Kontekstualisasi Tradisi Keti dalam Agama
Menganut Agama Kristen Protestan, Penulis tahu betul bagaimana kontekstualisasi Keti dalam Agama Kristen Protestan terutama dalam persekutuan doa.Â
Biasanya, untuk mengetahui kesalahan atau tradisi yang belum diselesaikan, para hamba Tuhan yang dipercaya memiliki karunia untuk mendengar suara Tuhan berdoa untuk mengetahui penyebab utama masalah atau tantangan yang dihadapi oleh seseorang.
Suku Dawan yang menganut agama Kristen Protestan percaya bahwa Tuhan memberitahukan kesalahan atau penyebab masalah dalam kehidupan melalui orang-orang yang memiliki karunia mendengar suara Tuhan. Setelah itu, ada doa dan persembahan khusus serta tradisi jika penyebabnya adalah beberapa tradisi belum dilakukan.
Sedangkan untuk Agama Islam dan Katholik, penulis tidak tahu bagaimana dengan kontekstualisasinya tetapi beberapa kali saya bertanya pada mereka, tradisi Keti masih diberlakukan sebagai bentuk pengakuan dosa.
Pro-Kontra Tradisi Keti
Bagi kaum religius, tradisi Keti adalah unsur penting untuk menerapkan tradisi pengakuan dosa keagamaan seperti yang saya uraikan dalam kontekstualisasi agama Kristen. Akan tetapi, bagi orang kesehatan tradisi Keti menjadi penghambat akses kesehatan.
Mayoritas Suku Dawan yang tinggal di desa atau kampung, lebih menomorsatukan Keti daripada berobat ke puskesmas ketika sakit. Mereka percaya bahwa Keti adalah cara ampuh untuk seseorang mengalami kesembuhan dari sebuah penyakit.
Banyak orang termasuk penulis mengecam pola pikir tersebut karena terdapat banyak kejadian orang sakit meninggal tanpa adanya upaya pengobatan. Kesalahan atau dosa masa lalu dipercaya sebagai penyebab utama penyakit, padahal belum ada diagnosa dari dokter.
Meski demikian pola pikir ini masih ditemui hingga saat ini. Khusunya untuk tahun ini, saya sudah menemukan dua peristiwa kematian yang mengandalkan Keti bukan dokter.
Bagi penulis, Keti tradisi pengakuan dosa yang sangat baik untuk diterapkan dalam konteks keagamaan maupun konteks sosial berbudaya (interaksi dengan orang lain) tetapi dalam konteks sakit penyakit, Keti harus dinomorduakan atau setidaknya dijalankan secara bersamaan dengan bantuan tenaga medis.