Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Face Recognition dan Tantangan Usut Tuntas Tragedi 22 Mei

7 Juli 2019   08:27 Diperbarui: 7 Juli 2019   08:33 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Face Recognition/Tirto.id

Berhasil, seorang pria menjadi penangkapan pertama yang dihasilkan dari uji coba teknologi pengenalan wajah.

Namun sebenarnya penggunaan teknologi pengenalan wajah bukan baru digunakan di Inggris, pada 2015 lalu, polisi Kota Leicestershire pernah mengamati wajah dari 90.000 penonton di acara Download Festival lewat teknologi NeoFace. 

Saat ini teknologi pengenalan wajah sudah ada dimana-mana. Masalah yang paling sulit diungkap dalam sebuah tindakan kriminal adalah wajah seseorang, apalagi menggunakan penutup muka dan kacamata. Akan tetapi, kehadiran teknologi pengenalan wajah memudahkan polisi untuk lebih cepat mengungkapkan sebuah kasus.

Melalui jurnal yang berjudul Disguised Face Identication(DFI) with Facial Key Points using Spatial Fusion Convolutional Network ditulis oleh beberapa ilmuwan dari Inggris dan India menjelaskan tentang kerangka kerja identifikasi wajah yang disamarkan.

Dalam uji coba tersebut, mereka menggunakan 2.000 gambar dengan 10 variasi penyamaran wajah yang berbeda. Rata-rata akurasi deteksi baik kecuali untuk pengguna topi 90% dan Syal 77%. 

Akan tetapi, lebih parahnya lagi adalah kombinasi penggunaan Syal dengan kacamata yang hanya memiliki akurasi 55%. Namun dari para ilmuwan berusaha untuk mengembangkan sistem pengenalan wajah ini untuk menjawab kekurangannya.

Disisi lain, terdapat sebuah kacamata yang dirancang oleh Japan's National Institute of Informatics untuk melindungi penggunanya dari kamera pengawas pengenal wajah dengan memanfaatkan cahaya infra merah, Anti-Facial Recognition Glases.

Bukan hanya itu, Seorang seniman dan ahli teknologi asal Berlin, Jerman bernama Adam Harvey, menciptakan sebuah pola kamuflase seperti bunglon yang bisa diaplikasikan pada suatu pakaian ataupun barang-barang tekstil lainnya yang bisa membingungkan algoritma pengenalan wajah, namanya HyperFace. HyperFace bekerja dengan mengeksplorasi celah algoritma pengenal wajah bekerja hingga menghasilkan apa yang disebut sebagai "false faces."

Selain itu, Urme Personal Surveilance Identyti Prosthetic diciptakan oleh Leo Selvago. Ia membuat rekam wajah menggunakan printer 3D semacam wajah palsu seperti di film-film aksi laga.

Karya lain Adam Harvey adalah sebuah tudung anti drone yang berfungsi mengelabuhi mesin pengawas dengan memanfaatkan sinar ultraviolet. Alat tersebut dinamakan Stealth Wear.

Lagi-lagi, Adam Harvey menciptakan alat serupa yang sedikit lebih canggih yaitu  CV Dazzle. Alat ini mengelabuhi dengan makeup dan tatanan rambut agar mengecoh algoritma pendeteksian wajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun