Hai, sahabat semua,
Tema mystery topic 6 kali ini adalah pengalaman liburan sambil healing.
Wah, cocok sekali temanya dengan keadaan liburan saat ini.
Chill and heal, adalah hal yang kami alami saat berwisata di kampung Uyut, kampung yang menyimpan pesona Indonesia.
Pernahkah teman-teman menyaksikan pemandangan pesawahan?
Nah, itulah yang ingin saya ceritakan. Saya jadi teringat dengan pengalaman saat libur sekolah tahun 1975 hingga tahun 1980-an.
Kami berlibur ke rumah Uyut di Pamalayan Ciamis, dekat Pesantren Darussalam. Tepatnya di Kampung Kandang Gajah.
Kebetulan rumah kami di Tasikmalaya, dekat rel kereta api. Biasanya kereta api berhenti untuk perwis di depan rumah, dan kami berempat dititipkan ke kondektur, untuk diturunkan di Pamalayan, Ciamis.
Dari stasiun Pamalayan, kami berjalan sejauh satu kilometer, menyusuri rel, dan pematang sawah. Kami menikmati pemandangan yang sangat indah dan jarang kami temui di tempat tinggal kami. Pesona kampung Uyut merupakan pesona Indonesia, yang tiada tara.
Kami yang masih kecil saat itu, sangat bangga berwisata di Indonesia. Sambil berjalan kaki, kami menyanyikan lagu serumpun padi atau rayuan kelapa, yang menggambarkan keindahan yang kami lihat saat itu.
Para petani membajak sawah, masih menggunakan tenaga kerbau, sambil menyanyikan kawih sunda yang menawan hati.
Apabila mendengar nyanyian petani, kami akan menghentikan perjalanan. Kami duduk-duduk di pinggiran rel, menikmati pemandangan yang sungguh langka.
Rasa penat yang kami rasa, seketika hilang, berganti ketenangan dan rasa fresh di sekujur tubuh kami.
Bila rasa penat hilang, kami pun melanjutkan perjalanan, sambil mengagumi pemandangan sawah yang terhampar luas. Gemericik air menambah kesyahduan suasana.
Setelah melewati rel, kami memasuki jalan setapak di antara sawah, yang dikenal dengan nama galengan.
Kami harus hati-hati saat melewati galengan, kalau-kalau galengannya masih basah, bisa-bisa kaki kami amblas. Hehehe
Beberapa galengan kami lalui, hingga akhirnya, sampailah di kampung Kandanggajah, Dewasari, tempat Uyutku tinggal.
Suara tonggeret yang khas menyambut kami saat kami tiba. Suasana sangat sepi, dilingkup rerimbunan bambu di kanan kiri jalan setapak.
Kami suka mendengarkan suara tonggeret, yang semisal irama alam yang menenangkan.
Di kampung ini, hanya ada empat rumah, yaitu rumah Uyut, rumah Aki Suharmi, rumah Nenek Diyem, dan rumah Kang Holis.
Semuanya masih saudara.
Uyutku tinggal dengan putrinya, yaitu Nenek Nanah, yang memiliki putra tiga orang, yaitu Mang Ojak, Bi Ooh, dan Mang Rahwan. Usia kami hampir sebaya, jadi rame sekali kalau ngumpul.
Jika di rumah Uyut, kami bisa main seluncuran memakai pelepah kelapa, mencari buah-buahan yang tumbuh di sekitar rumah uyut, memancing ikan atau mengail belut di sawah.
Rumah uyut memang berada di tengah kebun. Bermacam buah ada di sana, seperti namnam, belimbing, jambu batu, pisang, beraneka tanaman bumbu dapur dan tanaman obat.
Uyut masih menggunakan hawu atau tungku kayu bakar. Yang kami suka, jika pagi-pagi mubuy sampeu, atau memasak singkong dengan cara dimasukkan ke abu tungku yang masih panas. Singkongnya menjadi wangi dan empuk.
Hm, enak sekali rasanya. Nyam nyam...
Yang masih kuingat, saat kami sakit panas, kami tak pernah makan obat!
Uyut akan mengambil bawang merah yang tumbuh di halaman. Dengan telaten, uyut memarut bawang merah, dan mencampurnya dengan minyak kelapa asli, yang Uyut buat dari parutan kelapa. Uyut akan melumuri tubuh kami, dan atas izin Allah, kami pun sembuh.
Sungguh, dengan obat alami, kami sehat seperti sediakala.
Berwisata di kampung Uyut membuat kami fresh dan bahagia. Berwisata cukup di Indonesia saja.
Bagaimana dengan pengalaman wisata teman-teman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H