Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Inikah Alasan Lapisan Ozon Pulih Lebih Cepat?

4 April 2020   11:31 Diperbarui: 21 April 2022   23:21 4672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lapisan ozon (shutterstock.com) Via Kompas.com

Pulihnya lapisan ozon bukan semata-mata negara-negara industri mematuhi Protokol Montreal

Lapisan Ozon merupakan sebuah lapisan yang terbentuk secara alamiah melalui percampuran cahaya ultraviolet dari matahari dengan atmosfer bumi.

Proses pembentukannya adalah oksigen yang berasal dari bumi menyerap sinar ultraviolet dari matahari kemudian membentuk sebuah lapisan.

Kadang kala unsur oksigen akan bergabung dengan nitrogen untuk membentuk nitrogen oksida yang apabila bercampur dengan cahaya mampu membentuk ozon.

Agar bilangan ozon dalam lapisan dan penyerapan 90% sinar UV tetap konstan, penyerapan sinar ultraviolet harus terjadi pada jarak gelombang 242 nanometer (nm) dan disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm.

Ozon terdapat di dua wilayah atmosfer bumi yaitu stratosfer dan troposfer dimana sekitar 90 persen molekul ozon berada di lapisan stratosfer sedangkan sisanya berada di wilayah atmosfer yang lebih rendah atau yang biasa disebut troposfer.

Pembentukan lapisan ozon sangat menolong kehidupan makhluk hidup di bumi. Pasalnya, sinar ultraviolet yang diserap dapat memicu pembentukan kanker kulit dan kerusakan genetik pada manusia serta mempunyai efek negatif terhadap sistem imunisasi hewan, organisme akuatik dalam rantai makanan, tumbuhan dan tanaman. 

Ilustrasi lapisan ozon | BBC news
Ilustrasi lapisan ozon | BBC news
Namun, seiring berjalannya waktu, molekul-molekul ozon mulai berkurang dan menyebabkan lapisan ozon semakin menipis. Pada akhir 1970-an terjadi penurunan jumlah molekul ozon di lapisan stratosfer sekitar empat persen dan penurunan ozon stratosferik yang jauh lebih besar di sekitar daerah kutub bumi pada musim semi yang disebut dengan lubang ozon Antartika.

Gas-gas rumah kaca berperan penting dalam fenomena tersebut. Senyawa Karbon (Karbondioksida/CO2) merupakan salah satu senyawa yang menyebabkan pemanasan global.

Berkurangnya populasi hutan sebagai penghasil utama oksigen dan meningkatnya produksi karbondioksida karena industri dan sebagainya menyebabkan penyerapan karbondioksida menjadi tidak seimbang.

Persebaran data polusi udara negara-negara di dunia berdasarkan data PM2.5 AirVisual Quality
Persebaran data polusi udara negara-negara di dunia berdasarkan data PM2.5 AirVisual Quality
Selain itu, senyawa Methan yang berasal dari industri, pertanian dan pembakaran biomassa, pengeboran transmisi, penimbunan limbah dan penambangan batubara juga turut berkontribusi dalam pemanasan global karena dapat hidup selama 10 tahun di lapisan atmosfer.

Senyawa Nitrogen juga disebut sebagai salah satu gas rumah kaca yang memiliki dampak negatif terhadap perubahan lapisan ozon.

Pemakaian bahan bakar pada kendaraan, pemakaian pupuk nitrogen menyumbang terjadinya pencemaran udara, pada akhirnya terjadi penumpukan emisi ini di atmosfer karena masa hidup dari nitrogen sangat panjang yaitu sekitar 150 tahun di atmosfer.

Akan tetapi, dampak negatif yang disebabkan oleh karbondioksida, senyawa methan dan Nitrogen disebut tak sebesar Chloro Floro Carbon (CFC). Menurut beberapa penelitian, sejak diproduksi CFC telah terjadi peningkatan emisi CFC ke atmosfer secara drastis. Terhitung jumlah emisi CFC pada tahun 1931 sebesar 100 ton melaju begitu cepat dan mencapai 650 ton pada tahun 1985.

CFC yang berasal dari bahan pendingin pada AC, dry clean dan sejenisnya akan melepaskan khlorine karena terkena sinar matahari.

Selanjutnya, khlorin bereaksi dengan ozon membentuk khlorine monoksida (CLO) dan oksigen. Tetapi CLO akan terurai lagi melepaskan klhorine, selanjutnya khlorin bereaksi dengan ozon lagi sehingga proses penguraian ozon terjadi berulang sampai lebih dari 10.000 kali.

Jika hal ini terjadi terus-menerus, bukan tidak mungkin suatu saat bumi kehilangan ozon dalam jumlah yang tidak sedikit. Fenomena ini sangat membahayakan kehidupan makhluk hidup di bumi.

Para ahli mengatakan bahwa akan terjadi peningkatan penderita kanker kulit dan katarak secara drastis bahkan akan mengurangi populasi hewan dan merusak tumbuh-tumbuhan karena perubahan iklim.

Untuk mengatasi hal ini, negara-negara di dunia dibawah PBB sepakat dan membuat sebuah traktat internasional yang dirancang secara khusus untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan penggunaan mesin pendingin yang menggunakan CFC 11, 12, 113, 114 dan CFC 115 serta produksi zat sejenis yang menghasilkan khlorin dalam jumlah besar.

Traktat yang ditandatangani pada 16 September 1987 oleh 46 negara dan berlaku sejak 1 Januari 1989 ini disebut dengan Protokol Montreal. Dengan adanya Protokol Montreal ini, negara-negara industri sepakat untuk mengurangi produksi gas-gas rumah kaca.

Berdasarkan laporan Green Peace pada tahun 2019, China menunjukkan diri sebagai salah satu negara yang patuh pada Protokol Montreal. Konsentrasi rata-rata PM2.5 di kota-kota di China turun 12% dari 2017 hingga 2018. Beijing yang disebut sebagai dengan polusi udara terburuk selama ini menempati peringkat sebagai kota ke-122 yang paling tercemar di dunia.

Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Menurut dataset AirVisual pada tahun 2018, tingkat PM2.5 di China turun lebih dari 40% sejak tahun 2013. Menarik, jika Beijing tidak melakukan upaya perbaikan kualitas udara sehingga konsentrasi PM2.5 tetap sama seperti tahun 2013 maka beijing tetap di level yang sama dengan peringkat ke-21dalam daftar pada tahun 2018.

Negara-negara industri maju lainnya juga melakukan hal yang sama dengan mengurangi beberapa gas rumah kaca yang disebut dalam Protokol Montreal.

Akibatnya, lapisan ozon mulai pulih secara perlahan, para ilmuwan memproyeksikan pemulihan tersebut akan terus terjadi dan diyakini pada tahun 2050 atau paling lambat pada tahun 2070 lapisan ozon kembali normal.

Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Data polusi udara di China pada tahun 2019 | Report AirVisual Quality
Baru-baru ini, kabar terbaru dari para ilmuwan bahwa lubang ozon Antartika mulai lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tentunya, dampak positif ini diakibatkan oleh Protokol Montreal yang mengharuskan negara-negara mengurangi emisi gas rumah kaca.

Namun, sejatinya pandemi Covid-19 turut berkontribusi dalam percepatan pemulihan lubang ozon. Kota-kota industri di Eropa seperti Roma, Paris dan Madrid saat ini melakukan lockdown untuk mengatasi penyebaran virus corona.

Pabrik-pabrik industri yang menyumbang gas-gas rumah kaca ditutup dan mobil-mobil yang menyumbang karbondioksida pun parkir di garasi. Akibatnya, kualitas udara di beberapa kota tersebut semakin membaik.

Data tingkat polusi udara di 7 kota besar di dunia | liputan6
Data tingkat polusi udara di 7 kota besar di dunia | liputan6
Dilansir dari liputan6, berdasarkan pengamatan dari satelit Copernicus Sentinel-5P, menunjukkan penurunan kuat konsentrasi nitrogen dioksida di beberapa kota besar di Eropa seperti di Lisbon, Madrid, dan Roma.

Penurunan level NO2 di Kota Madrid pada bulan Maret sebesar 41-56 persen dan penurunan konsentrasi NO 2 di Kota Roma sebesar 26-36 persen sejak diterapkan lockdown yang mana lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Kota Lisbon mengalami penurunan level NO2 sebesar 40-51 persen sejak prnetapan darurat kesehatan dibandingkan dengan sebelumnya.

Kota-kota di Amerika Serikat pun demikian, New York yang terkenal dengan kepadatan kendaraan mengalami penurunan kadar karbondioksida sebesar 50 persen sejak penerapan lockdown.

Sedangkan di Asia, China dan India yang terkenal dengan polusi udara terburuk menunjukkan kondisi yang cukup siginifikan. Di beberapa kota besar di China, mengalami penurunan kadar NO2, emisi gas buangan dari mobil, pembangkit listrik dan pabrik sebesar 40 persen sejak penerapan lockdown. Sedangkan di India, konsentrasi PM2.5 turun 71 persen dalam sepekan sejak penerapan lockdown.

Covid-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia tentunya membuat pemerintah di setiap mengambil kebijakan penting seperti lockdown dan work from home atau sejenisnya yang berdampak pada menurunnya aktivitas industri dan sebagainya.

Oleh karena itu, penurunan kadar gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida, nitrogen dioksida dan senyawa methan yang selama ini menjadi pemicu menipisnya lapisan ozon benar-benar menurun drastis sehingga membantu Protokol Montreal mempercepat pulihnya lapisan ozon.

Referensi: Satu, Dua, Tiga, Empat,
Data Terkini Kualitas Udara Kota-kota di seluruh Dunia-Greenpeace
2019 World Air Quality Report

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun