Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Kaudorong Pikulan Si Mang? (Part 1)

12 Maret 2023   07:07 Diperbarui: 12 Maret 2023   07:07 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Jaga rumah, ya, A Bari, Teh Dini!" pesan Ibu.

A Bari dan Teh Dini mengangguk dan segera menutup pintu.

Udara segar menerpa wajahku. Dingin terasa menusuk. Kurapatkan jaket, dan tegap melangkah di samping Ibu. Kami keluar dari gang, dan menyusuri jalanan yang sepi. Beberapa tukang becak yang mangkal, menawari kami.

"Becaknya, Bu?"

Ibu hanya menggeleng.

"Enggak, Mang!"

Si Mang kembali duduk di becaknya, dan meringkuk berselimut kain sarung. Hanya satu dua motor yang melintas melewati kami. Suasana masih gelap dan sepi.

Duh, kasian sekali Ibu ke pasar berjalan seorang diri setiap hari. Demi kami!

Dari jalan Mohammad Hatta, kami menyeberang jalan di simpanglima. Jalan bersambung menuju jalan panglayungan 3. Kulihat bakso Ojo yang biasanya ramai pada siang hari, kini tertutup terpal biru.

Jejeran bus PO Suka, nampak masih membisu. Rumah-rumah berukuran besar dan mewah, nampak di sepanjang jalan ini. Kubanding-bandingkan dengan rumahku yang kecil!

Duh, alangkah senangnya bila punya rumah besari! Pikranku melayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun