Lagi-lagi dia menggelengkan kepalanya.
"A...aku difitnah, Bu!" katanya di sela isaknya.
"Diftnah bagaimana, Nak?"
"Aku difitnah ngumpetin tempat pensil Hafis!" tangisnya meledak kembali.
"Oh, begitu, ya?" aku mengangguk-angguk.
Kemarin saat pelajaran PAI, anak-anak heboh, karena tempat pensil Hafis tiba-tiba raib. Semua tidak ada yang mengaku, bahkan saat tas anak laki-laki digeledah, tempat pensil itu tak ditemukan.
Saat pulang sekolah, kudapati tempat pensil Hafis di bawah meja Ali! Dan anehya, Ali dan Ari hari ini tidak hadir. Sungguh mencurigakan!
Kudekati Upi yang masih menangis sedih.
"Jadi, Upi gak ngambil tempat pensil Hafis, kan?"
Upi menggeleng. Aku pun menjadi lega mendengarnya. Aku tinggal mencari anak yang memfitnah Upi. Sebelum niatku terlaksana, tiba-tiba Upi nyeletuk.
"Aku cuma dipaksa Ari, Bu!"