"Kalau udah, tinggal bilang aja, Bunda," ujar Ari.
Mungkin dia pegel, pikirku. Cukup lama juga Ari memijit.
"Udah cukup pijitannya, ya, Nak!" ujarku.
Ari segera menghentikan pijitannya dan turun dari kursi.
"Gimana, sudah enakan, Bunda?" tanyanya penasaran.
"Alhamdulillah, enak banget! Pegel-pegel jadi hilang!" ujarku tulus.
Senyum Ari pun mengembang.
Segera kusodorkan uang lima ribu rupiah, yang sejak tadi kupersiapkan.
"Ini buat Ari, ya!"
"Saya ambil kembaliannya dulu, Bunda!"
Secepat kilat, Ari melesat ke arah kelasnya tanpa dapat kucegah. Maksudku, sih, biar saja, gak usah dikembalian.