Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Inikah Penyebab Wiranto Ditusuk?

10 Oktober 2019   15:03 Diperbarui: 11 Oktober 2019   21:05 19493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Polhukam, Wiranto | Kompas.com

Saat ini, sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto mengupayakan hukum dan keamanan di Indonesia. Namun, kecurigaan terhadap Wiranto tidak pernah usai ketika ....

Sehari setelah pertemuan dengan pengungsi dari Wamena dan Ilaga yang mengungsi di Timika, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melakukan kunjungan kerja sekaligus peresmian gedung baru Pondok Pesantren Mathla'ul Anwar di di wilayah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Dilansir dari kompas.com, Wiranto yang berada didekat mobilnya tiba-tiba diserang oleh oknum tak dikenal.

Masih dari media yang sama, ada seorang pria dan seorang wanita telah diringkus polisi akibat kejadian tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai media, seorang pria bercelana putih membawa senjata tajam tiba-tiba muncul dari samping dan berusaha menyerang Wiranto. Namun, aksi tersebut dilihat oleh orang-orang disekitar Wiranto sehingga upaya perlindungan dilakukan oleh orang-orang tersebut.

Namun, upaya tersebut tidak mampu melindungi Wiranto dari serangan-serangan tersebut. Menurut pengakuan seorang staf Wiranto, Mantan panglima ABRI tersebut mengalami luka tusuk diperut.

"Iya, diserang di Pandeglang. Ditusuk di perut," kata staf Wiranto, Agus Zaini, saat dihubungi Tempo, Kamis, 10 Oktober 2019.

Meski demikian, motif penyerangan belum didapatkan oleh pihak kepolisian. Namun, bagi penulis, motif penyerangan terhadap Wiranto tidak terlepas dari beberapa kemungkinan berikut.

Pertama, Oknum yang menyerang mengalami gangguan jiwa.

Menyerang seseorang di tengah kerumunan banyak orang tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Seseorang yang merencanakan kejahatan terhadap seorang pejabat pun akan merencanakan dan melakukannya di tempat yang minim pengawalan seperti di rumah dan aktivitas pribadi di luar rumah.

Akan tetapi, penyerangan yang dilakukan oleh orang tersebut terjadi pada saat kunjungan kerja yang pastinya dikawal ketat oleh ajudan dan pihak keamanan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya orang gila yang akan melakukannya karena tujuannya untuk membunuh Wiranto tidak tercapai jika tujuan akhirnya adalah menghilangkan nyawa Wiranto. Seharusnya jika ia ingin membunuh Wiranto, ia tidak melakukannya pada saat kunjungan kerja.

Akan tetapi, jika tujuannya hanya melukai Wiranto, kemungkinan bahwa orang yang menyerang mengalami gangguan jiwa sangat kecil. Apalagi dua orang yang telah diringkus polisi kemudian terbukti sebagai pelaku utama kejadian tersebut.

Ya, karena jika upaya penyerangan tersebut dilakukan oleh dua orang maka tentunya ada kesepakatan untuk dilakukan.

Namun, dugaan orang yang melakukan mengalami gangguan jiwa dipertegas dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, rumah menteri Susi diserang oleh orang yang tak dikenal. Setelah ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian, rupanya pria yang melempari rumah Menteri Susi adalah seorang yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan, menurut pengakuan dari ibunya, pria tersebut tidak mengenal Ibu Susi tapi ia sangat membencinya.

Baca: Rumah Menteri Susi Dilempari, Apakah karena Pembasmian Ilegal Fishing?

Kedua, Kecurigaan terhadap Wiranto.

Jika bukan orang yang mengalami gangguan jiwa maka Wiranto diserang oleh orang yang waras. Itulah hukum logikanya.

Karena itu, adalah sebuah hal yang mustahil jika penyerangan itu dilakukan tanpa rencana. Jika dilakukan karena sebuah perencanaan matang maka dipastikan bahwa ada penyebabnya. Jika tak ada api tak mungkin ada asap.

Jika kita melihat track record Wiranto selama pengabdiannya untuk Indonesia, tidak ada kontroversi yang dilakukan selain dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Akan tetapi, jika dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur merupakan motif dari penyerangan tersebut maka sulit untuk dipercayai, pasalnya dugaan ini sudah terjadi sejak zaman Gus Dur sehingga jika Wiranto dibenci tentunya penyerangan ini seharusnya sudah dilakukan.

Pada tahun 2014, Wiranto yang diangkat sebagai menteri oleh Jokowi menuai protes keras dari para aktivis HAM. Namun, adalah sebuah hal yang bodoh jika kita menduga para aktivis HAM yang melakukan penyerangan ini.

Akan tetapi, penolakan terhadap Wiranto semakin banyak ketika kerusuhan Papua yang dinilai diselesaikan secara militer bahkan menurut beberapa orang, Wiranto hanya berusaha menuduh Benny Wenda sebagai dalang kerusuhan Papua tetapi tidak ada upaya penyelesaian masalah Papua tanpa pendekatan militer.

RUU KPK dan RKUHP yang dinilai akan mengembalikan Indonesia ke orde baru juga menimbulkan kecurigaan terhadap Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

Perlakuan aparat terhadap mahasiswa dan aktivis, beberapa wartawan ditangkap karena diduga melakukan hatespeech pun menambah kecurigaan. Apalagi Wiranto pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto.

Karena itu, sebagai kroni orde baru tentunya Wiranto dicurigai meskipun ia tidak melakukannya bahkan keinginan untuk mengembalikan Indonesia ke zaman orde baru tidak ada dalam kamus kehidupannya.

Nah, penjelasan di atas merupakan hal yang paling mungkin disebut sebagai kontroversi Wiranto sehingga upaya penyerangan yang dilakukan oleh orang tersebut paling mungkin motifnya adalah beberapa hal tersebut di atas.

Ketiga, Haters Wiranto

Dilansir dari kompas.com, polri menginformasikan bahwa pelaku penyerangan Wiranto terpapar radikalisme.

"Diduga pelaku terpapar radikalisme, nanti kita coba dalami apakah SA masih punya jaringan JAD Cirebon atau JAD lain di Sumatera," Dedi dalam jumpa pers di Mabes Polri Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Oleh karena itu, jika benar demikian maka bagi penulis hal tersebut merupakan kebencian terhadap Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang memiliki kuasa dalam melindungi negara dari ancaman radikalisme.

Sulitnya perkembangan radikalisme di Indonesia tidak terlepas dari power Wiranto. Oleh karena itu, hal tersebut bisa dijadikan sebagai motif penyerangan terhadap Wiranto.

Namun, tentunya ini adalah sebuah dugaan yang bisa saja salah. Mari kita menyimak informasi selanjutnya dari pihak kepolisian.

Untuk Pak Wiranto, Lekas pulih ya pak. Banyak tanggungjawab yang sedang menunggumu.

Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun