"Ini, Bunda, kembaliannya!"
Tiba-tiba saja Ari sudah ada di dekatku, dan menyodorkan uang logam lima ratusan. Setelah kuhitung, jumlahnya benar! Empat ribu rupiah.
"Wah, makasih kembaliannya, Ari! Nanti pijit Bunda, kalau kapan-kapan ke sini, ya?"
"Iya, Bunda!" anak itu mengangguk senang.
"Ari mau nyari lagi guru yang mau dipijit, Bunda!" Ari menyalami tangan kami.
"Assalamualaikum," katanya berpamitan
"Wa'alaikumussalam warahmatullah..."
Kupandangi Ari yang berjalan tanpa alas kaki, di tengah gerimis pagi.
Dari cerita Bu Ai, Ari anak yang tantrum, tetapi sangat pandai dalam bidang akademiknya. Kini dia sudah lepas dari guru pembimbing khusus, dan sudah menjadi murid reguler. Ari sudah bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Hanya, kesenangannya jalan-jalan saat orang lain belajar, belum bisa berubah.
Tetapi menurutku, seneng juga sih, bisa jalan-jalan terus, saat selesai belajar, atau bosan di kelas. Dapet uang, lagi! Hehehe
Kreatif juga anak ini, ya?