Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Rankingnya, Gak, Bu?

23 Desember 2022   18:03 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:09 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Neni Hendriati

Jum'at, 23 Desember 2022, saatnya pembagian rapor. Hari masih pagi, waktu baru menunjukkan pukul 06.30.

"Bu, ada rankingnya, gak?" Nisa, muridku bertanya penuh rasa ingin tahu. Dia menyalamiku dan mengerubungiku dengan teman-temannya, saat aku memasuki kelas.

Baca juga: Ibu

Hm, Nisa memang murid terpandai di kelas. Orangnya cerdas, peduli, dan bisa memimpin. Sifatnya sangat tegas, sehingga disegani teman-temannya.

"Kalau sekarang, gak pake ranking, Nisa," ujarku.

"Loh, rugi dong, Bu!" keluhnya.

"Iya, Bu, rugi!" yang lain menimpali.

Kutatap mereka sambil tertawa.

"Lho, rugi kenapa, Nak?"

"Ya, rugi, atuh, Bu. Kita gak tahu peringkat kita!" Nisa menjawab lantang, yang diiyakan oleh teman-temannya.

Aku tertegun.

"Kalau kamu tahu ranking, memangnya kenapa, Nak?"

"Jadi tenang," Nisa spontan menjawab sambil tersenyum simpul.

"Suka dikasih hadiah, Bu!" kata Nayla .

"Suka dimarahin Mamah, kalau gak dapet ranking!" yang lain menjawab.

Aku mengangguk-angguk sambil tertawa. Dengan hati-hati, kueri penjelasan kepada mereka.

"Begini, Nak, memang sekarang peraturannya seperti itu, tidak boleh ada perankingan dalam  rapor."

"Kenapa, Bu?" tanya Nisa lagi.

"Ya, itulah, Nak. Nanti, yang dapat ranking bagus, takutnya menjadi egois, dan yang tidak mendapat ranking, seperti yang dikatakan temanmu tadi,  akan merasa sedih, dan dimarahin mamahnya.!"

Kulihat mereka mengangguk-angguk mengerti, meski ada raut kekecewaan di wajahnya.

"Anak-anakku, bagi Ibu, kalian semua adalah anak yang istimewa. Ada yang istimewa dalam pelajaran IPA, ada yang istimewa dalam menyanyi, ada yang istimewa dalam Matematika, olahraga, dan macem-macem. Oleh karena itu, menurut ibu, kalian semua adalah juara!" kataku sambal mengacungkan jempol.

"Juara satu, ya, Bu!" celetuk Fauzan, siswaku yang pandai menyanyi.

"Betul, Fauzan, semuanya adalah ranking satu!"

"Hore,,,!" mereka spontan bertepuk tangan. Kulihat kekecewaan telah sirna dari wajah mereka.

"Nah, sejkarang, saatnya kita bersih-bersih, supaya orang tua kalian senang bertandang ke kelas kita. Ayo, bantu Ibu, Nak!"

Rapor siswa memang harus diambil oleh orangtua, agar terjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua, tentang kemajuan belajar siswa, serta hal lainnya.

"Siap, Bu!"

Mereka pun dengan sigap mengambil sapu ijuk dan kemoceng, untuk membersihkan kelas.

Kutatap mereka dengan bangga. Dalam hati aku berdo'a, semoga mereka menjadi generasi salihin, yang mau bekerja keras, jujur, disiplin dan pantang menyerah, sehingga dapat meraih kebahagiaan di hidupnya. 

Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun