Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Chill and Heal saat Mendengar Suara Tonggeret dan Nyanyian Petani

28 April 2023   18:36 Diperbarui: 28 April 2023   18:44 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tonggeret tangkapan layar dari Shutterstock.com

Hai, sahabat semua,

Tema mystery topic 6 kali ini adalah  pengalaman liburan sambil healing. 

Wah, cocok sekali temanya dengan keadaan liburan saat ini.

Chill and heal, adalah hal yang kami alami saat berwisata di kampung Uyut, kampung yang menyimpan pesona Indonesia.

Pernahkah teman-teman menyaksikan pemandangan pesawahan?

Dokpri: pemandangan pesawahan pesona Indonesia
Dokpri: pemandangan pesawahan pesona Indonesia

Nah, itulah yang ingin saya ceritakan. Saya jadi teringat dengan pengalaman saat libur sekolah tahun 1975 hingga tahun 1980-an.

Kami berlibur ke rumah Uyut di  Pamalayan Ciamis, dekat Pesantren Darussalam. Tepatnya di Kampung Kandang Gajah.

Kebetulan rumah kami di Tasikmalaya, dekat rel kereta api. Biasanya kereta api berhenti untuk perwis di depan rumah, dan kami berempat dititipkan ke kondektur, untuk diturunkan di Pamalayan, Ciamis.

Dari stasiun Pamalayan, kami berjalan sejauh satu kilometer, menyusuri rel, dan pematang sawah. Kami menikmati pemandangan yang sangat indah dan jarang kami temui di tempat tinggal kami. Pesona kampung Uyut merupakan pesona Indonesia, yang tiada tara.

Kami yang masih kecil saat itu, sangat bangga berwisata di Indonesia. Sambil berjalan kaki, kami menyanyikan lagu serumpun padi atau rayuan kelapa, yang menggambarkan keindahan yang kami lihat saat itu.

Para petani membajak sawah, masih menggunakan tenaga kerbau, sambil menyanyikan kawih sunda yang menawan hati.

Apabila mendengar nyanyian petani, kami akan menghentikan perjalanan. Kami duduk-duduk di pinggiran rel, menikmati pemandangan yang sungguh langka.

Rasa penat yang kami rasa, seketika hilang, berganti ketenangan dan rasa fresh di sekujur tubuh kami.

Bila rasa penat hilang, kami pun melanjutkan perjalanan, sambil mengagumi pemandangan sawah yang terhampar luas. Gemericik air menambah kesyahduan suasana.

Setelah melewati rel, kami memasuki jalan setapak di antara sawah, yang dikenal dengan nama galengan.

Kami harus hati-hati saat melewati galengan, kalau-kalau galengannya masih basah, bisa-bisa kaki kami amblas. Hehehe

Beberapa galengan kami lalui, hingga akhirnya, sampailah di kampung Kandanggajah, Dewasari, tempat Uyutku tinggal.

Suara tonggeret yang khas menyambut kami saat kami tiba. Suasana sangat sepi, dilingkup rerimbunan bambu di kanan kiri jalan setapak.

Kami suka mendengarkan suara tonggeret, yang semisal irama alam yang menenangkan.

Di kampung ini, hanya ada empat rumah, yaitu rumah Uyut, rumah Aki Suharmi, rumah Nenek Diyem, dan rumah Kang Holis.

Semuanya masih saudara.

Uyutku tinggal dengan putrinya, yaitu Nenek Nanah, yang memiliki putra tiga orang, yaitu Mang Ojak, Bi Ooh, dan Mang Rahwan. Usia kami hampir sebaya, jadi rame sekali kalau ngumpul.

Jika di rumah Uyut, kami bisa main seluncuran memakai pelepah kelapa, mencari buah-buahan yang tumbuh di sekitar rumah uyut, memancing ikan atau mengail belut di sawah.

Rumah uyut memang berada di tengah kebun. Bermacam buah ada di sana, seperti namnam, belimbing, jambu batu, pisang, beraneka tanaman bumbu dapur dan tanaman obat.

Uyut masih menggunakan hawu atau tungku kayu bakar. Yang kami suka, jika pagi-pagi mubuy sampeu, atau memasak singkong dengan cara dimasukkan ke abu tungku yang masih panas. Singkongnya menjadi wangi dan empuk.

Hm, enak sekali rasanya. Nyam nyam...

Yang masih kuingat, saat kami sakit panas, kami tak pernah makan obat!

Uyut akan mengambil bawang merah yang tumbuh di halaman. Dengan telaten, uyut memarut bawang merah, dan mencampurnya dengan minyak kelapa asli, yang Uyut buat dari parutan kelapa. Uyut akan melumuri tubuh kami, dan atas izin Allah, kami pun sembuh.

Sungguh, dengan obat alami, kami sehat seperti sediakala.

Berwisata di kampung Uyut membuat kami fresh dan bahagia. Berwisata cukup di Indonesia saja.

Bagaimana dengan pengalaman wisata teman-teman?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun