bulan aku berdiam di sana. Namun dirinya kuberlayar lagi dengan perahu yang sama bakopuka dihantar arus semakin kemari