Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan-pesan Pawai Paskah di Amanuban Timur

5 Mei 2019   17:53 Diperbarui: 26 November 2023   09:08 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri:Ketua Majelis Klasis Amanuban Timur (Kelima dari kiri) dan Para Pendeta berpose bersama Ibu Sayyidati Hadjar (Dosen Universitas Muhammadiyah Kupang) 

Dokpri:Yesus memanggil para perempuan yang sedang menenun
Dokpri:Yesus memanggil para perempuan yang sedang menenun

Lokasi kedua dengan adegan yang sama yaitu Yesus memanggil beberapa wanita dalam situasi mereka sedang dalam pekerjaan mereka sebagai penenun (pekerjaan utama permpuan di Pulau Timor khususnya Amanuban sebagai salah satu syarat untuk menikah).

Adegan ini mengajarkan kesataraan jender. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Komnas Perempuan, pada tahun 2014, terdapat 4.475 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan. Tahun 2015 sebanyak 6.499 kasus, 2016 sebanyak 5.785 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 2.979 kekerasan seksual yang tergolong dalam KDRT dan 2.670 terjadi pada publik dan komunitas.

Dalam laporan Pos Kupang, Senin, 4 Februari 2019, terdapat 300 Kasus Kekerasan terhadap perempuan dan anak di NTT. Data ini merupakan data dari semua daerah kabupaten dan kota se-NTT. 

Kekerasan ini kebanyakan diakibatkan oleh Budaya, Teknologi, Ketamakan dan Pendidikan sebagai akar dari segalanya (Baca: Budaya, Teknologi dan Ketamakan penyebab kekerasan terhadap perempuan di NTT). Budaya Patriarki yang menganggap perempuan adalah hamba, Perkembangan teknologi yang canggih mengakibatkan cyber crime, dan juga untuk kepuasan hawa nafsu beberapa oknum. Semuanya disebabkan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah akibat kesempatan memperoleh pendidikan masih dikekang oleh budaya dan kemiskinan. 

Berdasarkan data-data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan penyetaraan jender belum membuahkan hasil yang sempurna sehingga pada bagian adegan ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memperlakukan, menghormati dan menghargai perempuan yang memiliki derajat sama dengan laki-laki walau secara budaya orang Amanuban, mereka hanyalah penyedia makan bagi suami dan lebih dari itu dalam konotasi negatif, mereka adalah pembantu.

TITIK KETIGA 

Dokpri: Adegan Yesus memanggil para pemain judi
Dokpri: Adegan Yesus memanggil para pemain judi

Di bagian ini beberapa anak memerankan kesedihan meratapi sebuah peristiwa kematian dan yang lainnya sibuk bermain judi. Namun Yesus datang dan memanggil yang sedih untuk bersukacita dan mereka yang berjudi meninggalkan kehidupan mereka yang penuh dengan kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun