Tubuh si Mang tertahan oleh pengunjung di sana, dan tak terjatuh .
"Kenapa kaudorong pikulan si Mang?" Ibu terlihat gusar.
"Abis, dia mau menabrakku!" aku membela diri.
Ibu mendengus kesal, dan segera menghampiri si Mang. Ibu terlihat menangkupkan tangan, meminta maaf.
"Maaf, terdorong oleh anakku, Mang!"
"Bukan terdorong, tapi didorong!" si Mang tampak emosi.
"Iya, maaf, ya, Mang maklum anak kecil!"
Ibu segera membawaku pergi, setelah melihat si Mang mengangguk memaafkanku. Walau mungkin terpaksa!
"Jangan dorong-dorong lagi. Bahaya!" Ibu membisikiku.
Aku pun mengangguk, mengiyakan.
Setelah semua keperluan untuk dapur dan warung terpenuhi, Ibu segera mengajakku pulang. Kami kembali menyusuri jalan tadi, yang kini sudah lebih terang dan ramai.