Senangnya kalau libur panjang bulan Ramadhan!
Kami berempat suka berlibur di rumah Nenek di Bandung, di Pangandaran, atau terkadang di rumah Uyut di Ciamis.
Jika ke Bandung, kami biasa dititipkan ke mobil elf yang lewat, dan Ibu tinggal berpesan turunkan di Kiaracondong, depan pabrik benang. Maka, sopir akan menurunkan kami di sana.
Dari Kiaracondong, kami berjalan kaki ke rumah nenek. Datang tanpa berkabar dulu, tahu-tahu kami sudah ada di depan rumah.
Tentu saja nenek yang terkejut akan menyambut kami dengan bahagia, karena Ibuku adalah anak tunggal.
Saat di sana, kami suka sekali menunggu kakek pulang.
Kakekku pensiunan tentara, dan pekerjaan sampingannya adalah sebagai juru parkir, yang tak begitu jauh dari rumah.
Tetangga sekitar suka memanggil nenek, yang kami panggil Emih, dengan sebutan Ibu Sersan.
Nah, biasanya Kakek pulang menjelang magrib.
Begitu datang, kakek akan menumpahkan isi sakunya yang penuh dengan uang recehan, lima rupiah hingga dua puluh lima rupiah.
Kami berebutan menghitung uangnya, dan setiap hari kami diberi bonus masing-masing 25 rupiah. Kalau mau memijit Kakek, dapet lagi bonus 10 hingga 25 rupiah.