Beberapa kosakata Bahasa Kupang yang diserap dari bahasa Belanda (Walanda) penting untuk diingat dan dipahami karena beberapa kosakata terancam punah karena tidak digunakan lagi dalam komunikasi sehari-hari.
Pada artikel saya sebelumnya yang berjudul Sepintas Tentang Bahasa Kupang, ternyata memiliki respon baik dari banyak kalangan di media sosial maupun di Kompasiana sendiri. Hanya saja, saya membahas sepintas tentang pengaruh Portugis, Belanda dan para pedagang Melayu dalam pembentukan bahasa Melayu Kupang.
Dalam artikel tersebut saya menulis beberapa kata saja sebagai contoh kata yang diserap dari bahasa Belanda (Walanda). Karena itu, rasanya tidak puas jika semua kata-kata yang diserap tidak dituliskan untuk menambah wawasan pembaca. Lagipula, ini bisa bermanfaat bagi orang dari luar NTT yang hendak berkunjung ke NTT, secara khusus di Kota Kupang.
Berikut kosakata yang diserap dari Walanda beserta contoh kalimatnya:
Satu, om.
Om berasal dari kata oom yang berarti paman. Di NTT, selain digunakan sebagai sebutan untuk pria yang sudah menikah atau berumur, om juga digunakan sebagai sebutan untuk saudara laki-laki dari mama dan ipar laki-laki dari ayah (suaminya saudara perempuan dari ayah).
Contoh: b pung om (Paman saya/om saya).
Dua, tanta.
Tanta berasal dari kata tante yang berarti bibi. Sama halnya dengan om, selain digunakan sebagai sebutan untuk wanita yang sudah menikah atau berumur, tanta juga digunakan sebagai sebutan untuk saudara perempuan dari ayah dan ipar perempuan dari ibu (istrinya saudara laki-laki dari ibu).
Contoh: katong pung tanta (tanta kami/bibi kami).
Tiga, balek.
Balek berasal dari kata blikje yang berarti kaleng timah. Di NTT, balek digunakan untuk menyebut semua jenis kaleng. Selain itu, balek digunakan untuk menyebut seng (untuk atap rumah) dan serpihan-serpihan kaleng.
Contoh:Â Beli kasih beta ikan balek (Tolong belikan saya ikan sarden (kaleng).
Empat, nyong.