Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jawaban Cerdas Tsamara Amany kepada Rocky Gerung Cs

22 Agustus 2019   13:00 Diperbarui: 22 Agustus 2019   19:11 8284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang mengkritik Jokowi terkait dengan pemindahan ibukota misalnya Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung dan Sherly Annavita. Akan tetapi, Tsamara Amany membalasnya dengan sangat cerdas.

Indonesian Lawyer Club (ILC) yang dihost oleh Karni Ilyas mengadakan talkshow tentang wacana pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan. Nama-nama seperti Fadli Zon, Rocky Gerung, Fahri Hamzah, Tsamara Amany dan lainnya diundang sebagai narasumber dalam acara yang disiarkan langsung oleh TV One ini.

Di sana hadirlah seorang wanita cantik yang mewakili kaum milenial dari Milenial Influencer tidak segan-segan mengkritik Jokowi habis-habisan. Akan tetapi, kritikan wanita cantik yang bernama Sherly Annavita menuai pujian. Pasalnya, kritikan yang dilontarkan dinilai lebih membangun dibandingkan dengan senior-senior politisi seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah terlebih Rocky Gerung. Bahkan, Fadli Zon mengatakan bahwa pemindahan ibukota negara hanya sekedar wacana.

Akan tetapi, yang menarik dan perlu disimak juga adalah pendapat dari salah satu politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany Alatas.

Perempuan berusia 23 tahun ini awalnya ditantang oleh Babe Ridwan Saidi yang terlanjur simpati pada kritikan Sherly Annavita. Tsamara ditantang apakah akan menyaingi opini dan publik speaking Sherly yang notabenenya seangkatan dengan Tsamara. Meski demikian, Bang Karni Ilyas sebagai host hanya menanyakan apa pendapat Tsamara tentang pemindahan ibukota.

Tsamara memang bukan sembarang politisi, ia terbilang cerdas dalam menyiapkan argumentasi dan bukti-bukti pendukung argumentasinya.

Menarik, mengawali pembicaraannya, Tsamara tidak tanggung-tanggung menyebut Fadli Zon yang berbicara tanpa dokumen apapun. Oleh karena itu, menurutnya wajar jika Fadli Zon menilai pemindahan ibukota negara hanya sebatas wacana.

Tsamara mengatakan bahwa, Bapenas sudah melakukan kajian tentang pemindahan ibukota negara sehingga ia sepakat dengan pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan.

Dalam argumentasinya, Tsamara membeberkan alasan pemindahan ibukota negara. Pertama, pemindahan ibukota negara untuk mewujudkan mimpi-mimpi pembangunan Indonesia Centris. Kita tahu, visi Jokowi adalah membuang pola pembangunan Jawa Centris yang selama ini dilakukan. 

Untuk itu, pemindahan ibukota negara ke Kalimantan menjadi sebuah keputusan penting untuk mendukung visi Jokowi karena  posisi Kalimantan yang berada persis di tengah Indonesia yang dapat menghilangkan stigma Indonesia Barat dan Indonesia Timur.

Kedua, Impian pembentukan negara maritim. Menurut Tsamara, Kalimantan terletak di Arus Laut Kepulauan Indonesia yang dapat mendukung pembentukan negara maritim. Ia mencontohkan kisah sukses pemindahan ibukota New Zealand dari Auckland ke Wellington yang tidak mempengaruhi kedudukan Auckland sebagai salah satu kota terbesar di New Zealand.

Ketiga, Tsamara pun tak segan-segan membandingkan Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dengan ibukota negara tetangga seperti Singapura dan Kuala Lumpur. Baginya perbandingan kepadatan penduduk, Jakarta sudah melebihi batas kewajaran.

Sangat banyak pendapat Tsamara tentang pemindahan ibukota negara tetapi saya tidak akan menceritakan semuanya dalam tulisan ini.

Yang paling menarik adalah komentarnya soal hutang yang sering digunakan oleh para lawan politik Jokowi sebagai jurus untuk mematikan setiap langkah Jokowi.

Pemindahan ibukota negara menuai pro-kontra karena diduga utang negara akan membengkak akibat dana pemindahan ibukota. Menurut beberapa orang dan Sherly Annavita bahwa pemindahan ibukota negara hanya akan menambah beban hutang.

Menanggapi hal ini, Tsamara membungkamnya dengan data kajian dan perencanaan dari Bapenas. Dalam dokumen Bapenas, opsi hutang dalam pemindahan ibukota negara tidak ada sama sekali. Tsamara menilai bahwa mereka yang menduga adanya hutang adalah mereka yang menganggap pemindahan ibukota negara seperti membalikkan telapak tangan padahal sebetulnya, pemindahan ibukota negara membutuhkan proses bahkan waktu bertahun-tahun.

Untuk itu, kemungkinan hutang sangatlah tidak ada karena perencanaan Bapenas soal pemindahan ibukota sudah jelas dengan suntikan dana tidak berasal dari hutang luar negeri.

Pernyataan Tsamara seolah-olah mau menegaskan kembali awal pembicaraannya kepada Fadli Zon dan mau memberitahukan kepada para pengkritik bahwa berbicara tentang sesuatu harus disertai dengan bukti-bukti dan data yang jelas sehingga pembicaraan tidak ngawur.

Akan tetapi, bagi Tsamara kritik itu sangat diperlukan apalagi dari Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung dan Sherly Annavita. Namun, yang perlu dibedakan adalah apa yang namanya menghakimi dan apa yang disebut sebagai kritik.

"Saya setuju kita perlu masyarakat yang kritis seperti mereka. Tapi jangan terlalu cepat menghakimi," ucap Tsamara.

Baginya, banyak yang menghakimi Jokowi soal pemindahan ibukota. Terlebih Rocky Gerung yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas yang dinilai tidak etis dan terlihat menghakimi bahkan baginya Jokowi memperlihatkan kegagalannya.

Tsamara mencontohkan pembangunan Tol Cipali yang menuai pro-kontra. Banyak yang menghakimi Jokowi, ada yang tidak menyetujui hal tersebut dengan sindiran-sindiran halus. Masyarakat akan makan pasir, paku dan lain sebagainya. Akan tetapi, Tol Cipali memberi bukti mudik lancar yang bisa dinikmati semua orang.

"Dulu ketika Tol Cipali pertama kali mau dibangun, semua bilang rakyat tidak makan semen, kita tidak butuh beton dan lain sebagainya, tapi sekarang Tol Cipali di bangun Pak Karni, diresmikam hingga sekarang, mudik jadi lancar, daerah yang dilewati oleh tol tersebut menjadi pusat-pusat ekonomi baru." Kata Tsamara.

Dari ILC ini, saya melihat Tsamara Amany Alatas dan Sherly Annavita sebagai teladan dalam berargumen dan memberi kritik. Tsamara mengajarkan pentingnya memahami apa yang dikritik sedangkan Sherly mengajarkan tentang cara menyampaikan kritik yang membangun tanpa menghakimi.

Terima kasih!

Salam.

Referensi: Tribunnews dan YouTube

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun