Perempuan adalah sumber kehidupan. Inilah yang diyakini oleh Suku Dawan. Dasarnya adalah hanya perempuan yang bisa melahirkan seorang manusia. Memang tanpa seorang laki-laki, tidak mungkin seorang manusia tercipta.
Akan tetapi, perempuan bertanggung jawab menjaga kehidupan seorang manusia sejak sel sperma dan sel telur bertemu, menghasilkan janin yang hidup dari darah seorang perempuan selama sembilan bulan.
Terlepas dari adanya bayi tabung belakangan ini, apakah ada janin yang bertumbuh dengan baik dan normal menjadi manusia tanpa kesedian seorang perempuan? Bagaimana seorang ibu tidak bersedia memberikan rahimnya untuk pertumbuhan janin?
Saya pikir tidak perlu argumentasi untuk melemahkan perjuangan seorang perempuan selama sembilan bulan, menjaga seorang manusia tetap hidup.
Ibu saya pernah berkata: "Seorang perempuan antara hidup dan mati selama ia mengandung"
Pembahasannya tidak cukup sampai disini, perempuan rela darahnya diambil dalam bentuk Air Susu Ibu (ASI) untuk kelangsungan kehidupan seorang manusia. Sampai kapan kehidupan bayi tersebut stabil.
Perempuan berjuang dalam sebuah kesengsaraan untuk menghidupi manusia. Di telapak tangan seorang perempuanlah manusia akan hidup. Semua orang meyakini ini.
Suku Dawan percaya bahwa laki-laki tidak bisa menggantikan posisi seorang perempuan dan laki-laki bukan sumber kehidupan. Perempuan lebih pantas menyandang gelar itu.
Filosofi inilah yang menhasilkan sebuah kesepakatan sosial bahwa perempuanlah yang pantas mengurus dan mengelola sebuah rumah tangga. Bagi Suku Dawan, rumah tangga adalah Ume Kbubu (rumah bulat) atau Lopo (lumbung) sebagai tempat penyimpanan bahan makanan.
Suami akan bertani untuk menghasilkan padi dan jagung dalam jumlah yang banyak. Saat semua masih berada di kebun, ada kebebasan bagi suami untuk mengurusnya. Akan tetapi, proses penyimpanan dan urusan yang lebih lanjut bukan wewenang suami atau laki-laki.Â
Bahkan, anak-anak tidak diizinkan mengeksplorasi lumbung makanan. Saya ingat betul, waktu saya masih kecil, suatu ketika ibu saya harus meninggalkan rumah karena beberapa kesibukan, ia lupa mengambil persediaan makanan dari lumbung untuk kami.Â