Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Inikah Alasan Lapisan Ozon Pulih Lebih Cepat?

4 April 2020   11:31 Diperbarui: 21 April 2022   23:21 4672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Menurut dataset AirVisual pada tahun 2018, tingkat PM2.5 di China turun lebih dari 40% sejak tahun 2013. Menarik, jika Beijing tidak melakukan upaya perbaikan kualitas udara sehingga konsentrasi PM2.5 tetap sama seperti tahun 2013 maka beijing tetap di level yang sama dengan peringkat ke-21dalam daftar pada tahun 2018.

Negara-negara industri maju lainnya juga melakukan hal yang sama dengan mengurangi beberapa gas rumah kaca yang disebut dalam Protokol Montreal.

Akibatnya, lapisan ozon mulai pulih secara perlahan, para ilmuwan memproyeksikan pemulihan tersebut akan terus terjadi dan diyakini pada tahun 2050 atau paling lambat pada tahun 2070 lapisan ozon kembali normal.

Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Baru-baru ini, kabar terbaru dari para ilmuwan bahwa lubang ozon Antartika mulai lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tentunya, dampak positif ini diakibatkan oleh Protokol Montreal yang mengharuskan negara-negara mengurangi emisi gas rumah kaca.

Namun, sejatinya pandemi Covid-19 turut berkontribusi dalam percepatan pemulihan lubang ozon. Kota-kota industri di Eropa seperti Roma, Paris dan Madrid saat ini melakukan lockdown untuk mengatasi penyebaran virus corona.

Pabrik-pabrik industri yang menyumbang gas-gas rumah kaca ditutup dan mobil-mobil yang menyumbang karbondioksida pun parkir di garasi. Akibatnya, kualitas udara di beberapa kota tersebut semakin membaik.

Data tingkat polusi udara di 7 kota besar di dunia | liputan6
Data tingkat polusi udara di 7 kota besar di dunia | liputan6
Dilansir dari liputan6, berdasarkan pengamatan dari satelit Copernicus Sentinel-5P, menunjukkan penurunan kuat konsentrasi nitrogen dioksida di beberapa kota besar di Eropa seperti di Lisbon, Madrid, dan Roma.

Penurunan level NO2 di Kota Madrid pada bulan Maret sebesar 41-56 persen dan penurunan konsentrasi NO 2 di Kota Roma sebesar 26-36 persen sejak diterapkan lockdown yang mana lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Kota Lisbon mengalami penurunan level NO2 sebesar 40-51 persen sejak prnetapan darurat kesehatan dibandingkan dengan sebelumnya.

Kota-kota di Amerika Serikat pun demikian, New York yang terkenal dengan kepadatan kendaraan mengalami penurunan kadar karbondioksida sebesar 50 persen sejak penerapan lockdown.

Sedangkan di Asia, China dan India yang terkenal dengan polusi udara terburuk menunjukkan kondisi yang cukup siginifikan. Di beberapa kota besar di China, mengalami penurunan kadar NO2, emisi gas buangan dari mobil, pembangkit listrik dan pabrik sebesar 40 persen sejak penerapan lockdown. Sedangkan di India, konsentrasi PM2.5 turun 71 persen dalam sepekan sejak penerapan lockdown.

Covid-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia tentunya membuat pemerintah di setiap mengambil kebijakan penting seperti lockdown dan work from home atau sejenisnya yang berdampak pada menurunnya aktivitas industri dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun