"Jaga rumah, ya, A Bari, Teh Dini!" pesan Ibu.
A Bari dan Teh Dini mengangguk dan segera menutup pintu.
Udara segar menerpa wajahku. Dingin terasa menusuk. Kurapatkan jaket, dan tegap melangkah di samping Ibu. Kami keluar dari gang, dan menyusuri jalanan yang sepi. Beberapa tukang becak yang mangkal, menawari kami.
"Becaknya, Bu?"
Ibu hanya menggeleng.
"Enggak, Mang!"
Si Mang kembali duduk di becaknya, dan meringkuk berselimut kain sarung. Hanya satu dua motor yang melintas melewati kami. Suasana masih gelap dan sepi.
Duh, kasian sekali Ibu ke pasar berjalan seorang diri setiap hari. Demi kami!
Dari jalan Mohammad Hatta, kami menyeberang jalan di simpanglima. Jalan bersambung menuju jalan panglayungan 3. Kulihat bakso Ojo yang biasanya ramai pada siang hari, kini tertutup terpal biru.
Jejeran bus PO Suka, nampak masih membisu. Rumah-rumah berukuran besar dan mewah, nampak di sepanjang jalan ini. Kubanding-bandingkan dengan rumahku yang kecil!
Duh, alangkah senangnya bila punya rumah besari! Pikranku melayang.