Bagi penulis, jika Grace Natalie mendapatkan tawaran tidak serta merta ia menerimanya atau menolaknya tetapi pasti melalui sebuah pertimbangan yang matang.
Hal yang paling esensial untuk dipertimbangkan adalah kepemimpinannya di Partai Solidaritas Indonesia. PSI yang gagal ke Senayan membutuhkan kerja keras yang lebih extra untuk kesempatan berikutnya, tahun 2024.
Berkaca dari kepemimpinan Surya Paloh di Partai Nasdem dan Wiranto di Partai Hanura, Grace Natalie bisa saja menolak tawaran kursi menteri.
Fokus kepemimpinan Surya Paloh di Partai Nasdem tidak terbagi. Tak heran, Nasdem benar-benar naik daun dan hampir menguasai seluruh Indonesia walaupun di Senayan, perolehan suara tidak sebanding dengan PDIP tetapi untuk ukuran partai baru, Nasdem dibawah kepemimpinan Surya Paloh tak tertandingi.
Berbeda dengan Hanura di kepempimpinan Wiranto. Wiranto yang sibuk mengurus pemerintahan lupa jika ada partai politik yang ia pimpin. Akhirnya kita tahu bahwa Hanura tidak lolos ke Senayan.
Kepemimpinan Ketua Umum Partai sangat penting, butuh fokus dan kerja keras agar partai terus berkembang dan bertambah besar.
Oleh karena itu, hal ini perlu dipertimbangkan baik-baik oleh Grace Natalie demi Partai Solidaritas Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kemungkinan Grace Natalie masuk kabinet Jokowi sangatlah kecil.
Anggela Tanoesoedibjo
Angela Herliani Tanoesoedibjo merupakan putri sulung dari Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo dan Liliana Tanoesoedibjo. Selain pengusaha seperti ayahnya, Anggela juga memegang jabatan penting di Perindo sebagai wakil sekretaris jenderal DPP Partai Perindo.
Anggela menghabiskan studinya di dua Universitas ternama Australia yaitu Bachelor of Arts in Communications (Media Arts and Productions) dari Universitas Teknologi Sydney Australia pada 2008 dan Master of Commerce dalam bidang Keuangan dari Universitas New South Wales Australia pada 2010.