Oleh Neni Hendriati
Jum'at, 23 Desember 2022, saatnya pembagian rapor. Hari masih pagi, waktu baru menunjukkan pukul 06.30.
"Bu, ada rankingnya, gak?" Nisa, muridku bertanya penuh rasa ingin tahu. Dia menyalamiku dan mengerubungiku dengan teman-temannya, saat aku memasuki kelas.
Hm, Nisa memang murid terpandai di kelas. Orangnya cerdas, peduli, dan bisa memimpin. Sifatnya sangat tegas, sehingga disegani teman-temannya.
"Kalau sekarang, gak pake ranking, Nisa," ujarku.
"Loh, rugi dong, Bu!" keluhnya.
"Iya, Bu, rugi!" yang lain menimpali.
Kutatap mereka sambil tertawa.
"Lho, rugi kenapa, Nak?"
"Ya, rugi, atuh, Bu. Kita gak tahu peringkat kita!" Nisa menjawab lantang, yang diiyakan oleh teman-temannya.
Aku tertegun.
"Kalau kamu tahu ranking, memangnya kenapa, Nak?"
"Jadi tenang," Nisa spontan menjawab sambil tersenyum simpul.
"Suka dikasih hadiah, Bu!" kata Nayla .
"Suka dimarahin Mamah, kalau gak dapet ranking!" yang lain menjawab.
Aku mengangguk-angguk sambil tertawa. Dengan hati-hati, kueri penjelasan kepada mereka.
"Begini, Nak, memang sekarang peraturannya seperti itu, tidak boleh ada perankingan dalam rapor."
"Kenapa, Bu?" tanya Nisa lagi.
"Ya, itulah, Nak. Nanti, yang dapat ranking bagus, takutnya menjadi egois, dan yang tidak mendapat ranking, seperti yang dikatakan temanmu tadi, akan merasa sedih, dan dimarahin mamahnya.!"
Kulihat mereka mengangguk-angguk mengerti, meski ada raut kekecewaan di wajahnya.
"Anak-anakku, bagi Ibu, kalian semua adalah anak yang istimewa. Ada yang istimewa dalam pelajaran IPA, ada yang istimewa dalam menyanyi, ada yang istimewa dalam Matematika, olahraga, dan macem-macem. Oleh karena itu, menurut ibu, kalian semua adalah juara!" kataku sambal mengacungkan jempol.
"Juara satu, ya, Bu!" celetuk Fauzan, siswaku yang pandai menyanyi.
"Betul, Fauzan, semuanya adalah ranking satu!"
"Hore,,,!" mereka spontan bertepuk tangan. Kulihat kekecewaan telah sirna dari wajah mereka.
"Nah, sejkarang, saatnya kita bersih-bersih, supaya orang tua kalian senang bertandang ke kelas kita. Ayo, bantu Ibu, Nak!"
Rapor siswa memang harus diambil oleh orangtua, agar terjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua, tentang kemajuan belajar siswa, serta hal lainnya.
"Siap, Bu!"
Mereka pun dengan sigap mengambil sapu ijuk dan kemoceng, untuk membersihkan kelas.
Kutatap mereka dengan bangga. Dalam hati aku berdo'a, semoga mereka menjadi generasi salihin, yang mau bekerja keras, jujur, disiplin dan pantang menyerah, sehingga dapat meraih kebahagiaan di hidupnya.
Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H