Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya orang gila yang akan melakukannya karena tujuannya untuk membunuh Wiranto tidak tercapai jika tujuan akhirnya adalah menghilangkan nyawa Wiranto. Seharusnya jika ia ingin membunuh Wiranto, ia tidak melakukannya pada saat kunjungan kerja.
Akan tetapi, jika tujuannya hanya melukai Wiranto, kemungkinan bahwa orang yang menyerang mengalami gangguan jiwa sangat kecil. Apalagi dua orang yang telah diringkus polisi kemudian terbukti sebagai pelaku utama kejadian tersebut.
Ya, karena jika upaya penyerangan tersebut dilakukan oleh dua orang maka tentunya ada kesepakatan untuk dilakukan.
Namun, dugaan orang yang melakukan mengalami gangguan jiwa dipertegas dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, rumah menteri Susi diserang oleh orang yang tak dikenal. Setelah ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian, rupanya pria yang melempari rumah Menteri Susi adalah seorang yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan, menurut pengakuan dari ibunya, pria tersebut tidak mengenal Ibu Susi tapi ia sangat membencinya.
Baca: Rumah Menteri Susi Dilempari, Apakah karena Pembasmian Ilegal Fishing?
Kedua, Kecurigaan terhadap Wiranto.
Jika bukan orang yang mengalami gangguan jiwa maka Wiranto diserang oleh orang yang waras. Itulah hukum logikanya.
Karena itu, adalah sebuah hal yang mustahil jika penyerangan itu dilakukan tanpa rencana. Jika dilakukan karena sebuah perencanaan matang maka dipastikan bahwa ada penyebabnya. Jika tak ada api tak mungkin ada asap.
Jika kita melihat track record Wiranto selama pengabdiannya untuk Indonesia, tidak ada kontroversi yang dilakukan selain dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Akan tetapi, jika dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur merupakan motif dari penyerangan tersebut maka sulit untuk dipercayai, pasalnya dugaan ini sudah terjadi sejak zaman Gus Dur sehingga jika Wiranto dibenci tentunya penyerangan ini seharusnya sudah dilakukan.
Pada tahun 2014, Wiranto yang diangkat sebagai menteri oleh Jokowi menuai protes keras dari para aktivis HAM. Namun, adalah sebuah hal yang bodoh jika kita menduga para aktivis HAM yang melakukan penyerangan ini.