Pendidikan bukan saja tentang Kurikulum tetapi juga guru. Kekurangan dan minimnya profesionalisme guru masih menjadi problem bagi pendidikan di Indonesia. Guru yang seharusnya menjadi tempat central dalam sebuah proses pendidikan dinomorduakan oleh pemerintah.
Kita lebih sibuk merevisi kurikulum secara terus-menerus dan mengabaikan hal yang lebih esensi yaitu guru. Kita sepertinya mengabaikan pentingnya guru. Ia, seberapa jauh pemerintah memfasilitasi guru untuk sekolah-sekolah yang kekurangan guru? Seberapa jauh pemerintah membekali profesionalisme guru? Sudah berapa banyak guru profesional yang dihasilkan?
Kira-kira itu sejumlah pertanyaan yang harus dijawab pemerintah. Saya pikir, revisi kurikulum dikemudiankan, kuantitas dan kualitas guru dinomorsatukan terlebih dahulu barulah kita menciptakan kurikulum yang relevan dan mampu diimplementasikan oleh guru.
Oleh karena itu, kehadiran Nadiem Makarim harus menjawab problematika yang dihadapi oleh pendidikan kita. Mungkinkah Pak Nadim bisa menciptakan aplikasi yang bisa menghasilkan guru sebanyak sejumlah tukang ojek yang terdaftar di aplikasi Go-jek?
Jika seperti itu, Apakah Pak Nadim mampu menghasilkan guru yang profesional seperti para pengemudi Go-jek? Tapi ingat Pak Nadim, di desa tidak menggunakan Go-jek, di desa tidak mengenal Aplikasi bahkan Android.
Oleh karena itu, ciptakanlah inovasi yang relevan dengan semua kondisi kehidupan di seluruh tanah air.
Salam, Selamat Bekerja Pak Nadim Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang berasal dari kaum milenial.
Neno Anderias Salukh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H