Ke mana anak itu?.
"Selamat, Ratih, kamu menari dengan hebat!' Bi Ade, istri Mang Yaya sekaligus pelatih tari, memelukku.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan bingung. Mataku liar mencari anak itu.
"Hei, kamu hebat, Ratih!" Mang Yaya menyalamiku. Senyumnya merekah, tanda kalau beliau puas dengan penampilan asuhannya.
Aku hanya tersenyum kecut.
"Aku cari temanku dulu, Mang!"
Tanpa menunggu jawabannya, aku segera berlari ke belakang panggung.
"Siapa maksudmu?"
Tak kuhiraukan teriakan Mang Yaya. Aku menghambur ke segala arah mencari anak itu, tetapi, tak kutemukan juga. Aneh sekali!
Sampai acara berakhir, aku tak tak berhasil menemukannya. Duh, menyesal tak berterimakasih padanya!
"Kamu kenapa, Ratih? Siapa yang kamu cari?" Bi Ade heran melihatku murung.