Mohon tunggu...
Nesosmedia
Nesosmedia Mohon Tunggu... Penulis - Ruang Bumi Nusantara

Media ini sebagai wadah menampung dan menyambung ide dan gagasan tentang isi dari bumi Indonesia 🇮🇩.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Penaklukan Armada Majapahit ke Indonesia Timur

15 Maret 2022   10:21 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:29 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook Dudy Lewar

Hikayat Lamalera

Nesosmedia - Merujuk Lieng Knatap--syair adat Lamalera--leluhur mereka berasal dari Luwuk, Sulawesi Selatan yang pergi berlayar meninggalkan kampung halaman karena Patih Gajahmada. 

Sayang, syair itu tak memperinci lakon Gajahmada di Luwuk. "Bisa jadi waktu itu Majapahit mengekspansi Luwuk," tafsir sosiolog Blajan Konradus, kepadaJPNN.com, di Lembata, 31 Oktober 2016. 

Artinya, peristiwa itu terjadi sekira abad 14. Dari Luwuk, merujuk syair adat yang dikemukakan Mance--sapaan akrab Blajan Konradus--mereka singgah di Pulau Seram, Maluku. 

Kemudian pindah ke Pulau Lapan dan Batan. Karena air bah, kedua pulau kecil itu kini tenggelam. Mereka pun ke Kroko Puke, masuk ke Teluk Lebala dan bermukim di Doni Nusa Lela.  

"Di Doni Nusa Lela, tempuling (ujung tombak untuk menikam paus) sudah berubah dari kayu menjadi besi. Diperkirakan, generasi itu sudah mengenal teknologi besi. Hasil interaksi," papar Mance. 

Setiap melaut, angin dan arus selalu membawa ke Teluk Lamalera. Bukan terdampar. Lama kelamaan, mereka mulai menambatkan perahunya di situ. Dan menetap hingga kini. Kebetulan pantai pasirnya agak panjang. 

Nah, bila syair adat Lamalera yang menyebut-nyebut nama Gajahmada itu akurat, maka hikayat para pemburu ikan Paus itu bertalian sejarah dengan Kerajaan Majapahit. 

Entah. Yang pasti, para lefa alep punya senandung...

narague boli...narague boli/tobo pole sora hene/sora beso lero pi (tuan tanah pengelola perahu/berharaplah hanya pada ikan paus/ikan paus telah datang hari ini). 

bera-bera mi go dibela/Libu lego Java/pae mala fajo saja/fajo oli nuleng pali (lekaslah engkau makan hingga kenyang/hai Libu berkampung di Jawa/kemarilah/lihatlah di pantai ikan paus sudah ada).

"Libu adalah nama Tuan Tanah," ungkap Bona Beding. 

Libu lego Java...Libu berkampung di Jawa.

Suku atau marga adalah kelompok-kelompok atau komunitas yang memiliki sistem kekerabatan. Orang Lamalera bukan merupakan penduduk asli Pulau Lembata. Orang Lamalera merupakan pendatang yang berasal dari berbagai daerah di luar pulau Lembata. Dalam sejarah orang Lamalera dapat dirunut melalui benda-benda peninggalan dan syair (floklore) yang diwariskan secara turun temurun.

Dari benda-benda peninggalan dan syair-syair tersebut dituturkan bahwa orang Lamalera yang dikenal sebagai masyarakat pemburu ikan paus secara tradisional ini datang dan menetap di pantai selatan Pulau Lembata dalam beberapa kelompok gelombang eksodus. Kelompok eksodus yang pertama memiliki sejarah perjalanan yang cukup panjang, mereka berasal dari daerah Kerajaan Luwuk di Sulawesi Selatan yang terpaksa melakukan eksodus saat penaklukan kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi oleh Kerajaan Majapahit semasa Pemerintahan Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada yang pada masa itu terdapat 3 Kerajaan besar yang disegani adalah Kerajaan Bone, Kerajaan Luwuk dan Kerajaan Sopeng. Ketiga kerajaan tersebut melalukan eksodus keluar Sulawesi, dan dari ketiga kelompok tersebut kelompok kerajaan Luwuk inilah yang kemudian menurunkan orang-orang di Pantai Lamalera Pulau Lembata. Yang kemudian menetap dan tinggal disitu lalu mulai membangun komunitas suku-suku di Lamalera, yakni suku Bataona, Blikololo, Lamanudek, Tanahkrofa dan Lefotuka.

Hal tersebut dapat diketahui melalui syair yang sering dinyanyikan dalam upacara adat suku Bataona.

Feffa belaka bapa Raja Hayam Wuruk, pasa-pasa pekka lefuk lau Luwuk. Fengngi baata Gajah Mada lali Jawa, hida-hida hiangka tana lau Beru

Demi kehendak Bapak Raja Hayam Wuruk terpaksa kutinggalkan desaku di Luwuk sana. Atas perintahnya melalui Patih Gajah Mada dari Jawa, ku lepaskan humaku yang makmur Tanah Beru.

Geri tena, bua-bua laja, kai lulu laja teti Sera. Gafi lefa Halmahera kai kebongka teti Gora. 

Kutumpangi perahu lalu turut berlayar, lalu menurunkan layar di Pulau Seram. Pergi mengarungi laut Halmahera akhirnya jangkar di Pulau Gorom.

Geri tena narang Tena Sera, sapek teti Abo teti Moa. Hekka lajak diketebu koli mea sigak teti Nua Fatu Bela.

Kutumpangi perahu yang diberi nama Perahu Seram. Kusinggahi pulau Ambon dan Pulau Moa. Kuganti layarku dengan daun genang si lontar merah, meyinggahi pula Kepulauan Fatu Bela.

Hauk teti Keroko Tafa Teria Gere tale kafe dikeroko honek teti, lefuk teti leppa fanik teti tanak teti Bata.

Akhirnya tiba di Kerokok Tafa Teria Gere. Disana kami melaut dan tali tempuling kami pintal dari serat widuri tempulingnya sendiri dari kayu heppa kubangun desaku di pulau Lepan, mengerjakan ladang ditanah Batan.

Leppa lefu loda goi tobi, Bata tana isi diselaka. Allah tao tasik lau lebo gere tua lifu tana rae mete hau.

Pulau Lepan kaya emas, tanah Batan mengandung perak. Namun Allah menentukan air di laut bertambah naik, Tuhan menakdirkan tanah didarat semakin menyempit.

Gere tena dai merangka teti Ria, dai epitka teti Roma matak noi lefuk petik, tanak lau tono naik kade rua

Kutumpangi perahu dan terdampar di Riang berlindung diri di daerah Romang kampung halamanku masih juga nampak di sana dan aku duduk dengan perasaan cemas.

Gafek lau fatta papa Lamabata, sapek teti Tobi Landeke sigak teti Fato Bela Bakku loddo dai kabe hone hollo

Kulintasi pantai selatan pulau Lembata, sambil menyinggahi Tobi Landeke nun jauh di timur berlabuh sebentar di Fato Bela Bakku turun ke darat membangun sebuah gubuk.

Honek karo tung pira pai hikko, fanik karo fula pira pai gafe geri tena dikenea Bakopuka ole lollo mete hau

Entah berapa tahun dan berapa bulan aku berdiam di sana. Namun dirinya kuberlayar lagi dengan perahu yang sama bakopuka dihantar arus semakin kemari

Hau gafek lau futuk barasela ole angngi lau mete data. Pasa-pasa kabe rugisorakai ole mepe rabelina

Dari sana kulewari Tanjung tempat kecelakaan, arus dan angin di laut semakin ganas. Terpaksa kukorbankan benda perhiasan menjadi jaminan dan arus menjadi tenang kembali

Dau marangka tetu Luki Lefobola gere honek teti leffo Hajjo nau tobanga buri hori tena alo gasuka lafe lara tukka

Datang merapat ke pantai Luki Lefobala mendaki bukit dan membangun rumah di Leffo Hajo. Lesung terbalik, air dikukit lokan menyirami perahu alu terlepas tergeletak menghalangi jalan

Hau honek tetti Doni Nusa Lela fanik tetti Ue Ulu Mado gelu hekka fato fakka rappa bloddo sera ribu tali ratu

Datang bergubuk di Doni Nusa Lela membangub rumah di Ule Ulu Mado mengadakan penukaran alat-alat kerajinan gerabah kepada penduduk yang berdiam di sana.

Seba olak lau lefa harri lolli dai epitka dai marangka ape tafa gere rae motti Lango Fujjo rae orri Nara Gua Tana

Kucari nafkah di tengah laut, kembali kepantai, merapat ke pinggir nampak nyala api di tempat Lango Fujjo disana, digubuk Nara Gua Tana

Kai tutu Gesi Gua Wasa ona sare hode tao kai marri rae Raja Bala Mai kolong dike gute lifo

Kukeluhkan kepada Gesi Gua Wasa dan hatinya baik rela menerima kututurkan kepada Raja Bala Mai permintaanku diterima dengan senang hati

Tukarka teti Hajjo Lamabela kpai narangka goe pi Korohama, jajji koppo mamu tello kae surra barre Somi Bola Derra

Mendaki ke Hajjo Lamabela bertimbang taruh : aku ini Korohama melahirkan tiga orang putra dan seorang putri. Somi Bola Derra

Moe, Amak, peti kofa lollo tobo, likok lau mete dai Moe Belek peti kella tuka dei lapak lau mete dai

Engkau Tuhanku yang duduk diatas awan telah melindungi aku sejak keberangkatanku Engkau Allahku yang berdiri ditengah tengah langit telah membimbing aku datang kemari

Moe, Amak, narang Ata Kelakke luatto lali bata fai jone guti inak seddo, barre lali Soge, inak narang Benga Lefo Lei

Engkau, Ayahku, Ata Kelakke telah turun ke puri di pinggir pantai. Mengawini ibuku gadis dari Soge yang bernama Benga Lefo Lai

Jajji koppo mamu lema kae, tite kaka tali arri kaka pulo tali arri lema,lema ajaki lali bata fai jone

Melahirkan lima anak laki-laki kita semuanya bersaudara kita adalah satu dari lima berkembang menjadi banyak

Dari syair tersebut di atas dapat terlihat kesimpulan sementara bahwa kemungkinan besar nenek moyang cikal bakal suku induk di Lamalera (Bataona, Blikololo, Lamanudek,Tanahkrofa dan Lefotuka) adalah tentara dari Kerajaan Luwuk Sulawesi Selatan yang ikut dalam armada perang Patih Gajah Mada saat melalukan perluasan wilayah Kerajaan Majapahit ke wilayah Timur Nusantara pada masa kejayaan Prabu Hayam Wuruk di abad ke XIV.

sumber:

https://oranglembata.com/page/content/104/asal-usul-orang-lamalera-part-i

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun