Negara-negara industri maju lainnya juga melakukan hal yang sama dengan mengurangi beberapa gas rumah kaca yang disebut dalam Protokol Montreal.
Akibatnya, lapisan ozon mulai pulih secara perlahan, para ilmuwan memproyeksikan pemulihan tersebut akan terus terjadi dan diyakini pada tahun 2050 atau paling lambat pada tahun 2070 lapisan ozon kembali normal.
Namun, sejatinya pandemi Covid-19 turut berkontribusi dalam percepatan pemulihan lubang ozon. Kota-kota industri di Eropa seperti Roma, Paris dan Madrid saat ini melakukan lockdown untuk mengatasi penyebaran virus corona.
Pabrik-pabrik industri yang menyumbang gas-gas rumah kaca ditutup dan mobil-mobil yang menyumbang karbondioksida pun parkir di garasi. Akibatnya, kualitas udara di beberapa kota tersebut semakin membaik.
Penurunan level NO2 di Kota Madrid pada bulan Maret sebesar 41-56 persen dan penurunan konsentrasi NO 2 di Kota Roma sebesar 26-36 persen sejak diterapkan lockdown yang mana lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Kota Lisbon mengalami penurunan level NO2 sebesar 40-51 persen sejak prnetapan darurat kesehatan dibandingkan dengan sebelumnya.
Kota-kota di Amerika Serikat pun demikian, New York yang terkenal dengan kepadatan kendaraan mengalami penurunan kadar karbondioksida sebesar 50 persen sejak penerapan lockdown.
Sedangkan di Asia, China dan India yang terkenal dengan polusi udara terburuk menunjukkan kondisi yang cukup siginifikan. Di beberapa kota besar di China, mengalami penurunan kadar NO2, emisi gas buangan dari mobil, pembangkit listrik dan pabrik sebesar 40 persen sejak penerapan lockdown. Sedangkan di India, konsentrasi PM2.5 turun 71 persen dalam sepekan sejak penerapan lockdown.
Covid-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia tentunya membuat pemerintah di setiap mengambil kebijakan penting seperti lockdown dan work from home atau sejenisnya yang berdampak pada menurunnya aktivitas industri dan sebagainya.