"Good morning, Everyone." sapanya memulai kelas.
"Good morning, Ma'am." Beberapa menjawab dengan nada asal-asalan.
"OK, ada dua alasan mungkin mengapa Anda memilih kelas ini. Satu, Anda tidak mendapat kelas dengan dosen lain sehingga Anda terpaksa masuk kelas saya." Mendengar ini beberapa teman tertawa kecil, termasuk aku. Tahu saja dia!
"Atau alasan yang kedua, Anda terlalu cinta pada saya." Kali ini seluruh kelas tertawa. Wah, selera humornya boleh juga. Naik lagi satu poin nilai dia di mataku.
"Tapi yang lebih penting adalah, dalam kelas saya, saya akan mengajari Anda tidak hanya bagaimana menulis untuk keperluan akademis. Saya akan mengajari Anda tentang kehidupan di luar sana. Kalau Anda sudah dengar di luaran kalau saya ini ketat dengan deadline, saya sengaja membuatnya begitu karena di luar sana ketika Anda telat datang ke bandara, Anda akan ketinggalan pesawat. Tidak perduli bahwa Anda membayar harga tiket bisnis yang termahal sekali pun. Kecuali kalau Anda adalah Barrack Obama, tentu saja." ketawa kecil terdengar lagi di sana sini.
"Kalau tugas-tugas saya banyak, itu karena saya tidak percaya tes pilihan ganda. Dalam hidup Anda akan diserahi tugas dan tidak akan disuruh memilih jawaban pilihan ganda. You will be given a task, and it's up to you how you're going to do it. Terserah bagaimana caranya. Dan kalau Anda bertanya pada saya mana jawaban yang tepat, saya tidak akan memberikan jawaban saya, karena ada banyak variasi dan solusi atas setiap tugas. Tidak ada satu jawaban pun yang benar mutlak, karena dalam hidup ada banyak variasi dan solusi atas satu permasalahan. Semua jawaban bisa benar, apabila itu menyelesaikan masalah. Jadi walaupun jawaban Anda mungkin tidak sama dengan jawaban saya, saya tidak akan menilai jawaban Anda jelek. Kalau jawaban Anda bisa menjawab tugas, saya akan tetap menilai jawaban Anda itu berdasarkan kualitas dari proses Anda mendapatkan jawaban Anda itu. " Kelas menjadi hening, menyimak 'petuah'nya. Aku seperti mendapat pencerahan akan hidup di luar sana. Hidup di luar sana memang penuh variasi dan serba tak seragam, dan terkadang solusi suatu permasalahan bisa bermacam-macam.
"OK, let's talk about the syllabus of this class. So, please open the document in your computer..." dan kelas pun dilanjutkan dan kami tenggelam dalam pembahasan silabus.
Usai kelas, beberapa fungsionaris LK menemuinya. Baru kali itu aku melihat seorang dosen yang tampak begitu santai dan tidak canggung berada di sekitar mahasiswanya. Dia memperlakukan teman-teman fungsionaris layaknya teman sebaya, begitu akrab. Aku seperti rama-rama tertarik pada sinar lampu, tak sadar melangkahkan kakiku ke kelompok mereka.
"Eh, siapa namanya? Anak LK juga?"Sapanya ketika aku mendekat.
"Ini anak hilang di LK, Mbak, soalnya jarang ngumpul. Maunya menyendiri melulu karena patah hati." Belum-belum Dea sudah menyerocos mengomentariku. Sialan betul, aku belum-belum sudah kena skak mat di depan dia.
"Oh, gitu. Siapa namanya?"
"Ucok, Bu."
"Oh, dari Medan ya? Kok namanya Batak sekali?"
"Tidak, Bu, dari sini saja. Tapi memang orang tua dari sana."
"Ah, kamu ini cocoknya dipanggil Abang Ucok saja, soalnya pembawaanmu kayak abang-abang gitu."